Home » Tips & Trick » School Life » Kekurangan dan Kelebihan Sistem Zonasi

Kekurangan dan Kelebihan Sistem Zonasi

Foto: unsplash.com

Hai, Quipperian!

Tak bisa dipungkiri, tahun ini memang cukup berat untuk dilalui karena adanya pandemi, ya? Harus bersekolah jarak jauh dari rumah dan mengerjakan setumpuk tugas tanpa bersosialisasi seperti biasa dengan teman-teman sekelas rasanya memang cukup menjengkelkan. Huft.

Apalagi Quipperian yang ada di pengujung masa sekolah, tepatnya di kelas VI, IX, dan XII. Bete banget enggak sih, harus menjalani tahun terakhir masa sekolah dengan menggunakan seragam yang tahun depan enggak akan dipakai lagi di rumah? Puk puk dari jauh ya, guys. Kalian hebat, kok! Jangan sedih karena dibilang angkatan corona, ya.

By the way, bagaimana dengan PPDB yang ada di depan mata? Apakah kalian sudah mendaftarkan diri? Supaya enggak jadi tambah bete, jangan sampai kamu salah dalam mendaftar karena enggak memahami sistemnya, ya! Tahun ini, ada empat jalur dalam PPDB: afirmasi, zonasi, pindahan, dan prestasi.

Kali ini, Quipper Blog akan membahas salah satu dari keempat jalur yang sering banget dibicarakan, yaitu jalur zonasi dalam PPDB tahun 2020. Tentu saja akan ada kekurangan dan kelebihan sistem zonasi ya, Quipperian. Nah, biar tak semakin penasaran, kuy langsung simak ulasannya.

Apa Itu Jalur Zonasi?

Foto: unsplash.com

Sebelum lebih jauh membahas kekurangan dan kelebihan sistem zonasi, ada baiknya kamu betul-betul memahami jalur zonasi terlebih dahulu.

Jalur zonasi memberi kemudahan bagi peserta didik yang berdomisili dalam wilayah zonasi yang ditetapkan pemerintah daerah untuk melanjutkan studi di sekolah yang satu zona dengannya. Domisili calon peserta didik ini dilihat dari alamat pada kartu keluarga yang diterbitkan minimal 1 tahun sebelum PPDB.

Mendikbud Nadiem Makarim memang tidak menghapuskan jalur zonasi pada PPDB tahun ini sesuai dengan Permendikbud No. 44 Tahun 2019. Alasan di balik tetap adanya zonasi antara lain untuk memberikan fleksibilitas pada daerah dan meratakan kuantitas dan kualitas guru.

Meski begitu, ada perbedaan antara zonasi dalam PPDB 2019 dan PPDB 2020. Tahun lalu, kuota jalur zonasi minimal 80%, dengan sisa 20% untuk jalur prestasi dan pindahan. Namun, tahun ini, kuota jalur zonasi dikurangi menjadi hanya minimal 50%, dengan sisa minimal 15% untuk afirmasi, maksimal 5% untuk pindahan, dan maksimal 30% untuk prestasi.

Apa Saja Kelebihan dari Jalur Zonasi?

Foto: unsplash.com

Nah, Quipper Blog akan membahas kekurangan dan kelebihan sistem zonasi, nih. Pertama, kita bahas dulu kelebihan dari jalur zonasi ini, ya.

  • Memberikan akses dan keadilan terhadap pendidikan bagi semua masyarakat

Pemerintah berkewajiban untuk memastikan hak semua anak Indonesia untuk mendapat pendidikan terpenuhi. Adanya sistem zonasi dapat menekan kompetisi yang berlebihan untuk memperoleh layanan pemerintah, dalam hal ini sekolah negeri.

Peserta didik yang berasal dari keluarga kurang mampu tidak perlu memikirkan biaya transportasi jika ia bersekolah di sekolah yang dekat dengan tempat tinggalnya.

  • Mempercepat pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia

Kualitas pendidikan dapat diukur dari kurikulum, sebaran guru dan peserta didik, hingga kualitas sarana dan prasarana. Hal-hal tersebut ditangani dengan basis zonasi.

Pemerintah berupaya agar tidak ada lagi sekolah favorit dan sekolah tidak favorit. Dengan begini, diharapkan dapat menghilangkan praktik jual beli kursi juga.

Apa Saja Kekurangan dari Jalur Zonasi?

Foto: unsplash.com

Di samping kelebihannya, jalur zonasi juga punya beberapa kelemahan, misalnya:

  • Tetap adanya sekolah yang ramai pendaftar dan sepi pendaftar

Sekolah yang jauh dari konsentrasi pemukiman warga menjadi sepi peminat. Sementara itu, di sisi lain ada sekolah yang malah kelebihan peminat karena berada di zona padat penduduk.

  • Munculnya kecurangan lain

Jalur zonasi yang diharapkan dapat menekan tingkat praktik jual beli kursi ternyata menciptakan kecurangan lain, karena tidak mengukur dengan jelas alasan pindah siswa dari suatu daerah ke daerah lain.

Kecurangan yang muncul misalnya kasus yang ditemukan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI). Seorang siswa asal Cibinong menumpang nama di Kartu Keluarga milik saudaranya di wilayah Kramat Jati, Jakarta Timur, demi dapat melanjutkan studi di sekolah pada daerah tersebut.

  • Menurunnya motivasi belajar siswa

Jalur zonasi menimbulkan pola pikir yang salah pada siswa, dengan anggapan, ‘untuk apa saya belajar sungguh-sungguh jika pada akhirnya saya diukur dengan jarak, bukan nilai yang saya perjuangkan?’ atau ‘untuk apa saya belajar? Lebih baik saya pindah rumah dekat sekolah tujuan saya.’

Semoga ini bukan pola pikir Quipperian, ya!

Pada akhirnya, Quipperian, memang bukan sekolah yang menentukan kualitasmu, kok. Di manapun kamu bersekolah, jika kamu memang tekun belajar dan berusaha, kamu pasti bisa berhasil di masa yang akan datang! Sebab, yang menentukan siapa kamu adalah dirimu sendiri, bukan sekolahmu.

Selalu semangat dalam belajar ya dan jangan lupa gabung bersama Quipper Video biar proses belajarmu semakin menyenangkan dan seru. Buruan daftar!

Penulis: Evita

Lainya untuk Anda