Bagi yang bergabung dengan bimbingan belajar, kamu sepertinya harus sering-sering mengungkapkan rasa terima kasih kamu kepada para mentor. Jasa mereka tidak kalah besar jika dibandingkan dengan guru-guru di sekolah, lho. Kamu bahkan mungkin lebih sering mendiskusikan materi pelajaran dengan mentor bimbingan belajar kamu. Walaupun terkesan lebih fun dan santai, usaha yang mereka kerahkan agar kamu tidak merasa bosan saat belajar ternyata tidak gampang. Coba simak kisah beberapa mentor bimbingan belajar di Indonesia berikut ini.
Purdi E. Chandra, Cabut Kuliah demi Bimbingan Belajar
Siapa yang menyangka bahwa niatnya untuk mengajar justru membuahkan hasil yang sangat menyenangkan? Hanya dengan modal 300 ribu rupiah, Purdi nekat mendirikan bimbingan belajar di Yogyakarta pada tanggal 10 Maret 1982. Ia bahkan nekat meninggalkan bangku kuliahnya di UGM dan IKIP Yogyakarta. Tempat bimbingan belajarnya pun kecil dan terpaksa disekat menjadi dua. Muridnya bahkan hanya terdiri dari dua orang, dan itu pun tetangganya sendiri.
Tetapi, Purdi tetap terus mengajar. Ia mematok biaya 50 ribu rupiah per bulan bagi murid-muridnya tersebut. Uang akan dikembalikan apabila les tidak dilaksanakan. Usahanya Puri pun membuahkan hasil. Hanya dua tahun setelah itu, nama bimbingan belajarnya makin dikenal di seluruh penjuru Indonesia. Ia terus meningkatkan mutu pendidikan, salah satunya adalah dengan program jaminan diri. Jadi, jika kamu tidak diterima di sekolah atau universitas negeri pilihan kamu, uang yang telah kamu bayarkan akan dikembalikan.
Kini, Purdi memang sudah tidak menjadi mentor di bimbingan belajarnya sendiri. Ia lebih fokus pada kesibukannya sebagai seorang wirausahawan. Namun, Purdi tetap menyalurkan jiwa sosialnya dalam berbagai organisasi. Ia pernah dipercaya untuk menjabat sebagai Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) cabang Yogyakarta. Pria kelahiran 9 September 1959 ini senang sekali memelajari hal-hal tentang kreativitas serta kecerdasan emosional. Dan, hal itulah yang ia coba terapkan pada bimbingan belajarnya.
Seberapa Penting Sih Hasil SBMPTN?
Mufid Salim, Menjadi Mentor Karena Tawaran Iseng
Hal-hal baik memang datangnya tidak dapat pernah diduga, seperti yang dialami oleh Mufid Salim ini. Pengalamannya menjadi mentor bimbingan belajar bermula dari tawaran iseng seniornya di kampus. Sebetulnya, Mufid pernah mengajar di bimbingan belajar yang didirikannya untuk internal SMA pada tahun 2007. Hanya dengan bermodal nekat, Mufid dan beberapa teman mengadakan bimbingan belajar untuk murid seangkatan yang jumlahnya mencapai 1900 orang. Tetapi, setelah lulus, ia sama sekali tidak pernah mengajar lagi.
Itulah mengapa Mufid sempat ragu ketika mendapat tawaran untuk menjadi mentor suatu bimbingan belajar di Yogyakarta. Ia merasa belum memiliki pengetahuan yang cukup. Namun, setelah berbagai pertimbangan dan desakan orang tua, Mufid pun mendaftarkan diri untuk menjadi mentor bimbingan belajar tersebut. Setiap lulus dari tahapan tes, ia semakin yakin bahwa ia bisa menerima tanggung jawab baru sebagai mentor bimbingan belajar.
Setelah dinyatakan diterima, Mufid dan beberapa calon mentor lain diajak berkeliling dari kota ke kota di Indonesia untuk melaksanakan program bimbingan. Ia mengaku sangat tegang ketika harus mengajar lagi untuk pertama kalinya. Tapi, seiring dengan berjalannya waktu, Mufid justru menemukan keseruan tersendiri dari kegiatannya tersebut. Ia jadi merasa terpacu untuk menyiapkan diri dan materi sebaik mungkin.
Sony Sugema Ketagihan Mengajar
Menjadi seorang mentor di bimbingan belajar bagi Sony dapat dikatakan sebagai hal yang terpaksa. Saat masih duduk di bangku kelas XI SMA, ayahnya meninggal dunia sehingga ia harus bekerja untuk membantu menghidupi ibu dan keempat adiknya. Sony pun memutuskan untuk memberikan les privat kepada teman-temannya. Mengingat, bahwa ia memiliki kemampuan otak yang cukup cerdas. Teman-temannya juga percaya dengan kualitas mengajar Sony.
Setelah mendirikan les privat bagi teman-temannya di SMA, Sony jadi ketagihan untuk mengajar dan tertarik dengan dunia pendidikan. Ia bahkan mengaku senang jika sekolahnya mengadakan try out dan pembahasan soal. Ketika masih kuliah di tingkat satu Institut Teknologi Bandung (ITB), Sony memutuskan untuk menikah. Merasa banyak tanggungan, akhirnya ia menjadi guru di SMU Angkasa Bandung. Ia dipercaya untuk mengajar mata pelajaran Matematika, Fisika, dan Kimia.
Sony sepertinya benar-benar ketagihan dengan dunia belajar-mengajar. Nggak berhenti sampai di situ, ia juga bekerja sebagai mentor di beberapa bimbingan belajar. Baru pada tahun 1990, ia memutuskan untuk mendirikan bimbingan belajarnya sendiri. Saat mengajar, Sony selalu menerapkan sistem penyelesaian soal dengan cepat, agar materi lebih mudah dipahami siswa. Ia juga menerapkan metode yang fun agar siswa merasa lebih bergairah dalam mempelejari pelajaran-pelajaran yang dianggap momok, seperti Fisika dan Matematika.
Mau ikut Bimbel untuk Masuk Universitas Impian?
Quipperian! Perjuangan untuk menjadi mentor bimbingan belajar ternyata tidak mudah, ya? Ada usaha keras yang harus mereka lakukan untuk dapat memberikan materi terbaik bagi para muridnya agar kamu selalu merasa semangat belajar. Semoga kamu bisa merasa terinspirasi dengan kisah-kisa para mentor bimbingan belajar di atas, ya.