Quipperian, selamat Hari Pendidikan Nasional! Pasti medsos (media sosial) kalian ramai berseliweran quotes Ki Hadjar Dewantara dengan tagar #hardiknas.
Hardiknas atau Hari Pendidikan Nasional memang erat kaitnnya dengan sosok Bapak Pendidikan Ki Hadjar Dewantara, karena bertepatan dengan hari kelahiran beliau pada 2 Mei 1889.
Selain itu, peran Ki Hadjar begitu besar bagi dunia pendidikan tanah air, bukan karena ketokohannya sebagai tenaga pendidik, melainkan visinya tentang pendidikan jauh melampaui jamannya. Beliau membebaskan masyarakat dari belenggu kebodohan.
Nah, semangat untuk berpikir visioner juga perlu kalian cetuskan dan wujudkan. Kamu harus bermimpi, bercita-cita, kemudian kejar lalu wujudkan. Kamu sangat bisa mengambil teladan dari perjuangan Ki Hadjar untuk mengejar cita-cita. Simak kisahnya berikut ini:
Perlunya Peningkatan Kualitas Guru di Era Digital
Akses Pendidikan Untuk Semua
Mungkin sekarang kalian tak lagi susah untuk mendapat akses pendidikan. Ada beragam cara bagi kalian untuk menempuh pendidikan. Bahkan kalian bisa memilih, mau sekolah konvensional atau home schooling. Mudah kan!
Tapi coba Quipperian bayangkan berada di masa kolonial. Akses pendidikan hanya tersedia bagi mereka kaum Eropa, dan para keturunan bangsawan, serta putra-putri pejabat Belanda (ambtenaar).
Sementara kaum Bumiputera atau Pribumi hanya bisa pasrah pada nasib. Terkungkung. Tak bisa baca-tulis.
Meski terlahir dari keluarga bangsawan Yogyakarta dengan nama Suwardi Suryaningrat, mendapat jatah pendidikan, Ki Hadjar justru merasa tergugah untuk menggugat praktik pendidikan pemerintah Belanda.
Ki Hadjar lalu membuka sekolah bagi kamu bumiputera bernama Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa pada 3 Juli 1922, di Yogyakarta. Akses pendidikan bagi pribumi mulai terbuka.
Pemerintah Belanda pun gerah. Mereka mencap seluruh sekolah partikelir (swasta), termasuk Tamansiswa, merupakan sekolah liar. Pada 1932 pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan Wildeschoolen Ordonantie (Ordonansi Sekolah Liar).
Peraturan tersebut begitu mengekang sekolah swasta juga mengatur para guru. Para pengajar diharuskan membuat laporan pada penguasa setempat. Ancaman denda bila melanggar sanksi penjara 8 hari atau denda 25 gulden.
Ki Hadjar bereaksi keras terhadap ordonasi tersebut. Dia mengirim telegram kepada Gubernur Jendral De Jonge, meminta membatalkan ordonansi. Ki Hadjar menyampaikan pembangkangan Tamansiswa apabila ordonansi tidak dicabut.
Ordonansi tetap berlangsung, namun gerakan pembangkangan Tamansiswa meluas. Tercatat Tamansiswa telah membuka 116 sekolah dengan jumlah murid sebanyak 11.000 jiwa.
Gerakan pembangkangan terhadap Ordonansi Sekolah Liar, menentang diskriminasi tunjangan anak di sekolah pemerintahan, merupaka jejak perjuangan Ki Hadjar sehingga patut pada hari kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan Nasional.
Visi Ki Hadjar menyediakan akses pendidikan untuk semua anak bangsa, berbuah manis, dan bisa dinikmati seluruh anak bangsa hingga kini dan nanti. Akankah kalian menyia-nyiakan perjuangan Ki Hadjar dengan malas-malasan belajar?
Jangan Sia-Siakan Waktu Belajar
Kalian sering males belajar, pengennya cuma main-main, dan hura-hura?
Coba guys, kalian perhatikan dengan seksama kisah Ki Hadjar memperjuangkan pendidikan untuk semua anak bangsa.
Enggak sepele lho guys. Ki Hadjar berkali-kali mendapat serangan balik dari pihak pemerintah Belanda.
Dia bahkan pernah dibuang ke pulau Bangka lantaran tulisannya bertajuk Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Saya Seorang Belanda) di harian De Expres, mengkritik keras penarikan sumbangan kepada kaum pribumi untuk perayaan peringatan kemerdekaan Belanda atas Perancis.
Berkali-kali pula Tamansiswa mendapat rintangan untuk terus memberikan akses pendidikan untuk kaum bumiputera.
Jadi sekolah di masa itu enggak mudah guys. Enggak cuma niat ingin belajar saja, kalian juga harus niat untuk berjuang, dan itu dilakukan dengan segala keterbatasan.
Berkaca dari kondisi di atas, seharusnya kalian ekstra bersyukur karena akses pendidikan begitu mudah, dan segala kebutuhan penunjang kegiatan belajar mengajar sudah sangat baik.
Jangan ada lagi deh kata males untuk belajar, apalagi enggan untuk belajar karena sibuk main games, atau kongkow-kongkow. Karena belajar merupakan kunci masuk kalian berproses. Kalau berproses saja belum, bagaimana menemukan hasil.
Rayakan 71 Tahun Kemerdekaan, Quipper Gelar Konferensi Guru Nasional
Wujudkan Cita-Cita
Cita-cita Ki Hadjar untuk mewujudkan akses pendidikan untuk kaum bumiputera semula terlihat tak mungkin. Dia melawan tembok besar, penguasa kolonial. Sungguh tak masuk akal.
Memang butuh waktu penjang dan jerih payah begitu besar bagi seorang Ki Hadjar mewujudkan cita-citanya agar kaum pribumi mendapat akses pendidikan. Namun perjuangan panjang nan berliku tersebut berbuah manis, dan hingga kini seluruh anak bangsa bisa merasakan hasilnya.
Nah, kalian juga tak boleh gampang menyerah. Serius kok guys, musuh terbesarmu saat ini hanya dua; diri sendiri dan dunia maya. Terkadang kalian harus bersusah payah melawan tembok besar dari dalam diri sendiri, seperti mager alias males gerak, entar-entaran.
Sementara musuh nomor dua, dunia maya, juga tak kalah hebat. Paling enggak, kalian bisa tersita waktu seharian hanya demi dunia maya, entah stalking dunia maya, games, dan nge-youtube.
Mungkin kalian butuh pemantik untuk bilang stop kegiatan itu semua, dan bangkit untuk mewujudkan cita-cita? Nah, kisah Ki Hadjar bisa menjadi pemantik paling dahsyat.
Mulai saat ini, di momentum Hardiknas, kalian harus memiliki setidaknya satu cita-cita. Lalu, mulai perjuangkan untuk mewujudkan cita-cita tersebut.
Penulis: Rahmat Ali
