
Bapak/Ibu sedang mencari info tentang pembelajaran berbasis konten? Artikel berikut ini akan memberikan ulasan selengkapnya! Yuk, simak.
Salah satu indikator kesuksesan seorang guru dalam mengajar adalah seberapa besar pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan.
Meskipun sisi akademik bukan satu-satunya penentu kesuksesan guru, namun sebagian besar guru masih mengacu pada hal itu.
Pembelajaran yang mengedepankan pemahaman seperti itulah yang disebut pembelajaran berbasis konten. Untuk tahu lebih lanjut, berikut ini ulasan selengkapnya.
Pengertian Pembelajaran Berbasis Konten
Pembelajaran berbasis konten adalah pembelajaran yang mengedepankan pemahaman materi atau aspek kognitif peserta didik.
Sebelum adanya pembelajaran berbasis kompetensi, sebagian besar guru masih mengacu pada pembelajaran ini, di mana peserta didik dituntut untuk memahami materi yang sedang dipelajari dengan atau tanpa tahu konsep dasarnya.
Penilaian yang dilakukan juga tetap mengacu pada tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi tersebut. Oleh sebab itu, peserta dikatakan pandai jika mampu menghafal materi dengan baik.
Contohnya adalah guru memberikan materi tentang Energi dan peserta didiknya mampu menghafal pengertian energi serta semua rumus yang telah diajarkan guru.
Tujuan Pembelajaran Berbasis Konten
Tujuannya adalah sebagai berikut.
- Membuat peserta didik memiliki pemahaman terhadap suatu materi pelajaran.
- Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam memilih metode belajar yang tepat untuk menguasai materi.
- Menambah wawasan peserta didik terhadap kompleksitas suatu materi pelajaran.
- Melatih kemandirian belajar peserta didik.
Manfaat Pembelajaran Berbasis Konten
Adapun manfaat pembelajaran berbasis konten adalah sebagai berikut.
1. Peserta didik bisa memahami secara keseluruhan materi yang diajarkan
Pemahaman materi yang baik, akan memotivasi peserta didik untuk lebih semangat dalam belajar. Oleh sebab itu, mereka akan terlatih untuk mengembangkan metode belajar yang sesuai untuk diterapkan.
2. Prestasi peserta didik bisa meningkat.
Semakin baik pemahaman peserta didik terhadap suatu materi, semakin besar peluangnya untuk bisa mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh guru. Hal itu tentu bisa meningkatkan prestasi peserta didik di sekolah karena mereka bisa mendapatkan nilai yang baik.
Ciri Pembelajaran Berbasis Konten
Suatu pembelajaran dikatakan berbasis konten jika memiliki ciri-ciri seperti berikut.
1. Pusat pembelajarannya selalu berorientasi pada materi
Selama pembelajaran berlangsung, guru hanya fokus memberikan materi pada peserta didik.
Metode mengajar yang digunakan bisa disesuaikan dengan kondisi kelas masing-masing.
Namun, hasil akhirnya tetap mengacu pada seberapa besar pemahaman peserta didik terhadap materi tersebut.
2. Belajar untuk cakupan materi
Dalam proses belajarnya, peserta didik hanya perlu menghafal atau memahami materi yang diajarkan atau tertulis. Mereka tidak diharuskan memahami konsep dasarnya.
3. Soal-soal yang diberikan hanya berdasarkan topik yang sedang dibahas
Soal-soal yang diberikan guru hanya seputar materi yang dipelajari tanpa adanya pengembangan atau relevansi dengan dunia nyata.
4. Pembelajarannya tidak dikorelasikan dengan kehidupan peserta didik sehari-hari (tekstual)
Materi yang disampaikan guru hanya terpaku pada buku. Seolah-olah tidak ada kaitan antara materi tersebut dengan kehidupan sehari-hari. Hal itu karena fokus utama guru adalah memberikan pemahaman peserta didik sesuai dengan materi.
5. Pencapaian akhirnya adalah nilai
Peserta didik dikatakan berhasil jika mendapatkan nilai yang memuaskan. Untuk mendapatkan nilai yang memuaskan, peserta didik harus bisa mengerjakan soal atau tugas seperti materi yang ia terima di kelas.
Pembelajaran Berbasis Konten pada AKM
AKM atau asesmen kompetensi minimum merupakan program baru Kemdikbud-Ristek yang mengedepankan pentingnya penguasaan kompetensi pada peserta didik.
Pada pelaksanaannya, AKM ini bisa menggantikan kedudukan Ujian Nasional yang sudah digelar bertahun-tahun lamanya. Hal utama yang ditekankan pada AKM ini adalah penguasaan kompetensi peserta didik.
Kompetensi yang dimaksud meliputi kompetensi literasi (kecakapan membaca) dan numerasi (kecakapan menghitung). Artinya, pembelajaran berbasis konten pada AKM sudah tidak begitu relevan.
Mengapa demikian? Karena pada proses belajar mengajar basis ini, guru hanya fokus mengajarkan materi pelajaran tanpa melihat penguasaan kompetensi peserta didiknya.
Pembelajaran Berbasis Konten STEAM dan Loose Part
Agar pembelajaran ini tidak terkesan kaku dan membosankan, Bapak/Ibu bisa mencoba menerapkan pembelajaran berbasis konten STEAM dan Loose Part. Apakah perbedaan keduanya?
1. STEAM singkatan dari science, technology, engineering, arts, dan math merupakan pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran dengan mengombinasikan konten sains, teknologi, engineering, seni, dan matematika.
Untuk menerapkannya, seorang guru harus terampil dalam memanfaatkan bahan ajar yang bersumber dari lingkungan.
Melalui pendekatan STEAM inilah pembelajaran berbasis konten bisa berubah menjadi pembelajaran berbasis bermain yang dirasa lebih menyenangkan.
Adapun komponen pendekatan STEAM adalah sebagai berikut.
- Inovasi atau desain dalam memecahkan masalah
- Hubungan antara asesmen, standard pembelajaran, dan rencana belajar
- Lingkungan belajarnya harus kolaboratif dan kreatif
- Mengangkat tema yang dekat dengan kehidupan sehari-hari
2. Loose part merupakan materi pembelajaran yang berupa bahan multiguna dan tidak pernah ada habisnya untuk dimanfaatkan.
Bahan loose part ini bisa dipindahkan, dirangkai, dilepaskan, dan dirangkai ulang. Dengan adanya bahan ini, diharapkan peserta didik bisa lebih kreatif dalam pembelajaran.
Terdapat tujuh bahan yang bisa dikatakan loose part, yaitu bahan dari alam (seperti kayu), logam, benang, plastik, kemasan bekas, kaca atau keramik, dan kain.
Melalui bahan tersebut, peserta didik akan dilatih untuk peduli terhadap lingkungan serta mengetahui cara untuk melestarikannya.
Selain itu, peserta didik akan mendapatkan pengalaman belajar yang cukup berkesan karena mereka ikut terlibat di dalamnya.
Dari pembahasan di atas, bisa disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis konten bisa saja diterapkan di zaman ini, namun harus tetap mengedepankan kenyamanan peserta didik. Oleh sebab itu, dibutuhkan keterampilan guru dalam mengolah materi pembelajaran tersebut.
Itulah pembahasan Quipper Blog kali ini. Semoga bisa bermanfaat buat Bapak/Ibu. Jika Bapak/Ibu ingin mendapatkan informasi lainnya tentang dunia pendidikan, kunjungi Quipper Blog. Salam Quipper!