Melakukan kunjungan ke museum bersejarah kini sudah kurang diminati. Masyarakat sekarang lebih tertarik mempelajari sejarah di smartphone masing-masing dengan bantuan Mbah Google hehe. Tapi masih ada kawasan museum yang patut dikunjungi wisatawan lokal maupun internasional. Seperti yang sudah kelompok kami kunjungi untuk menyelesaikan misi dalam acara Quipper Run, yaitu Kawasan Kota Tua Jakarta.
Kota Tua Jakarta terletak tidak jauh dari Stasiun Jakarta Kota, berjarak kurang lebih hanya 400 meter dari Stasiun Jakarta Kota dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama 4-8 menit saja. Kawasan Kota Tua Jakarta terdiri dari berbagai objek wisata seperti Museum Sejarah Jakarta/Museum Fathahilah, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Bank Indonesia, dan beberapa tempat makan seperti Cafe Batavia.
Misi Awal di Quipper Run
Di depan Museum Fathahilah, pukul 09.30 kami berkumpul untuk memulai acara Quipper Run. Setelah melewati games singkat, perkenalan, pengelompokan regu akhirnya kami dapat memulai untuk berkeliling di Kawasan Kota Tua Jakarta.
Nah, destinasi pertama kami di Kawasan Kota Tua Jakarta yaitu, Museum Seni Rupa dan Keramik. Setelah membayar tiket masuknya, kami langsung masuk ke lingkungan Museum Seni Rupa dan Keramik. Saat pertama masuk ke bagian taman depan dekat gerbang masuk, suhunya lumayan sejuk dibanding suhu saat kami di depan Museum Fathahilah. Mungkin karena di depan Museum Seni Rupa dan Keramik banyak ditanami pepohonan, beberapa tanaman hias, dan ada satu pohon besar yang dapat memberikan oksigen dan rasa sejuk dibanding di depan Museum Fathahilah yang sama sekali tidak terdapat tanaman.
Setelah melewati bagian depan gedung, kami mulai beranjak ke bagian utama bangunan ini. Museum ini terdiri dari beberapa ruangan yang membagi perkembangan seni rupa di Indonesia menjadi beberapa masa/periode. Di setiap ruangan berisi berbagai karya seni rupa dan keramik sesuai dengan masa waktunya.
Ruangan pertama yang kami kunjungi adalah Ruangan Masa Raden Saleh yang periodenya dari tahun 1880-1890, ruangan ini mayoritas diisi oleh karya seni lukisan. Ruangan Selanjutnya adalah ruangan Masa Hindia Jelita pada tahun 1920an. Selanjutnya ada Ruangan Masa Persagi (Persatuan Ahli Gambar Indonesia) pada tahun 1930an. Selanjutnya ada Ruangan Masa Pendudukan Jepang pada tahun 1942-1945.
Lalu ada Ruangan Masa Pendirian Sanggar pada tahun 1945-1950 dan Ruangan Masa Sekitar Kelahiran Akademi Realisme pada tahun 1950an. Kemudian yang terakhir ialah Ruangan Seni Rupa Baru Indonesia pada tahun 1960-sekarang, dalam ruangan ini terdapat karya seni rupa yang sudah cukup modern.Selain ruangan yang berisi lukisan, dibagian tengah museum terdapat sebuah taman dan sebuah studio gerabah untuk pelatihan membuat gerabah, lho.
Selain lukisan terdapat beberapa karya seni rupa berupa patung yang diletakkan di bagian luar ruangan dekat taman. Selain itu terdapat fasilitas yang dapat digunakan di museum ini, seperti tempat ibadah, toilet, perpustakaan, dan toko cinderamata. Secara keseluruhan isi museum sudah terlihat bagus, namun ada beberapa tempat yang kurang mendapatkan pencahayaan sehingga menjadi sedikit gelap. Setelah berkeliling museum ini kami putuskan untuk mengambil beberapa foto di bagian taman yang menurut regu kami tempatnya “Instagramable“.
Misi Kedua, Museum Bank Indonesia
Setelah menjelajahi isi dari Museum Seni Rupa dan Keramik, kami diberikan quiz yang berisi pertanyaan tentang museum tersebut oleh panitia dari Quipper. Setelah menyelesaikan quiz tersebut kami melanjutkan ke destinasi selanjutnya yaitu Museum Bank Indonesia. Letak museum ini lumayan jauh sekitar 1 km dan ditempuh dalam waktu sekitar 6 menit.
Kami menuju ke museum tersebut dengan berlari, sungguh melelahkan ditambah panasnya suhu di Jakarta. Namun setelah sampai di Museum Bank Indonesia rasa lelah tersebut terbayar dengan kemegahan interior gedung museum tersebut. Sebelum bisa masuk, kami perlu melewati mesin pendeteksi untuk memastikan kami tidak membawa barang berbahaya. Setalah itu membeli tiket lalu kami masuk dan sangat terkagum dengan interiornya yang megah ditambah dengan adanya AC pada bagian depan museum, membuat para pengunjung tidak terlalu lelah untuk mengelilingi museum ini.
Di bagian depan terdapat beberapa diorama orang sedang melakukan transaksi di Bank, dan hal yang menakjubkan patung diorama tersebut dibuat hampir mirip seperti manusia asli. Nggak nyangka sebagus ini! Setelah melewati bagian depan, kami masuk ke bagian dalam. Disana terdapat beberapa sejarah transaksi, dan kegiatan keuangan di Indonesia, mulai dari sistem barter, uang barang, dan perkembangan uang kertas dari zaman kolonialise Belanda, Imperialisme Jepang dan sampai zaman sekarang.
Ada satu ruangan di museum ini yang membuat kami tercengang, yaitu ruangan yang menyimpan tumpukan batang emas. Di ruangan tersebut terdapat bertumpuk tumpuk emas seberat 13,5 kg per batangnya yang dilindungi kaca tebal. Ditengah perjalanan kami merasa haus, dan kami harus menahannya sampai kami tiba di bagian depan karena tad kami harus dititipkan kepada pihak museum.
Jadi buat tips saja, saat mengunjungi museum ini bawalah botol air minum untuk jaga jaga jika kita kehausan ditengah perjalanan mengelilingi museum ini. Buat ulasan tentang museum ini, secara interior dan penataan barang koleksi rapi sekali, dan juga terlihat lebih modern dibanding Museum Seni Rupa dan Keramik. Nah sama seperti yang dilakukan setiap selesai berkeliling museum tujuan, kami diberi quiz lagi.
Misi Terakhir! Museum Fatahillah
Setelah selesai, kami menuju tujuan terakhir yaitu Museum Sejarah Jakata/Museum Fathahilah. Setelah membeli tiket kami lalu masuk ke dalam museum. Bagian depan museum ini terdapat satu ruangan yang seluruh dindingnya dihiasi dengan lukisan besar. Setelah melewati bagian depan, kami menuju bagian halaman belakang yang berada di luar ruangan. Di sana terdapat satu sumur yang memiliki kedalam kira kira 7-8m yang konon katanya airnya tidak akan pernah habis.
Di dalam sumur tersebut terdapat beberapa ikan lele yang hidup, salah satunya ada yang berukuran melebihi tangan orang dewasa. Setelah dari bagian halaman belakang, kami menuju bagian dalam. Di bagian dalam terdapat beberapa ruangan yang menjelaskan bagaimana terbentuknya Kota Jakarta, dari perubahan nama Jakarta, pemimpin yang memimpin saat itu. Bahkan ada satu ruangan yang berisi prasasti dan perjanjian pada masa Kerajaan Tarumanegara.
Setelah mengelilingi bagian dalam, kami menuju ke bagian penjara bawah tanah dan mengambil beberapa foto disana. Setelah puas berfoto, kami segera meninggalkan museum dan menuju panitia untuk mengerjakan quiz. Setelah selesai mengerjakan quiz, kami langsung menuju ke halaman depan Museum Seni Rupa dan Keramik sebagai titik temu terakhir.
Perjalanan mengelilingi Kawasan Kota Tua Jakarta ini memang melelahkan, namun perjalanan ini menambah pengetahuan kami di berbagai bidang. Dari bidang seni, keuangan, dan sejarah. Dari perjalanan ini kami jadi mengerti tentang pembagian zaman seni rupa di Indonesia, perkembangan kegiatan transaksi keuangan di Indonesia, dan sejarah terbentuknya Kota Jakarta. Perjalanan ini tak akan kami lupakan sebagai perjalanan yang bermakna dan baru.
Buat kalian yang males baca semua tulisan di atas, mending tonton vlog kita aja di sini nih!
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=M4Tbi5VRQl4%5D
Penulis: Tim Sunda Kelapa

