Setiap tahunnya, Perguruan Tinggi menghasilkan banyak lulusan yang merupakan tenaga kerja yang sudah dipersiapkan untuk mengisi pembangunan. Hal ini juga dilakukan oleh Perguruan Tinggi tertua dan satu-satunya di Nusa Tenggara Timur yaitu Universitas Nusa Cendana. Kampus ini sudah menghasilkan lebih dari 40.000 lulusan yang berkiprah di berbagai bidang. Seperti tiga nama terkenal di bawah ini:
Clarasati Ayu Suhanda (Finalis Puteri Indonesia 2013)
Sumber: http://www.photobucket.com
Wajar saja kalau kamu merasa tidak asing dengan nama perempuan yang satu ini. Clarasati Ayu Suhanda merupakan Putri Indonesia Nusa Tenggara Timur tahun 2012. Ia berhasil memenangi gelar tersebut setelah menyisihkan 19 finalis lainnya.
Terpilihnya perempuan berdarah campuran Sunda-China ini membuat namanya masuk dalam jajaran putrid Nusa Tenggara Timur sebelumnya, yaitu Florentina Yunita (2004), Indri Mboeik (2005), Maria Claudiana Djiling (2006), Rakhmania Orpha Wacana Pian (2007), Merlyn YK Bolla (2008), Dona Bella Permata Rissi (2009), Freska Gousario (2010) dan Julia Stevanny Ester Blegur (2011).
Perempuan yang punya nama panggilan Laras ini merupakan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana. Lahir di Kupang pada 12 Februari 1992, Laras adalah anak dari pasangan suami istri Suhari Suhanda dan Fatima Manek Suhanda.
Setelah terpilih sebagai Putri Indonesia Nusa Tenggara Timur 2012, ia pun menjadi wakil Nusa Tenggara Timur dalam ajang pemilihan Putri Indonesia 2013 dan berhasil mencapai tahap 10 besar. Walaupun hanya mencapai 10 besar, namun hal tersebut menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur dan Universitas Nusa Cendana tentunya. Laras berhasil menjadi orang NTT pertama yang sampai di tahap tersebut.
Walaupun jalannya untuk berkarir di dunia entertainment sudah terbuka lebar setelah mengikuti ajang pemilihan Puteri Indonesia 2013, Laras justru tidak mau segera menerima tawaran yang ada karena ingin menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana. Baginya pendidikan adalah prioritas utama yang harus diselesaikan.
Frans Lebu Raya (Gubernur Nusa Tenggara Timur)
Sumber: http://www.lembatakab.go.id
Frans Lebu Raya sudah menjabat sebagai Gubernur Nusa Tenggara Timur sejak 2008 yang lalu. Sebelumnya, laki-laki kelahiran 18 Mei 1960 ini sudah menjabat sebagai Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur pada periode 2003-2005. Gubernur yang lahir di Pulau Adonara ini lulusan Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan (FKIP) Universitas Nusa Cendana pada 1990.
Pada awal karirnya, Frans Lebu Raya memang belum dikenal secara luas oleh kalangan masyarakat. Namun namanya justru sudah tidak asing lagi di kalangan pegiat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Frans memulai karir politiknya pada tahun 1998 dan langkah inilah yang mengantarkannya masuk ke dalam pemerintahan dan memegang banyak jabatan penting.
Memiliki latar belakang sebagai anak seorang petani, dalam perjalanan karir politiknya, suami Lucia Adinda ini memang dikenal sangat dekat dengan orang-orang ‘kecil’ dan ia selalu memposisikan dirinya sebagai mereka ketika membuat sebuah kebijakan.
Orang nomor satu di Nusa Tenggara Timur ini merupakan salah satu tokoh yang selalu mengumandangkan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika. Frans dinilai sukses memimpin provinsi yang memiliki keberagaman dalam banyak hal, seperti suku dan agama. Untuk itu, ia sangat fokus pada kebijakan yang memihak pada kepentingan banyak orang dan menjalankan kebijakan yang dapat diterima oleh semua pihak.
Ia selalu mengajak masyarakatnya untuk merawat keberagaman dan menjaga toleransi antar umat beragama untuk menjaga kerukunan di Nusa Tenggara Timur. Atas usahanya dalam menjaga kerukunan dan keberagaman di Nusa Tenggara Timur, Frans dianugerahi sebuah penghargaan pada Malam Anugerah Kerukunan Umat Beragama Tahun 2015 dalam kategori Kepala Daerah oleh Kementerian Agama.
Petrus Damianus Wio
Putra asli Nusa Tenggara Timur ini lahir pada 24 Februari 1971. Berkecimpung di dunia asuransi, Petrus menjabat sebagai Kepala Cabang Asuransi Bumiputera yang meliputi tiga Kabupaten, yaitu Kabupaten Manggarai, Manggarai Timur dan Manggarai Barat di Nusa Tenggara Timur. Posisi ini dijabatnya pada usia yang masih terbilang muda yaitu 39 tahun.
Setelah lulus dari Program Studi Budidaya Pertanian, FakultasPertanian Universitas Nusa Cendana, Petrus justru tidak bekerja di perusahaan ataupun instansi yang bergerak di bidang pertanian. Petrus lebih memilih untuk berkarir di bidang asuransi.
“Universitas itu membangun kedewasaan berpikir, membangun pola berpikir yang ilmiah dan berhati nurani. Sehingga semua ilmu bisa diterapkan dalam semua aspek kehidupan manusia”, ungkapnya.
Ia memulai karirnya di dunia asuransi pada tahun 1997 sebagai pegawai administrasi dan ditempatkan di Kabupaten Flores, Nusa Tenggara Timur. Ia kemudian dipercaya untuk memegang jabatan kasir pada tahun 1998 hingga 2002. Setelah itu, ia dipercaya untuk menjadi Kepala Administrasi yang membawahi beberapa cabang di beberapa Kabupaten di Flores pada tahun 2003 hingga 2006. Pada tahun 2007 ia menjadi Koordinator di Ruteng dan Flores Barat. Setelah itu dia diangkat menjadi Kepala Cabang yang membawahi tiga kantor di tiga Kabupaten berbeda.
Penulis: Randi Herdiansyah
Referensi
http://nagekeopos.blogspot.co.id
Tabloid Reformata Edisi 159 Januari 2013 “MelangkahdenganPrinsip Baku Baik”