Salah satu penemuan terbesar bidang kesehatan manusia yang berhasil mengubah dunia adalah vaksin, yang ditemukan pada akhir abad ke-18. Quipperian mungkin pernah menerima beberapa vaksin seperti vaksin polio, ataupun vaksin hepatitis B, sewaktu kecil melalui imunisasi. Lalu, apa sebenarnya itu vaksin? Bagaimana sejarah ditemukannya vaksin? Benarkah vaksin terdiri dari berbagai macam jenis? Simak penjelasan di bawah ini untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Sejarah Vaksin
Berbicara tentang vaksin tentu tidak akan pernah terlepas dari sejarah vaksin itu sendiri. Bahasan mengenai bagaimana vaksin pertama kali dicetuskan, dan kemudian dilanjutkan dengan bagaimana perkembangan sejarah vaksin tersebut dalam menyelamatkan banyak nyawa, merupakan suatu bahasan menarik, yang sayang untuk dilewatkan. Justru, sejarah vaksin merupakan suatu hal yang perlu dibahas sebelum membicarakan lebih jauh mengenai vaksin itu sendiri.
Istilah vaksin sejatinya baru pertama kali digunakan ketika ia ditemukan pada tahun 1796. Meskipun begitu, penelitian menunjukkan bahwa ide atau berbagai percobaan untuk menciptakan kekebalan tubuh guna melawan penyakit tertentu sejatinya telah ada sejak zaman sebelum masehi, di masa Yunani Kuno. Setelah itu, pada sekitar tahun 900-1000 masehi, bangsa Cina menemukan cikal bakal dari vaksin modern, yang disebut dengan variolasi. Variolasi sejatinya merupakan sebuah proses untuk memindahkan virus cacar dari penderita ke orang-orang yang sehat, untuk mencegah mereka terinfeksi penyakit tersebut.
Adapun sejarah vaksin sebagaimana yang dapat ditemui hari ini, pada awalnya ditemukan dan dikembangkan oleh Edward Jenner. Pada saat itu, ia memperhatikan bahwa ternyata, orang-orang yang telah menderita cacar sapi sebelumnya, menjadi lebih kebal dan tidak mudah tertular wabah tersebut di kemudian hari. Jenner akhirnya mencoba bereksperimen pertama kali, dengan menginfeksikan virus cacar sapi kepada seorang anak berusia 8 tahun. Enam minggu kemudian, ia melakukan proses variolasi terhadap anak tersebut, dengan virus variola. Hasilnya, sang anak akhirnya terlindungi dari infeksi dan tetap sehat sekalipun proses variolasi dilakukan kembali.
Setelah dr. Jenner, Louis Pasteur kemudian menyusul dan menciptakan vaksin rabies pada tahun 1885. Kemudian hingga tahun 1930, telah ditemukan berbagai jenis vaksin lainnya, seperti vaksin tetanus, vaksin kolera, vaksin tifus, dan lain-lain. Sejak saat itu, dunia medis kemudian terus mengembangkan dan menciptakan berbagai jenis vaksin.
Jenis-jenis Vaksin
Vaksin pada dasarnya digolongkan menjadi beberapa jenis berbeda, tergantung pada jenis antigen yang terkandung di dalamnya. Adapun 4 jenis vaksin menurut WHO adalah sebagai berikut:
- Vaksin hidup yang dilemahkan, sebagaimana namanya adalah jenis vaksin yang terbuat dari patogen hidup yang sebelumnya telah dilemahkan, sehingga tidak akan membahayakan penerima vaksin.
- Vaksin sel utuh yang diinaktivasi, terbuat dari patogen yang telah dimatikan, baik dengan bahan kimia maupun secara fisik.
- Vaksin subunit, pada dasarnya juga tidak mengandung patogen hidup, melainkan hanya sebagian komponen tidak hidup dari patogen saja.
- Vaksin toksoid pada dasarnya adalah vaksin yang terbuat dari toksin yang berasal dari bakteri tertentu.
Serba-serbi Vaksin
Setelah mengetahui sejarah vaksin dan juga jenis-jenis vaksin, mungkin kamu masih bertanya-tanya, mengapa harus vaksin? Jawaban sederhananya adalah, karena vaksin dapat mencegah penyakit-penyakit yang dapat menginfeksi manusia. Sebelum adanya vaksin, penyakit-penyakit tersebut telah menyebabkan angka kematian yang tidak sedikit.
Vaksin bekerja dengan cara melatih kekebalan tubuh manusia untuk dapat mengenali dan melawan patogen-patogen yang dapat mengancam hidup manusia seperti polio, cacar, dan termasuk salah satunya yang sedang kita hadapi saat ini, pandemi akibat virus Covid-19. Vaksin dalam hal ini menyalurkan imunogen, yakni tipe antigen spesifik yang akan mampu membuat tubuh kita peka terhadap ancaman patogen berbahaya.
Ketika banyak dari kita telah tervaksinasi terhadap sebuah penyakit tertentu, maka kemampuan patogen tersebut untuk dapat menyebar menjadi lebih terbatas. Hal inilah yang kemudian disebut sebagai herd immunity, atau kekebalan populasi. Dengan begini, masing-masing dari kita akan dapat terhindar dari suatu penyakit tertentu,
Belajar Vaksin di Jurusan Biomedical Science di Calvin Institute of Technology
Pembicaraan mengenai vaksin sejatinya tidak berhenti sampai di situ saja. Masih banyak lagi hal-hal mengenai vaksin yang sangat menarik untuk diulas dan dipelajari lebih lanjut. Lebih dari itu, mempelajari vaksin adalah salah satu usaha untuk membuat dunia menjadi lebih baik, lebih sehat, dan lebih aman untuk ditinggali. Oleh karena itu, bagi kamu yang ingin mempelajari lebih dalam mengenai vaksin, melanjutkan studi di Jurusan Biomedical Science di Calvin Institute of Technology bisa menjadi pilihan yang terbaik.
Biomedical science pada dasarnya memiliki hubungan yang erat dengan ilmu biologi. Biomedical science merupakan suatu cabang dari ilmu biologi yang berkaitan dengan kesehatan manusia dan mempelajari berbagai hal seperti biologi molekuler, imunologi, serta anatomi dan fisiologi tubuh manusia.
Mengenai kurikulumnya, pada tahun-tahun awal di jurusan ini, kamu akan mempelajari mata kuliah dasar tentang mafikibi, tumbuhan dan hewan, mikroba, biologi molekuler, serta studi-studi interdisipliner seperti bahasa, teologi, dan lain-lain. Pada tahun-tahun, berikutnya, kamu akan mempelajari mengenai bioteknologi, imunologi, ilmu gizi, biosafety & biosecurity, dan lain-lain.
Jika Quipperian bercita-cita menjadi seorang peneliti ataupun bekerja di bidang kesehatan, terutama berkaitan dengan harapan dapat menghasilkan suatu temuan baru di bidang medis, maka melanjutkan studi di Prodi Biomedical Science Calvin Institute of Technology adalah langkah awal yang paling tepat dalam mencapai cita-cita tersebut.
(Baca juga: 6 Jurusan Bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) Ini Janjikan Masa Depan Cerah)
Bagaimana tidak, mahasiswa program studi ini terus dilatih dan dibimbing untuk dapat berkarier sebagai Junior Researcher, Healthcare Scientist, Quality Control, Product Expert, Nutritionist, hingga Industrial Consultant. Prospek kerja yang sangat luas bukan? Jadi, tunggu apalagi, segera daftarkan dirimu di Prodi Biomedical Science Calvin Institute of Technology sekarang juga.
Untuk mengetahui info kampus terlengkap dan berkualitas, cek di campus.quipper.com
Penulis : Quipper Campus
Editor : Tisyrin Naufalty T
