Hai, Quipperian!
Apakah kamu gemar belajar Bahasa Indonesia? Semoga saja kamu suka, karena Bahasa Indonesia adalah bahasa yang harus kita jaga dan banggakan dengan cara tetap menggunakannya sebaik mungkin di tengah arus bahasa asing yang mulai masuk dalam literasi dan kehidupan sehari-hari.
Kalau kamu tidak suka, mungkin jangan-jangan kamu belum banyak tahu fakta Bahasa Indonesia yang kaya dan menarik. Sebagai contoh, apakah kamu tahu kata yang baku adalah imbauan bukan himbauan? Atau mungkin kata baku jomlo bukan jomblo? Hm, ternyata bahasa sehari-hari pun masih banyak yang salah kaprah, ya.
Nah, selain fakta Bahasa Indonesia mengenai kata-kata baku di atas, salah satu fakta Bahasa Indonesia lain yang menarik dikenal adalah majas.
Menurut Laksmi Wijaya, majas adalah gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai dalam suatu karangan yang bertujuan untuk mewakili perasaan dan pemikiran dari pengarang. Majas pun memiliki fungsi, lho. Menurut Waluyo, majas secara umum memiliki empat fungsi, yaitu:
- Menghasilkan kesenangan imajinatif.
- Menghasilkan imaji tambahan sehingga hal-hal yang abstrak menjadi konkret dan dapat dinikmati pembaca.
- Menambah intensitas perasaan pengarang dalam menyampaikan makna dan sikapnya.
- Mengonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara-cara menyampaikan sesuatu dengan bahasa yang singkat.
Kali ini, biar lebih seru, Quipper Video Blog akan mengajak kamu mengenal beberapa fakta Bahasa Indonesia majas yang dipakai sang panglima tempur yang ternyata punya sisi pujangga dalam mengungkapkan perasaannya pada kekasih hatinya. Tidak lain dan tidak bukan—Dilan!
Majas Perbandingan
1. Alegori
“Perpisahan adalah upacara menyambut hari-hari penuh rindu.”
Majas alegori ialah majas yang mengungkapkan sesuatu dengan menggunakan kiasan atau penggambaran. Biasanya, kalimat yang terbentuk cukup panjang serta terdapat beberapa kiasan yang membentuk suatu kesatuan yang jelas dan tersurat.
Rumus pertama Dilan saat ngegombal adalah penggunaan diksi dalam bahasa baku yang dipilin satu per satu supaya menarik. Coba lihat, kata ‘upacara’ dapat digunakannya untuk menjelaskan tentang perpisahan, bukan tentang tujuh belas Agustus-an.
2. Hiperbola
“Jangan pernah bilang ke aku ada yang menyakitimu. Nanti orang itu akan hilang.”
Majas hiperbola ialah majas yang mengungkapkan sesuatu dengan maksud untuk melebih-lebihkan dari kenyataan yang sebenarnya alias lebay. Majas ini menimbulkan kesan berlebihan serta tidak masuk akal, bahkan mustahil.
Nah, kalau ngegombal, majas satu ini sih wajib hukumnya. Uniknya, sisi anak berandalan pada Dilan membuatnya berhiperbola dengan sedikit lebih menyeramkan. Bukan menye-menye soal memetik bintang, dia malah berjanji mau menghilangkan orang yang menyakiti non Milea! Wih!
Majas Pertentangan
1. Oksimoron
“Seneng dan bingung kalau mikirin kamu. Pengennya deket kamu terus. Kalau deket kan nggak perlu mikirin.”
Majas oksimoron ialah majas dengan sebuah paradoks di dalam sebuah frase.
Senang dan bingung adalah dua hal yang berbeda jauh. Biasanya, kita hanya mengalami salah satunya saja dalam satu waktu. Beda dengan Dilan yang menggambarkan komplikasi dalam pikirannya ini. Namanya juga orang dimabuk cinta, ya.. Bebas, deh.
2. Paradoks
“Jangan ketawa. Ketawa kamu itu bagus.” (Nanti dia jadi suka sama kamu)
Majas paradoks ialah majas yang mengungkapkan dua hal yang berlawanan walaupun pada kenyataannya, keduanya benar. Pada majas ini, hal berlawanan tersebut tidak diungkapkan dalam satu frase.
Sia-sia banget nggak sih larangan di awal kalimat ini? Pasalnya, apa iya Milea jadi bisa menahan tawa atau senyumnya saat larangan tersebut dilanjutkan dengan kalimat kedua?
3. Kontradiksi Interminus
“Sudah sana tidur, jangan begadang dan jangan rindu. Rindu itu berat. Kamu tidak akan kuat, biar aku saja.”
Majas kontradiksi interminus ialah gaya bahasa pengecualian. Di awal kalimat, akan disebutkan sesuatu yang diperbolehkan lalu diikuti dengan penyangkalan atas hal tersebut.
Wah, gombalan Dilan yang paling terkenal, nih! Kamu pasti pernah dengar, deh. Di sini, Dilan bukannya mau menanggung beratnya rindu karena dia lebih kuat dari Milea, melainkan karena lebih baik dia yang menahan beban itu daripada sang pujaan hati. Apa artinya? Sebetulnya dia pun nggak kuat. Cinta memang pengorbanan, yang kuat ya Dilan.
Majas Penegasan
1. Apofasis
“Aku tidak ingin mengekangmu. Terserah, bebas kemana engkau mau. Asalkan aku ikut.”
Majas apofasis atau disebut juga majas preterisio ialah majas yang terlihat seakan menyangkal suatu hal, namun justru malah menegaskannya.
Duh, Dilan.. kalau ikut kemana-mana sih beda tipis ya dengan mengekang! Atau malah nggak beda sama sekali? Dengan begitu, kita tahu bahwa kalimat pertama dalam gombalan ini tidak seutuhnya benar.
2. Retoris
“Tidak mencintai bukan berarti membenci, kan?”
Majas retoris ialah majas dalam bentuk pertanyaan yang sebetulnya telah terjawab dan jawabannya ada pada kalimat tersebut. Karenanya, pertanyaan ini tidak perlu dijawab.
Kata-kata terakhir Dilan yang akan kita bahas berupa pertanyaan dengan jawaban yang ada pertanyaan itu sendiri saat menenangkan Milea yang sedang cemburu. Tapi memang betul, kan?
Nah, menurutmu bagaimana, Quipperian? Dari uraian artikel di atas, kita jadi tahu kalau fakta Bahasa Indonesia adalah bahasa kita pun bisa kok dibuat keren dan bermakna kayak bahasanya Dilan di atas. Jangan menyangkal, pasti kamu mau atau bahkan pernah kan digombalin dengan mengikuti gaya Dilan di atas? Untuk fakta Bahasa Indonesia menarik lainnya, langsung saja kunjungi Quipper Video Blog, ya!
Sumber:
- https://www.kajianpustaka.com/2016/11/pengertian-fungsi-dan-jenis-jenis-majas.html
- https://cinemapoetica.com/dilan-1990-kata-kata-yang-tak-beristirahat/
- http://acehnews.co/tak-sampai-sebulan-film-dilan-1990-capai-5-juta-penonton.html
- https://breakingnews.co.id/read/tak-hanya-kisah-nyata-di-novel-ternyata-film-dilan-juga-asli-di-kehidupan
Penulis: Evita