Home » Mapel » Kimia » Apa Itu Feromon, Si Zat Kimia Pemikat Orang Jatuh Cinta?

Apa Itu Feromon, Si Zat Kimia Pemikat Orang Jatuh Cinta?

Quipperian harus ingat, artikel ini bukan jadi pedoman kalian atau bahkan alasan untuk setiap saat mikirin percintaan melulu. Hello! Emang enggak ada keasyikan lain di luar itu, seperti bahas film, traveling, ngeband, dan ngejar cita-cita kalian?

Well, justru artikel ini dibuat untuk menjelaskan salah satu zat kimia unik di dalam tubuh manusia nan konon membuat satu sama lain tertarik, yakni feromon. Benar enggak, sih?

Kalau kamu penasaran mau tahu gimana penjelasan lengkapnya, bersiaplah membaca lengkap artikel ini untuk tahu lebih jelas. Kuy!

Apa itu Feromon?

Mungkin kalian pernah ketemu seseorang terus tiba-tiba timbul perasaan suka. Mulai tertarik. Kepoin segala tentang si dia. Sementara, di sisi lain, ia juga punya perasaan serupa. Pasti berbunga-bunga, deh.

Nah, ketertarikan itu bisa terjadi karena salah satunya faktor Feromon.

Lalu, apa itu Feromon? Feromon, dalam buku Biologi karya Neil A Campbell dkk Jilid III, merupakan zat atau sinyal kimiawi dihasilkan satu organisme untuk mempengaruhi perilaku individu lain dari spesies serupa atau sama.

Ia berupa molekul kecil bersifat mudah menguap atau larut di dalam air, dapat terdispersi dengan mudah ke dalam lingkungan, dan seperti hormon aktif dalam jumlah sedikit.

Sederhananya, Feromon merupakan zat kimiawi di dalam tubuh seseorang atau hewan dengan fungsi untuk menarik lawan jenis.

Meski begitu, Feromon pada manusia masih menjadi perdebatan para biolog hingga saat ini. Sebagian berpendapat Feromon berfungsi seperti di atas, sementara sebagian ahli lainnya berkesimpulan zat kimiawi tersebut tak berperan memikat lawan jenis. Sebelum masuk ke perdebatan tersebut, ada baiknya kita bahas Feromon pada hewan.

Feromon Hewan

Berbeda dari manusia, tak banyak ahli silang pendapat terhadap Feromon pada hewan. Feromon hewan sangat umum terjadi pada mamalia dan serangga.

Sebagian besar hewan menerima Feromon melalui struktur berbentuk setengah bulan, khusus terletak di dalam hidung atau biasa disebut organ vomeronasal. Sinyal Feromon diterima kemudian diteruskan melalui saraf ke area otak (hipotalamus), dengan kemampuan untuk mengubah emosi, hormon, reproduksi dan perilaku seksual.

Ngengat ulat sutera betina, misalnya, menyemprotkan Feromon untuk menarik ngengat jantan dari jarak beberapa kilometer. Setelah sang jantan mendekat, Feromon kembali dipancarkan untuk menstimulasi jantan memulai reproduksi.

Di sisi lain, Feromon juga sering digunakan hewan sebagai salah satu sistem komunikasi paling kompleks. Semut pengintai, misalnya, melepaskan Feromon untuk memandu semut lainnya berjalan beriringan menuju sumber makanan atau sarang.

Jadi, Feromon pada hewan tak hanya berfungsi sebagai daya pikat untuk bereproduksi, melainkan sistem komunikasi.

Feromon Perempuan

Berbeda dengan hewan, manusia memiliki Feromon berbeda antara perempuan dan laki-laki. Perempuan mengeluarkan Feromon khas terutama pada masa subur. Bebauan tersebut keluar paling sering dari bagian ketiak, daerah sensitif lainnya. Selain di bagian ketiak, Feromon juga terpancar dari anggota tubuh lain, semisal di sekitar kuping, mulut, dan hidung.

Bila laki-laki memerlukan kontak langsung agar aroma tubuhnya keluar, perempuan justru sebaliknya. Daya jangkau Feromon perempuan pun lebih jauh. Bisa menjangkau kisaran kilometer.

Pancaran Feromon, menurut beberapa Ilmuwan di Monel Chemical Sciences Center, University of Pennsylvania Medical School, diterima lawan jenis melalui kulit pada saat bersenggama.

Feromon Laki-laki

Secara jangkauan, Feromon laki-laki memang tak sejauh perempuan. Lelaki pun harus menerima kontak terlebih dahulu untuk kemudian menghasilkan Feromon. Meski begitu, anehnya, malah muncul berbagai produk parfum Feromon dengan tujuan untuk memikat perempuan.

Mungkinkah membuat Feromon buatan? Berbagai peneliti memang telah melangkah untuk membuat studi khusus tentang Feromon buatan. David Berliner, ahli chemical signaling sekaligus CEO Pherin Pharmaceuticals, telah mengembangkan Feromon sintetis.

Mengonfirmasi temuan Berliner, para Ilmuwan dipimpin Dr. Ivanka Savic dari Karolinska Institute, seperti dikutip abcnews.go.com menemukan bahwa bau mirip hormon “menghidupkan” hipotalamus otak, yang biasanya tidak diaktifkan bau biasa. Otak laki-laki dan perempuan memberikan respon sangat berbeda terhadap hormon.

Hipotalamus perempuan aktif ketika mereka mencium bau zat kimia mirip dengan testosteron tetapi tidak dengan substansi menyerupai estrogen, sedangkan hipotalamus laki-laki memiliki respons berlawanan. Laki-laki beroleh hanya zat kimia seperti estrogen dan bukan mirip testosteron.

Dengan kata lain, cara manusia secara kimia memandang lawan jenis sangat berbeda dari cara manusia memandang anggota dari jenis kelamin sejenis.

Anehnya, banyak perusahaan parfum telah mencoba memanfaatkan potensi efek khusus dari bahan kimia ini. Namun, kebanyakan dari perusahaan-perusahaan tersebut menambahkan hormon dari hewan, seperti babi dan rusa. Jadi, sangat tidak berfungsi bagi manusia. Feromon umumnya khusus untuk spesies sejenis, sehingga parfum pig feromon benar-benar hanya berguna untuk babi.

Meski beberapa hasil penelitian mengesankan Feromon berfungsi aktif sebagai pemikat lawan jenis, beberapa penelitian terbaru bahkan menyanggah hal tersebut. Perdebatan tentang Feromon pun semakin mengemuka.

Perdebatan Para Ahli

Para peneliti di University of Chicago dan University of Utah telah menemukan bahwa zat kimia seperti hormon serupa, digunakan dalam studi di Swedia, membuktikan memiliki efek Feromon dengan menghasilkan perubahan suasana hati, detak jantung, pernapasan, dan suhu tubuh. Namun, saat ini tidak ada indikasi bahan kimia ini benar-benar dapat meningkatkan gairah seksual atau ketertarikan.

Di sisi lain, sebuah studi dari Respirology pada Januari 2016, dikutip medicalnewstoday.com menunjukkan zat AND (progesterone derivative 4,16-androstadien-3-one) menyebabkan pembengkakan di jaringan ereksi hidung perempuan sebagai bukti permulaan fungsi Feromon.

Bukti lain menunjukkan bahwa androstadienone, komponen keringat pria, meningkatkan daya tarik, memengaruhi suasana hati dan tingkat kortisol, dan mengaktifkan area otak terkait dengan kognisi sosial. Satu studi menemukan bahwa androstadienone meningkatkan perilaku kooperatif pada laki-laki. Menurut beberapa penelitian, androstenone bahkan mampu meningkatkan libido perempuan, terutama jika terjadi saat waktu ovulasi.

Pada Maret 2017, para peneliti mempublikasikan temuan percobaan terhadap beberapa perempuan dan laki-laki. Mereka diminta mencium tiga aroma berbeda. Pengujian ini dilakukan untuk melihat AND dan estratetraenol (EST). Para peserta kemudian melakukan tugas melibatkan penilaian untuk persepsi gender, daya tarik terhadap wajah orang-orang di dalam sebuah gambar.

Dari pengujian tersebut, para ilmuwan tidak menemukan perbedaan dalam reaksi para peserta. Mereka menyimpulkan bahwa DAN dan EST mungkin bukan feromon manusia.

Quipperian, sekian pembahasan lengkap nan simple dari Quipper Blog mengenai apa itu feromon. Setelah membaca bahasan di atas, pastinya wawasanmu mengenai pengertian apa itu feromon jadi semakin banyak ya, Quipperian. Stay awesome dan jangan lupa baca artikel menarik lainnya hanya di Quipper Blog!

Penulis: Rahmat Ali

Lainya untuk Anda