Meski masih tergolong baru, Universitas Trunojoyo telah melahirkan sederet alumni berprestasi, salah satunya adalah Dodik Pranata Wijaya, atau yang biasa dipanggil Dodik yang merupakan lulusan Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo tahun 2014. Saat ini, Dodik sedang menjalani kuliah S2 di Universitas Michighan, College of Law, Amerika Serikat.
Quipperian bisa belajar dari kegigihan Dodik untuk bisa melanjutkan pendidikan di bangku S1 dan perjuangan yang ia lakukan untuk bisa melanjutkan kuliah ke tingkat magister di Amerika Serikat. Quipper Video mencoba mengulik perjalanan Dodik selama menjadi mahasiswa di Universitas Trunojoyo hingga bisa kuliah di Amerika,
Jalan Kaki dari Madura
Sebelum melanjutkan kuliah, Dodik sempat menganggur selama satu tahun. Quipperian perlu tahu, Dodik tidak berasal dari keluarga kaya, ibu Dodik seorang penjual nasi dan ayahnya bekerja sebagai supir truk. Universitas Trunojoyo benar-benar menjadi cahaya baginya kala itu.
Setelah mendapat peluang kuliah di universitas negeri dengan beasiswa, Dodik semakin giat belajar, ia percaya pada motto bahwa proses memang tidak pernah membohongi hasil. Dan ini dibuktikan dengan segala usahanya, Ia banyak mendapat kesempatan mengembangkan diri dan meraih prestasi berbagai bidang selama kuliah di Universitas Trunojoyo.
Mahasiswa Cerdas
Dodik termasuk mahasiswa yang cerdas dan terampil. Dengan kecerdasan dan keterampilannya itu, ia menjadi presiden mahasiswa Universitas Trunojoyo periode 2014 hingga 2015. Meskipun sibuk dengan beragam aktivitas organisasi kampus, nilai kumulatif Dodik tidak pernah di bawah 3,75.
Selama menjadi presiden mahasiswa, Dodik kerap memberi ide-ide segar untuk Universitas Trunojoyo, salah satunya ide perubahan dalam bidang kemahasiswaan dengan memboyong konsep aktivis berbasis akademik dalam kepemimpinannya. Ia membuat program pemberian penghargaan bagi aktivis kampus yang memiliki nilai kumulatif di atas 3,5.
Aktif Berorganisasi
Selain itu, Dodik juga merombak habis pola ospek yang ada di Universitas Trunojoyo yang penuh dengan kesan bullying pada mahasiswa baru. Ia membuat aksi damai yang diikuti 3.500 mahasiswa baru dan menyuarakan pesan kepada calon presiden RI terpilih pada masa pemilu 2014 untuk pro terhadap lingkungan. Dalam aksinya, Dodik mengajak mahasiswa menanam pohon mangrove di pantai dekat Suramadu. Aksi yang dikepalai Dodik ini menjadi aksi yang terbesar di Jawa Timur saat itu.
Di samping menjadi presiden mahasiswa Universitas Trunojoyo, ia juga membentuk Organisasi Permadani Diksi (persatuan mahasiswa dan alumni Bidikmisi) Nasional dan menjadi ketua di sana. Dodik menjelaskan, saat itu ia sering mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi di luar kampus. Ia juga sering menjadi pembicara untuk kegiatan motivasi dan kepemimpinan.
Di tahun 2014, ia menjadi pembicara sebuah talkshow inspiratif se-Jateng DIY dan diklat Bidikmisi di Universitas Negeri Semarang. Ia juga pernah menjadi pembicara di Universitas Hassanudin dalam kegiatan motivasi dan kepemimpinan tingkat nasional pada 2015.
Dalam karya ilmiahnya yang berjudul “Kontribusiku Bagi Indonesia”, Dodik mengatakan, keaktifan dan kepedulian akan pentingnya pendidikan dan organisasi selama di kampus pasti akan membuahkan hasil di masa depan. Mahasiswa yang bercita-cita menjadi dosen ini berharap ke depannya ia bisa memberikan sumbangsih ide melalui organ-organ kepemudaan kampus di Indonesia. Atas segala prestasi dan kepeduliannya ini, ia dinobatkan sebagai mahasiswa inspiratif Universitas Trunojoyo.
Menuju Amerika
Melihat kota Amerika secara langsung, bisa jadi itu adalah impian banyak orang, apalagi bisa mengenyam bangku kuliah S2 di sana. Nasib memang bukan manusia yang mengatur, tapi jika usaha lebih keras, Tuhan pasti akan memberikan bonus. Begitu mungkin anggapan yang bisa menggambarkan perasaan Dodik ketika mendapat beasiswa LPDP ke Amerika Serikat.
Namun, perjuangan untuk bisa kuliah di luar negeri ini tidaklah mudah. Setelah lulus dari Universitas Trunojoyo, Dodik sempat menganggur selama satu tahun, sama seperti dulu ketika ingin melanjutkan S1. Selama menggangur, ia pun melakukan berbagai usaha untuk bisa kuliah di luar negeri termasuk pergi ke Pare, Kediri untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya selama satu tahun.
Namun, kepergiannya untuk kursus ke Pare bisa dibilang tidak dijalankannya dengan mudah pula, karena biaya kursus di Pare selama sebulan saja bisa mencapai 1 juta. Untuk membiayai kursusnya, ia rela menjual motor dan telepon genggamnya.
Keinginan mantan presiden mahasiswa Universitas Trunojoyo untuk mengejar impiannya melanjutkan pendidikan ke luar negeri memang kuat. Quipperian mungkin tidak akan sanggup menjual barang berharga semacam ini.
Sembari kursus, dia juga mengurus beasiswa LPDP ke Amerika Serikat. Rezeki dan nasib sepertinya bersekongkol membantu usaha Dodik hingga akhirnya ia mendapatkan beasiswa tersebut. Meskipun universitas yang ia dapatkan bukan pilihan utama, tapi ia tetap bersyukur. Dodik hanya satu dari sekian alumni Universitas Trunojoyo yang bisa dijadikan inspirasi banyak mahasiswa.
Quipperian, Universitas Trunojoyo memang bukan universitas terkenal. Tapi bukan berarti tidak bisa mencetak orang hebat. Perlu diingat bahwa orang hebat itu lahir dari diri sendiri dan di sini Universitas Trunojoyo siap membantumu menjadi orang-orang hebat itu.
Oh ya, Quipperian dapat pesan dari Dodik nih, “Sukses di setiap sisi itu sama dek, baik ingin sukses di kuliah maupun di luar kuliah, pertama yang harus dilakukan adalah cari berkah orangtua karena dia adalah Tuhan yang paling nyata, fokuslah pada hal yang bisa membuat skill hidup dan skill kuliah meningkat, peluang dan kesempatan tidak ada artinya bila secara ability kita tidak mampu menjadi salah satu yang beruntung dan moreover jangan tinggalkan agama ya,” ucap Dodik.
Penulis: Igman Yuda Pratama
Referensi
Wawancara Dodik Pranata Wijaya

