Quipperian! Gimana sih gaya kalian mengambil selfie? Apa kalian perlu mengonsep gaya selfie itu atau hanya spontanitas saja? Nah, sudah banyak kasus selfie yang berujung pada maut, lho!
Selain maut, ada juga kasus selfie yang sampai menghancurkan salah satu peninggalan sejarah, yaitu Patung Abad ke-16 bernama Patung Dom Sebastion.
Makanya, kalian tentu tidak ingin mati konyol atau merusak bangunan sejarah hanya karena selfie, kan? Kalau iya, kalian perlu memerhatikan etika selfie yang seharusnya. Bahkan, etika selfie ini harusnya dipahami oleh semua orang yang ingin berlibur di mana saja Agar, tidak merusak properti penting dari sebuah tempat yang dikunjungi.
Di beberapa tempat di Eropa dan Amerika, kegiatan selfie dilarang. Bahkan, Disneyland Amerika Serikat dan Museum Smithsonian, Colosseum di Italia, dan Istana Versailles di Prancis melarang pengunjung menggunakan tongsis.
Meski demikian perilaku selfie sudah jamak dilakukan masyarakat, terlebih ketika melancong, baik selfie seorang diri maupun berkelompok. Di tempat wisata, mal, kafe, sekolah, hingga kantor, kita kerap menjumpai orang-orang ber-selfie. Bisa jadi kalian pun sering melakukannya.
Jika ya, sah-sah saja. Tetapi kalian juga harus mempertimbangkan etika ber-selfie. Terlebih jika tempat kunjungan kalian melarang selfie dan membawa tongkat narsis (tongsis).
Mengutamakan keselamatan
Mengutamakan keselamatan tidak hanya di lalu lintas. Dalam ber-selfie pun wajib melakukan hal tersebut. Tahun lalu diberitakan bahwa seorang pendaki meninggal setelah ber-selfie di kawasan Gunung Merapi. Tentunya, kalian tidak ingin mengalami nasib yang sama, kan? Hal ini juga berlaku saat kalian mengendarai kendaraan (motor, mobil, dan sepeda) karena hal ini bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Ketika terjadi huru-hara
Jika terdapat kecelakaan, bencana alam, atau peristiwa huru-hara, sebaiknya kalian tidak ber-selfie. Alih-alih ber-selfie akan lebih etis jika kalian menolong korban, jika memungkinkan.
Acara keluarga
Acap kali, seseorang ber-selfie saat menghadiri acara keluarga, bahkan tak jarang mengajak saudara lain untuk selfie. Kalau acara resepsi pernikahan, arisan, atau ulang tahun, kalian bebas melakukannya. Tetapi tidak berlaku ketika keluarga sedang berduka, misal salah satu anggota keluarga meninggal atau berada di ruang perawatan intensif.
Menghargai orang lain
Ber-selfie juga harus menghargai orang lain. Kalian tak mungkin ber-selfie di tengah umat yang sedang beribadah, hanya karena kalian bukan bagian umat tersebut.
Di lain pihak, jika kalian ingin ber-slfie dengan orang-orang sekitar yang tidak kenal, ada baiknya minta izin terlebih dahulu. Jika mereka mengizinkan, kalian bisa langsung berswafoto.
Ketika tengah berswafoto, hindari pose yang menghalangi wajah teman atau pose yang mempermalukan teman, misal menjulurkan lidah ke arah telinga.
Ada kalanya selfie beramai-ramai terkendala layar ponsel atau susah memencet tombol. Namun hal itu bisa disiasati dengan Polytron Prime 7S.
Ponsel dengan kamera delapan megapiksel memiliki fitur 84 derajat wide angle, LED flash, serta voice capture dan gesture shot sebagai pengganti tombol kamera.
Hanya cukup mengucapkan “cheese” atau membentuk tanda “peace” dengan simbol dua jari, kamera akan secara otomatis mengambil foto kalian.
Ponsel yang digadang-gadang sebagai smart luxury phone ini juga dilengkapi fitur Phase Detection Auto-Focus Technology (PDAF) untuk menangkap momen yang bergerak cepat (olahraga, pesta) dan membuat foto lebih akurat kurang dari 0,3 detik.
Nilai tambah lain, kalian dapat mengabadikan setiap momen bersama orang-orang terdekat dengan hasil memuaskan.
Penulis: Sritopia