Home » Tips & Trick » Your Life » 6 Kumpulan Puisi Terbaik Untuk Sahabat Kamu

6 Kumpulan Puisi Terbaik Untuk Sahabat Kamu

6 Kumpulan Puisi Terbaik Untuk Sahabat Kamu

Quipperian, salah satu fase paling mengharukan dalam hidup kamu adalah berpisah sama sahabat-sahabat tercinta. Ngaku deh, di momen kelulusan, berpisah dengan sahabat pasti adalah hal yang paling bikin kamu nggak kuat buat membendung air mata?

Semua rasa haru tumpah bersama dinginnya air mata dan kenangan bersama sahabat tercinta. Namun, dalam kehidupan tentunya perpisahan dan pertemuan adalah hal yang akan sering kalian temui kelak.

Pastinya, setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda untuk meluapkan rasa haru mereka saat akan berpisah dengan orang-orang tercinta. Buat Quipperian yang sedang sedih karena akan menemui momen perpisahan ataupun sedang merindukan sahabat kalian, beberapa kumpulan puisi tentang sahabat ini akan mengobati hati kalian yang sedang lara.

1. Kawanku dan Aku – Chairil Anwar

Kami sama pejalan larut…
Menembus kabut,
Hujan mengucur badan,
Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan.

Darahku mengental pekat… Aku tumpat pedat…

Siapa berkata-kata?
Kawanku hanya rangka saja,
Karena dera mengelucak tenaga.

Dia bertanya jam berapa?

Sudah larut sekali,
Hilang tenggelam segala makna,
Dan gerak tak punya arti.

2. Kerinduan Ini – Thiara Olla

Rindu…
Yang membawa langkah kakiku
Menelusuri jejak-jejak yang ditinggalkan waktu

Rindu…
Yang membawa diriku
Termangu di ujung jalan rumahmu
Yang telah ditinggalkan bertahun lalu.

Rindu…
Yang membuat jemariku
Menuliskan rangkaian kata untukmu
Yang entah di mana keberadaanmu.

Sungguh kerinduan ini selalu datang dan pergi, tiba tiba menyerbu
Menguatkan segala kenangan-kenangan masa kecil dulu
Betapa polosnya pikiran kanak-kanak aku dan kamu
Bahkan tanpa ‘ku sadari bahwa kamu telah tertanam dalam benakku yang paling dalam
Membuatku selalu kembali padamu, pada kerinduanku akan kamu, memutar balik memory aku dan kamu

Biarlah, akupun tak keberatan karena ketika aku lelah dengan kenyataan
Masih ada satu tempat yang bisa melerai, yakni kenangan tentangmu!

3. A Time to Talk – Robert Frost

When a friend calls to me from the road
And slows his horse to a meaning walk,
I don’t stand still and look around
On all the hills I haven’t hoed,
And shout from where I am, ‘What is it?’
No, not as there is a time to talk.
I thrust my hoe in the mellow ground,
Blade-end up and five feet tall,
And plod: I go up to the stone wall
For a friendly visit.

Terlalu Sangat Berlalu – Arief Munandar

Pernah aku mengingat beberapa janji yang hilang tempatinya;
Kejamnya mimpi yang hilang laksananya.
Masa lalu itu, bukan pujian akan lunaknya hatiku.
Masa lalu itu, bukan kenangan yang seharusnya berlalu.

Yang hilang dengan perlahan, disita kehendak-kehendak waktu.
Tidak lagi ada seragam yang bisa aku kenakan, tidak lagi.
Terkadang aku berharap masa-masa itu akan selalu berjaya,
Masa itu akan selalu memeluk.

Namun waktu, bukan waktu namanya;
Jika ia tidak mampu menghimpit sejarah.
Tapi lalu, adakah yang mengerti?
Atau mungkin, hanya aku yang tidak pernah mengerti?

Waktu yang menjadikan subuh alasan pergantian malam;
Perpisahan sekolah alasan pergantian jalan.
Yang tersisa hanya malam-malam panjang, untuk si perenung;
Untuk manusia yang tidak ingin tersingkir.

Berontak, berharap waktu tidak pernah bekerja,
Buram, sepi, dan sulit dimengerti…

Waktu yang selalu mengajari kita, menghargai segala yang baru;
Segala yang datang secara tiba-tiba,
Segala yang tidak kita harapkan kehadirannya.

Lalu kemudian kita mulai menghargainya,
Lalu kemudian kita menetap di dalamnya,
Lalu kemudian semuanya, diambil kembali…

Waktu yang kasar…
Memaksa kita, untuk tidak terlalu menghargai pemberian.
Dan hanya…
Atau mungkin, hanya akulah yang kasar.

Hari-hari yang berlalu, waktu-waktu yang bergerak,
Meninggalkan siapapun yang menetap.
Terkadang aku berpikir,
Mengapa waktu tidak pernah membiarkan kita yang memilih?

Mengapa harus, selalu dia yang memilih?

Banyak kisah yang membisu di sana,
Membawa semua yang tertinggal,
Atau mungkin, hanya aku yang tertinggal?
Atau mungkin, hanya aku yang tidak pernah mengerti?

Dan lalu, semuanya berlalu…
Terlalu sangat berlalu…

5. A Poison Tree – William Blake

I was angry with my friend:
I told my wrath, my wrath did end.
I was angry with my foe:
I told it not, my wrath did grow.

And I watered it in fears
Night & morning with my tears;
And I sunned it with smiles,
And with soft deceitful wiles.

And it grew both day and night,
Till it bore an apple bright.
And my foe beheld it shine,
And he knew that it was mine,

And into my garden stole,
When the night had veiled the pole;
In the morning glad I see
My foe outstretched beneath the tree.

6. Persahabatan – Kahlil Gibran

Dan seorang remaja berkata, Bicaralah pada kami tentang Persahabatan.

Dan dia menjawab:
Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau tuai dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa mahu kedamaian.

Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya, kau tiada takut membisikkan kata “Tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “Ya”.
Dan bilamana dia diam,hatimu berhenti dari mendengar hatinya; kerana tanpa ungkapan kata, dalam persahabatan, segala fikiran, hasrat, dan keinginan dilahirkan bersama dan dikongsi, dengan kegembiraan tiada terkirakan.
Di kala berpisah dengan sahabat, tiadalah kau berdukacita;
Kerana yang paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin kau nampak lebih jelas dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.

Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya roh kejiwaan.
Kerana cinta yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya, bukanlah cinta , tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan.

Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu jika kau sentiasa mencarinya, untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?
Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!
Kerana dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria dan berkongsi kegembiraan..
Kerana dalam titisan kecil embun pagi, hati manusia menemui fajar dan gairah segar kehidupan.


Nah, Quipperian walaupun nanti bakalan jarang ketemu sahabat-sahabat kamu, tetap jalin komunikasi dengan baik ya jangan sampai lose contact. Jangan lupa buat share puisi-puisi di atas sama sahabat-sahabat tercintamu, ya!

Penulis: Alhabsi Mahardicha

Lainya untuk Anda