Universitas Jenderal Soedirman, atau yang dikenal dengan sebutan Unsoed, merupakan salah satu universitas favorit di Indonesia. Ribuan calon mahasiswa berlomba-lomba untuk memperebutkan kursi di perguruan tinggi yang terletak di Purwokerto ini dan tak sedikit pula yang gagal untuk memasuki kampus ini. Quipperian, penasaran dengan apa yang dirasakan mahasiswa Unsoed mengenai kampusnya sendiri? Yuk, simak tiga testimoni mahasiswa ini mengenai Unsoed!
Afif Rido Herlambang (Akuntansi, 2012)
Yang satu ini, adalah mahasiswa yang menambatkan pilihan pertamanya di Jurusan Akuntansi Unsoed. Afif yang merupakan mahasiswa Akuntansi angkatan 2012 ini percaya bahwa Jurusan Akuntansi Unsoed memiliki akreditasi yang sudah sangat baik. Unsoed dapat menyediakan pendidikan yang berkulitas, kurikulum yang bermutu, serta tenaga pendidik yang profesional dan berpengalaman, yang pada akhirnya akan mencetak para akuntan profesional yang dapat menembus pasar persaingan global.
Tak hanya pandai hitung-menghitung uang, Afif pun ternyata memiliki bakat menyanyi dengan kemampuan vokal yang bagus. Ia pun kemudian bergabung dengan Paduan Suara Mahasiswa Gita Buana Soedirman dan menjadi ketua pada tahun 2015. Kepemimpinan dan perjuangannya di Gita Buana Soedirman kemudian membuahkan hasil yang ia harapkan, yakni meraih penghargaan baik di tingkat nasional maupun internasional. Tak hanya berkiprah di dunia paduan suara, ia pun aktif dalam berorganisasi dan event organizing, baik di dalam kampus maupun di luar kampus.
Walaupun, menurutnya, Unsoed masih belum banyak dikenal orang, layaknya universitas-universitas ‘papan atas’ lainnya. Namun, itu bukan menjadi perkara yang besar baginya. Unsoed tetap menjadi universitas yang spesial bagi dirinya. Hal paling spesial mengenai Unsoed bagi Afif adalah atmosfer pembelajaran yang dibangun di dalamnya berbasiskan pada kearifan lokal.
Menurutnya, semangat yang dibangun dari setiap elemen, semangat untuk ‘maju terus pantang mundur’ yang diajarkan kepada mahasiswanya, membuat mahasiswa menjadi ‘tahan banting’ dan tak pernah menyerah. Selain itu, suasana kekeluargaan yang dibangun antara seluruh elemen civitas akademika Unsoed menjadi hal yang sangat spesial baginya.
Mochammad Hadi (Ilmu dan Teknologi Pangan, 2013)
Mochammad Hadi merupakan mahasiswa yang sedang menempuh program sarjana di Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman. Walaupun Unsoed bukan menjadi pilihan pertama, ia tetap merasa beruntung bisa diterima di Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, yang telah menjadi minatnya sejak duduk di bangku SMA. Tak hanya aktif di dalam bidang pertanian, Hadi, panggilan akrabnya, merupakan mahasiswa yang aktif dalam kegiatan Student English Forum (SEF) Unsoed, yakni sebuah kegiatan kemahasiswaan yang bergerak di bidang bahasa inggris.
Salah satu hal yang membuatnya betah menjalani aktivitas perkuliahannya adalah lingkungan kampus yang nyaman. Baginya, letak Unsoed yang berada di Kaki Gunung Slamet membuat kampus ini bersih, asri, tak terlalu banyak polusi udara maupun polusi suara, sehingga proses belajar-mengajar dan segala aktivitas yang dilakukan dapat berjalan dengan kondusif. Belajar menjadi nyaman dan membuatnya menjadi lebih fokus.
Selain itu, Quipperian, banyaknya wisata alam dekat Unsoed yang membuat semua orang berdecak kagum menjadi nilai plus tersendiri untuk berkuliah di Unsoed. Namun, baginya, Unsoed pun perlu membenahi berbagai hal lainnya, mulai dari sarana prasarana hingga kesejahteraan mahasiswa yang dinilai masih kurang dibandingkan dengan universitas ‘top’ lainnya.
Namun, di balik semua kekurangannya, ia tetap bangga menjadi mahasiswa Unsoed dan akan selalu berusaha untuk membawa nama baik Unsoed di berbagai kompetisi, baik tingkat nasional, maupun internasional.
Riyan Nurrahman (Hubungan Internasional, 2014)
Well, mahasiswa kelahiran Jakarta, 2 Juli 1995, ini merupakan mahasiswa program sarjana Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jenderal Soedirman. Ia memasuki Unsoed melalui jalur SBMPTN dan menempatkan Unsoed menjadi pilihan ketiganya dalam SBMPTN yang disesuaikan dengan nilai prediksinya pada saat mengikuti Bimbingan Belajar. Namun, walaupun menjadi pilihan ketiga, ia tetap merasa bersyukur dan ‘match’ berkuliah di Unsoed dengan berbagai fasilitas dan dinamika perkuliahannya.
Baginya, memasuki HI Unsoed mampu membuka cakrawala pengetahuannya mengenai bidang ilmu yang tengah ia tekuni. Bertemu dengan teman dari berbagai kalangan serta melihat langsung berbagai fenomena yang terjadi di sekitar membuat Riyan belajar banyak hal, salah satunya adalah mengenai keamanan pangan. Walaupun gagal masuk universitas impian, ia percaya bahwa kesempatan yang dimilikinya sama dengan mahasiswa di universitas lainnya, hal yang perlu dilakukan adalah memanfaatkan kesempatan dan memaksimalkan potensi yang dimiliki.
Nah, cukup berbeda dengan kota kelahirannya membuat Riyan mengalami kesulitan menemukan barang-barang kebutuhan sehari-hari yang berkualitas di Purwokerto. Baik untuk kebutuhan kegiatan akademik dan kegiatan kemahasiswaannya. Tetapi semua itu tak menjadi halangan baginya untuk secara aktif beraktivitas sebagai seorang mahasiswa. Terbukti dari berbagai kegiatan yang ia jalani, mulai dari menjadi anggota dari Himpunan Mahasiswa Jurusan HI dan menjadi Asisten Lab HI Unsoed. Selain itu, ia pun mengikuti UKM Taekwondo serta komunitas di luar kampus yang berfokus pada beasiswa dalam dan luar negeri.
“Berada di lingkungan yang cukup terpencil dengan dinamika sosial yang cukup mempengaruhi perkembangan dan pergerakan mahasiswa Unsoed, akan menjadi bekal terindah yang dapat dirasakan sebelum melanjutkan ke babak baru kehidupan setelah lulus”, pungkasnya.
Quipperian, setiap universitas pada dasarnya memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. So, ini tergantung bagaimana kalian beradaptasi dengan lingkungan yang ada dan fokus terhadap apa yang sedang dijalani sekarang.
Penulis: Randi Herdiansyah
Sumber:
Hasil Wawancara Langsung dengan Narasumber Mahasiswa Unsoed
