Setiap universitas pastinya mempunyai alumnus atau lulusan yang dapat dikatakan jempolan. Sebutan ini bisa disematkan tentunya atas prestasi maupun sumbangsih yang diberikan baik semasa kuliah maupun setelah usai menempuh perkuliahan. Kali ini, Quipper Video Blog akan mengulas salah satu alumnus jempolan yang telah memberi banyak sumbangsih baik di lingkungan universitas maupun di luar lingkungan universitas. Alumnus yang kita angkat kali ini adalah Royke Jefry Rumondor atau yang lebih dikenal dengan Royke Rumondor.
Selama Menjadi Mahasiswa
Pria yang mengawali langkahnya di bangku universitas pada tahun 2005 lewat Program Studi Seni, Drama, Tari, dan Musik (Sendratasik) ini cukup aktif selama memegang status mahasiswa. Ia dipercayakan untuk menjadi operator Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED) yang menghimpun dan melakukan pendataan segala hal yang berkaitan dengan perkuliahan seperti dosen, mahasiswa, kurikulum, dan hal-hal lainnya untuk dijadikan rujukan pennjamin mutu pendidikan.
Tugas ini merupakan tugas yang cukup prestisius, mengingat lembaga ini bertanggungjawab penuh pada DIKTI (Pendidikan Tinggi). Melalui tugas ini pula, Royke Rumondor memperoleh pembelajaran yang berharga bagi kehidupannya sebagai mahasiswa, diantaranya pembelajaran tentang ketelitian serta kedisiplinan. Selepas menjadi mahasiswa, Iapun masih dipercaya untuk memegang tanggung jawab sebagai operator EPSBED ini.
Musik dan Pendidikan
Berbicara tentang Royke Rumondor, tidak lengkap rasanya tanpa melihat lebih jauh sepak terjangnya dalam seni musik, mengingat Ia adalah salah satu lulusan dari Program Studi Sendratasik dengan spesialisasi musik. Ya, lewat musik Ia bukan hanya menjadi perancang irama dari nada-nada, namun juga cukup aktif membagi ilmu musiknya sebagai pengajar di beberapa sekolah.
Menurutnya, menjadi pengajar musik di sekolah sangat menyenangkan, setiap sekolah memiliki kebutuhan yang berbeda-beda akan musik, misalnya saja saat Ia bertugas sebagai pengajar musik di Sekolah Menengah Kejuruan dengan spesialisasi Keperawatan. Tentunya aspek musik yang diajarkan adalah seputar psikologi musik yang lewat musik dapat membantu terapi para pasien. Lain halnya pula dengan kebutuhan musik di sekolah-sekolah lain.
Selain itu, lewat musik ia juga belajar bahwa musik adalah sesuatu yang mengajarkan kejujuran. Nada “C” tetaplah nada “C”, tak akan bisa tergantikan dengan nada apapun. Itulah mengapa lewat musik ia dapat menghasilkan karya-karya yang jujur. Melalui proses yang penjang dalam menggeluti musik, Ia menyadari bahwa musik memberi nilai pendidikan bagi siapapun yang mempelajari dan yang diajari. Dan sebagai pengajar, ia merasa lebih bermakna sebagai manusia. Ini tentunya sejalan dengan moto hidupnya yang katanya “hidup yang diberkati adalah suatu hal yang indah, namun hal yang lebih indah adalah ketika hidup kita mampu menjadi berkat bagi orang lain”.
Karya dan Prestasi
Selama menggeluti dunia musik, pria yang memiliki 6.017 koleksi literatur musik dan nonmusik ini telah menghasilkan beberapa karya dan prestasi. Diantara karyanya adalah Choral Fantasie (Mazmur 23). Dalam karya yang berdurasi sekitar sembilan menit ini ia bercerita banyak tentang nilai-nilai kerohanian. Berangkat dari bacaan Mazmur 23 yang menceritakan tentang kehidupan manusia yang dilanda perasaan takut dan khawatir sehingga manusia didorong untuk mempercayakan bahwa Tuhan adalah Gembala yang baik dan setia.
Dan lewat karyanya, ia mencoba menerjemahkan bacaan tersebut dan memberi jawaban dari ketakutan dan kekhawatiran itu. Selain Choral Fantasie (Mazmur 23) ini, ia juga telah berhasil mengomposisikan karyanya yang berjudul Mazmur 55, Past, Present, and Future, The Four Season, serta karya-karya lainnya.
Selain berhasil menciptakan karya-karya tersebut beberapa prestasi juga sudah diraihnya, diantaranya:
- Juara I Vocal Group Tingkat Provinsi dalam Pentas Seni Budaya KTNA Se-Indonesia di Kepanjen, Malang, sebagai perwakilan Propinsi Sulawesi Utara pada Juni 2015.
- Sebagai Art Director, performer dan music arranger dalam Konser Kolaborasi Natal bertajuk “The Joy of Christmas” Paduan Suara Mini “SERAFIM” Kakaskasen.
- Anggota Tim Musik Gereja Sinode GMIM (Gereja Masehi Injili di Minahasa).
- Private lesson teori musik, harmoni dan komposisi untuk choral dari Prof. Stefan Young (Westminster Choir College, Princeton University New Jersey).
- Bimbingan Ilmu Orkestrasi dari Ronald Pohan (The Best Graduate of Westminster Choir College, Princeton University New Jersey)
- Aktif sebagai pelatih, juri atau pembanding dalam festival dan kompetisi paduan suara di Sulawesi Utara.
- Aktif sebagai peneliti dan penulis akademik di Universitas Negeri Manado dan telah menghasilkan tulisan-tulisan tunggal maupun kolaboratif, yang diantaranya:
- Neo Klasik Metal (Analisis Kompositoris dan Struktur Musikal),
- Analisis “Drifting” Karya Andy McKee (bersama Marfil Kondoy),
- Analisis “Bohemian Rhapsody” Karya Queen (bersama Yefta Gerungan),
- Analisis Postur dan Gestur Pat Torpey Dalam Permainan Drum (bersama Victor Lasut),
- Penerapan Teknik Falsetto pada Paduan Suara Vox Angelica Manado (bersama Yannade Pratasik),
- Musik, Gaya Hidup dan Penampilan Komunitas Street Punk di Manado (bersama Dafit Barulia),
- Penerapan Chord Substitution dalam Komposisi Musik Jazz (bersama Devied Ruus),
- Ordinarium Misa Inkulturasi Tombulu Karya Paulus Titus Loho (bersama Fendy Loho),
- Analisis Amazing Grace, Karya John Newton (bersama Hanndy Lengkong),
- Alternate Tuning dalam Permainan Gitar Bass (bersama Jendry Lomboh), dan tulisan lainnya.
Keluarga Adalah Salah Satu Kekuatan
Sebagai pelengkap dari ulasan ini, mari kita lirik sejenak Royke Rumondor dan kehidupan pribadinya. Selain menjadi orang yang ahli di bidang musik, suami dari Maria Santy Manopo ini juga memegang peran utama di dalam keluarga kecilnya. Meskipun musik turut disuguhkan untuk buah hatinya, Clayrance Clavier Rumondor, namun sebagai ayah Ia membebaskan pada buah hatinya untuk menentukan masa depannya kelak. Baginya, sebagai orang tua sudah selayaknya mengupayakan yang terbaik bagi anak, mengarahkan anak ke arah yang baik dan membiarkan anak untuk menentukan pilihannya.
Di sela-sela kesibukannya, pria kelahiran 3 Juni 1983 ini juga selalu menyempatkan waktu untuk menghabiskan akhir pekan bersama keluarga kecilnya di tempat-tempat wisata alam, seperti di Bukit Tintingon, Sparta Stable, Mahawu Mountain, Danau Tondano, Danau Linow, dan beberapa tempat lainnya. Ya, keluarga ini memang sangat menyukai aktivitas yang berhubungan dengan alam.
Nah, itulah ulasan kami tentang salah satu alumnus Unima yang patut dijadikan inspirasi. Quipperian tentu ingin, kan menjadi bagian salah satu orang yang mampu berkarya dan memiliki segudang prestasi. Jadi, jangan sia-siakan waktu yang ada. Manfaatkan untuk sebanyak-banyaknya belajar, ya.
Penulis: Hertana P.
Sumber:
Royke Jefry Rumondor