Quipperian, apabila kamu berniat kuliah di UNP dan bercita-cita ingin mengabdi sebagai seorang akademisi, dua di antara tokoh akademisi lulusan UNP ini patut kamu jadikan inspirasi, lho. Prof. Mursal Esten dan Prof. Ismet Fanany adalah dua diantara akademisi sekaligus sastrawan dan budayawan yang berjasa dalam mengembangkan penelitian terkait Sastra dan Budaya Melayu. Mereka juga dikenal sebagai tokoh yang membangun jaringan seni dan Budaya Melayu lintas negara. Penasaran dengan karya mereka? Yuk simak pengalaman singkat kedua tokoh ini.
Prof. Ismet Fanany

Sumber: http://www.deakin.edu.au
Tahun 2015 lalu, Fakultas Bahasa dan Seni UNP mengadakan Seminar dan peluncuran buku Rabab-Kusut karya Prof. Ismet Fanany. Prof.I smet Fanany adalah seorang akademisi lulusan Jurusan Bahasa Inggris UNP yang saat itu masih bernama IKIP Padang.
Beliau saat ini menjabat sebagai Ketua Program Bahasa dan Kajian Indonesia di Universitas Deakin, Australia dan turut andil dalam membangun kerjasama antara UNP dengan Universitas Deakin.
Nah, kalau soal karya sebagai akademisi, Prof. Ismet Fanany ini adalah alumni UNP yang juga mengabdikan dirinya sebagai peneliti kehidupan sosial dan budaya khususnya Budaya Melayu. Bersama istrinya yang juga seorang akademisi dan peneliti, Rebecca Fanany, beliau sudah melahirkan banyak karya akademik.
Setelah lulus sarjana muda di IKIP Padang, beliau melanjutkan kuliah S! di IKIP Malang. Sejalan dengan kecintaannya terhadap Budaya Melayu, setelah meyelesaikan program doktor di Cornell University, Prof. Ismet mengawali karirnya menjadi dosen pengajar Jurusan Kajian Melayu di National University of Melayu dan kemudian menjadi Ketua Jurusan Bahasa dan Kajian Asia di Universitas Tasmania, Australia.
Tidak hanya berkarya sebagai akademisi, semenjak di bangku kuliah Prof. Ismet juga sudah gemar menulis cerpen dan novel, lho Quipperian. Tidak jarang karya-karyanya mendapat penghargaan di dalam dan luar negeri. Akan tetapi, kegemaran menulis fiksi ini sebenarnya sudah ada sejak Prof. Ismet di bangku sekolah menengah.
Cerpen pertama Prof. Ismet pertama kali di muat di Harian Haluan (harian lokal Padang) ketika sedang mengikuti pendidikan sarjana muda di IKIP Padang, lho. Setelah itu karya-karyanya seperti novel dan cerpen mulai dimuat di media seperti Kompas.
Dua novel karya Prof. Ismet yang berjudul Kusut (2003) dan Bulan Susut (2005) juga pernah dinobatkan sebagai pemenang penghargaan National Endowment for The Arts (NEA) yang diberikan sebuah badan kesusastraan Amerika Serikat.
Prof. Dr. Mursal Esten

Sumber: http://www.unp.ac.id
Salah satu Guru Besar UNP yang dikenal karena kekritisannya dalam menganalisis persoalan budaya adalah Prof. Mursal Esten. Prof. Mursal adalah seorang akademisi, sastrawan, penulis dan budayawan Indonesia yang juga berkiprah di Asia. Sampai akhir hayatnya di tahun 2003 silam, beliau menjadi pembina kerjasama kebudayaan antara Indonesia (melalui STSI Padang Panjang) dengan Malaka dan Singapura. Selain itu, beliau juga merupakan salah satu pendiri Institut Seni Malaka dan menjadi dosen terbang disana.
Karya dan pemikiran Prof. Mursal sampai saat ini dijadikan panutan mahasiswa Sastra Indonesia UNP. Selain lewat tulisannya, Mahasiswa UNP pasti familiar dengan nama Mursal Esten karena Teater Tertutup Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNP dinamai Teater Mursal Esten sebagai penghormatan terhadap pengabdian Prof. Mursal selama berkiprah di FBS UNP.
Peran Prof. Mursal tidak hanya sampai di situ Quipperian. Alumni UNP yang ketika itu masih bernama IKIP Padang ini semasa hidupnya aktif sebagai sastrawan dan budayawan di berbagai himpunan sastra dan Budaya Melayu. Beliau juga pernah dipercaya sebagai ketua Taman Budaya, wadah yang mempersatukan para sastrawan Minang di masa itu.
Taman Budaya menjadi rumah berkumpulnya seniman dan sastrawan yang menumbuhkan berbagai sanggar seni rupa, tari dan sastra yang dihidupkan oleh para tokoh seperti AA Navis, Upita Agustine, dan banyak sastrawan Minang lainnya.
Guru besar yang tidak kenal lelah ini juga pernah menjabat sebagai Ketua Himpunan Sarjana Kesusasteraan Indonesia Pusat pada tahun 1988-2001. Sepak terjang Prof. Mursal memang lebih dikenal dalam berbagai diskusi dan seminar budaya baik dalam lingkup akademisi maupun terkait kearifan lokal. Beberapa pemikirannya di bidang akademik dituliskan dalam karya-karyanya, antara lain:
- Sastra Indonesia dan Tradisi Subkultur (kumpulan esai, 1982)
- Kritik Sastra Indonesia (1985)
- Apresiasi Sastra Indonesia (1986)
- Sepuluh Petunjuk dalam Memahami dan Membaca Puisi (1987)
- Sastra Jalur Kedua: Sebuah Pengantar (kumpulan esai, 1988)
- Menjelang Teori dan Kritik Sastra Indonesia yang Relevan (ed.; bunga rampai, 1988)
- Tradisi dan Modernitas dalam Sandiwara (studi, 1995)
- Memahami Puisi (1995)
- Kajian Transformasi Budaya (1999)
- Desentralisasi Kebudayaan (1999)
Di Sumatera Barat, selain di UNP Prof. Mursal juga berperan di ISI Padang Panjang (Institut Seni Indonesia) dan menjabat sebagai Direktur dari tahun 1992 sampai akhir hayatnya di tahun 2003.
Nah Quipperian, kedua alumnus UNP atau IKIP Padang ini sekalipun telah berkiprah di luar Indonesia namun tetap membangun jaringan dengan kampus tercintanya. Baik Prof. Mursal dan Prof. Ismet selalu menyumbangkan buah pemikiran mereka demi kemajuan pendidikan khususnya di UNP dan Indonesia.
Kecintaan mereka terhadap ilmu pengetahuan dan Budaya Melayu ikut andil dalam mengembangkan penelitian di Indonesia. Nah, bagaimana dengan kamu para calon akademisi? Ukir prestasi dan raih juga cita-citamu ya.
Penulis: Hanna Fauzia
Referensi