
Bapak dan Ibu Guru, meningkatkan kemampuan literasi siswa sangatlah penting dalam proses pembelajaran. Sebab, dengan siswa yang memiliki minat dan bakat dalam literasi akan sangat mempengaruhi hasil belajarnya. Untuk itu, mari simak artikel berikut hingga selesai.
Apa itu kemampuan literasi?
Secara historis, literasi berasal dari kata dalam bahasa Latin, yaitu litteratus (littera) yang berarti kemampuan membaca dan menulis. Kemudian, makna tersebut berkembang menjadi literasi adalah kemampuan menguasai pengetahuan di bidang tertentu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sendiri, kata literasi memiliki beberapa makna, yaitu:
- kemampuan untuk menulis dan membaca,
- suatu pengetahuan atau keterampilan dalam aktivitas maupun bidang tertentu,
- suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan yang telah didapatkannya untuk kecakapan hidup, dan
- penggunaan huruf untuk menggambarkan/menafsirkan suatu bunyi atau kata.
Selain itu, pengertian literasi juga dimuat dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan, bahwa literasi merupakan kemampuan untuk memaknai informasi secara kritis, sehingga ketika seorang individu mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi bisa menjadikannya sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup.
Berdasarkan definisi yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian kemampuan literasi merupakan kegiatan mengakses informasi melalui kegiatan membaca, menulis, menelaah, megobservasi, dan memaknai informasi tersebut secara kritis, idealis, dialektis, dan otokratis, dimana teknologi dapat dijadikan sebagai salah satu media untuk meningkatkan efektifitas kegiatan literasi.
Jenis-Jenis Literasi
Clay & Ferguson (2001) dan buku Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah menjelaskan ada 6 jenis literasi, yaitu:
- Literasi Dini (Early Literacy)
Literasi Dini merupakan kemampuan literasi awal untuk menyimak, memahami sebuah bahasa secara lisan, serta kemampuan berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk dari pengalaman anak terhadap interaksi dilingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu, pengalaman siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu menjadi pondasi awal perkembangan kemampuan literasi dasar yang dimilikinya.
- Literasi Dasar (Basic Literacy)
Literasi Dasar merupakan kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) yang berkaitan dengan kemampuan analisis untuk berhitung (calculating), memahami sebuah informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi tersebut (drawing) berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan oleh pribadi siswa.
- Literasi Perpustakaan (Library Literacy)
Literasi Perpustakaan merupakan kemampuan dalam memanfaatkan koleksi referensi literasi yang ada pada perpustakaan, memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan perpustakaan, serta memahami penggunaan katalog dan pengindeksan. Selain itu, literasi ini juga memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami informasi untuk menyelesaikan sebuah karya tulis, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi suatu masalah.
- Literasi Media (Media Literacy)
Literasi Media adalah kemampuan literasi untuk memahami penggunaan media dan tujuan penggunaannya. Baik berupa media cetak, media elektronik seperti radio dan televisi, serta media digital (internet).
- Literasi Teknologi (Technology Literacy)
Literasi teknologi, yaitu kemampuan memahami perkembangan teknologi, seperti perangkat keras (hardware), dan perangkat lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi. Tak hanya itu, literasi teknologi juga termasuk kemampuan dalam memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet.
Dalam praktiknya, dapat dilihat melalui pemahaman menggunakan komputer (computer literacy), yang di dalamnya mencakup cara menghidupkan dan mematikan komputer, menyimpan dan mengelola data, serta mengoperasikan program perangkat lunak.
- Literasi Visual (Visual Literacy)
Literasi Visual merupakan pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi, yang memanfaatkan materi visual dan audiovisual untuk kebutuhan belajar.
Kondisi kemampuan literasi siswa Indonesia
Kondisi kemampuan literasi siswa Indonesia berdasarkan riset yang dilakukan UNESCO pada 2022 menyatakan bahwa minat membaca di Indonesia masih berada pada peringkat ke-60 dari 70 negara. Posisi ini menyatakan bahwa kemampuan literasi siswa Indonesia semakin rendah. Hal tersebut sudah dibuktikan melalui berbagai survei internasional.
Pada tahun 2006, PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) telah melakukan evaluasi terhadap kemampuan membaca siswa kelas IV di seluruh dunia, di bawah koordinasi The International Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA). Hasilnya menunjukkan bahwa dalam kategori membaca, Indonesia menempati urutan ke-41 dari 48 negara yang diriset. Artinya, kemampuan membaca siswa di Indonesia saat itu masih rendah.
Namun, hasil tersebut tak berubah dan semakin memburuk. Dibuktikan melalui hasil riset oleh Programme for International Students Assessment (PISA) terhadap kemampuan literasi (matematika, sains, dan bahasa) siswa dari berbagai dunia berturut-turut pada tahun 2003, 2006, 2009, 2012, dan 2015.
Khusus pada literasi bahasa, di tahun 2003 pringkat literasi membaca siswa Indonesia berada pada urutan ke-39 dari 40 negara, tahun 2006 diperingkat ke-48 dari 56 negara, tahun 2009 pada posisi ke-57 dari 65 negara, tahun 2012 diurutan ke-64 dari 65 negara, dan tahun 2015 menempati peringkat ke-64 dari 70 negara yang diriset. Berdasarkan data tersebut, menunjukkan bahwa kemampuan literasi siswa di Indonesia semakin rendah.
Riset bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, juga menyatakan Indonesia memiliki peringkat ke-60 dari 61 negara dalam minat membaca, persis berada diurutan bawah setelah Thailand (59) dan sebelum Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastruktur untuk mendukung fasilitas kegiatan literasi, peringkat Indonesia berada diatas negara-negara Eropa.
INAP (Indonesia National Assessment Program) sendiri juga telah melakukan riset melalui kegiatan evaluasi terhadap kemampuan literasi (membaca, matematika, dan sains) siswa. Berdasarkan riset tersebut pun menunjukkan, bahwa nilai kemampuan membaca di Indonesia hanya sebesar 46,83% yang artinya kemampuan literasi siswa di Indonesia juga masih kurang.
Dengan begitu, sangat disayangkan kondisi kemampuan literasi siswa Indonesia yang mewakili masyarakat Indonesia secara umum kian tahun semakin memburuk, terutama dalam hal literasi bahasa.
Faktor yang mempengaruhi kemampuan litersi siswa
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kana, dkk (2017) menunjukkan, bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi kemampuan literasi siswa, yaitu:
- Faktor Internal yang merupakan berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti faktor keturunan, minat, bakat, IQ, dan lain sebagainya.
- Faktor Eksternal yang tentunya berasal dari luar pribadi siswa, seperti pengaruh dari lingkungan, keluarga, sekolah, bimbingan belajar, dan lainnya.
Selain kedua faktor tersebut, karakteristik siswa juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kemampuan literasi seorang siswa. Oleh karena itu, seorang guru wajib mengetahui karakteristik masing-masing siswa. Dengan begitu, pola karakteristik siswa yang berbeda akan menjadi pertimbangan oleh guru dalam menentukan metode pembelajaran yang sesuai.
Penyebab kemampuan literasi siswa yang rendah
Berdasarkan hasil banyak penelitian, rendahnya kemampuan literasi siswa disebabkan oleh hal-hal berikut.
- Minat dan bakat yang ada dalam diri siswa itu sendiri.
- Lingkungan keluarga dan iklim belajar yang tidak kondusif di rumah,
- Tidak adanya dorongan dari sekolah, seperti pemilihan buku ajar yang tepat, miskonsepsi, hingga pembelajaran yang tidak kontekstual.
- Masyarakat Indonesia yang merupakan masyarakat aliterat, yakni masyarakat yang bisa membaca, tapi belum memiliki keinginan untuk menjadikan kegiatan membaca itu sebagai sebuah aktivitas keseharian.
Peran guru dan sekolah dalam upaya mengembangkan kemampuan literasi
Guru dan sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam upaya mengembangkan kemampuan literasi siswa, seperti:
- Menanamkan semangat literasi pada setiap siswanya di berbagai jenjang pendidikan.
- Menumbuhkan kegiatan literasi siswa, mulai dari menyajikan materi maupun media pembelajaran yang menarik untuk menumbuhkan minat membaca siswa.
- Melakukan aktivitas kegiatan pembelajaran di perpustakaan sekolah, karena banyak tersaji berbagai macam informasi di sana, sehingga siswa dapat bereksplorasi lebih pada literasi. Baik secara individu maupun kelompok dengan bahan bacaan yang dibacanya.
- Guru berperan penting sebagai fasilitator, apabila siswa menemukan sebuah kesulitan dalam memahami literasi yang dibacanya, dan menanyakan hal tersebut kepada guru.
Cara meningkatkan kemampuan literasi siswa
Adapun cara meningkatkan kemampuan literasi siswa yang dapat Bapak dan Ibu Guru lakukan adalah dengan melaksanakan program-program, serta menyediakan fasilitas-fasilitas tertentu yang dapat menunjang kemampuan literasi siswa. Misalnya:
- Memajang karya peserta didik di area sekolah melalui Majalah Dinding, sehingga para siswa dapat menuangkan ide/gagasan, perasaan, serta masukan yang ditempel oleh pengelola madding dan dilihat oleh seluruh warga sekolah. Dengan demikian, majalah dinding akan mendorong minat membaca dan menulis di kalangan para siswa.
- Menyediakan sudut baca atau pojok literasi di setiap ruang kelas, maupun tempat-tempat strategis lainnya yang berada di lingkungan sekolah.
- Melaksanakan lomba-lomba yang dapat menunjang dan mengasah kemampuan literasi siswa, seperti mendongeng, lomba poster, dan lain-lain.
- Membiasakan kegiatan membaca selama 10-15 menit di awal pembelajaran.
Bapak dan Ibu Guru, itulah penjelasan ringkas mengenai cara meningkatkan kemampuan literasi siswa yang perlu diketahui, beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Semoga artikel ini bermanfaat, dan menjadi kesadaran bersama untuk menanamkan kecintaan siswa pada literasi.