Quipperian, kalau dipikir-pikir bosan juga ya kita sudah bertahun-tahun terjebak dalam kemacetan. Mau ke kampus macet, mau ke sekolah kena macet, apalagi ke kantor, sudah enggak usah diomongin lagi, deh. Rasanya mau tepuk jidat saja tiap liat jalanan khususnya Jakarta dan sekitarnya. Emang enggak bisa nyalahin siapa-siapa sih kalau sudah ngomongin kemacetan. Namun, pemerintah negara kita tetap berusaha semaksimal mungkin untuk mengurangi kemacetan dari era ke era.
Mulai dari pengadaan Transjakarta dan Commuter Line yang saat ini sudah mulai memadai dan lumayan meredam kemacetan yang ada. Pelan-pelan kita pun diedukasi untuk menggunakan transportasi publik agar kemacetan di jalanan Ibukota berkurang.
Belakangan ini pun, MRT (Mass Rapid Transit) sudah mulai rampung dan bisa dinikmati. Kamu sudah nyobain belum nih, Quipperian? Nah, biar kita enggak katrok-katrok banget sama transportasi dengan teknologi terbaru ini, kali ini Quipper Blog mau mengajak kamu kenalan dengan MRT, ngomomgin tata cara, etika, dan beberapa rute MRT. Kuy, mulai!
Apa Itu MRT?
MRT adalah salah satu transportasi publik yang sudah ditunggu-tunggu kehadirannya sejak lama nih, Quipperian. MRT juga punya sejarah panjang hingga akhirnya sekarang hadir di Ibukota.
Rencana pembangunan MRT di Jakarta sebenarnya sudah dirintis sejak tahun 1985, lho Quipperian. Tapi, saat itu proyek MRT belum dinyatakan sebagai proyek nasional. Barulah di tahun 2005, Presiden Republik Indonesia menegaskan bahwa proyek MRT Jakarta merupakan proyek nasional. Berangkat dari kejelasan tersebut, maka Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai bergerak dan saling berbagi tanggung jawab.
Desain proyek MRT sendiri dilakukan mulai tahun 2008-2009. Akhirnya setelah itu, tahap konstruksi dilakukan mulai Oktober 2013. Proyek MRT Jakarta dimulai dengan pembangunan jalur MRT Fase I sepanjang ± 16 kilometer dari Terminal Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia yang memiliki 13 stasiun berikut 1 Depo. Jarak tempuh dari Bundaran HI – Lebak Bulus dan sebaliknya — memakan waktu sekitar 40 menit. Hal tersebut menjadi lebih singkat jika dibandingkan dengan menempuh jarak yang sama menggunakan kendaraan seperti mobil atau motor.
Bedanya MRT dan LRT
Ada MRT, ada pula LRT (Light Rapid Transit). Kalau kamu masih suka bertanya-tanya perbedaan MRT dan LRT, sebenarnya kedua moda tersebut sungguh berbeda — terlepas dari pengembangnya yang berbeda. Hal yang sudah pasti berbeda adalah dalam hal Kapasitas. Kapasitas LRT nantinya akan jauh lebih kecil dari MRT. LRT di Jakarta merupakan rangkaian kereta yang terdiri dari maksimal tiga kereta. Nah, setiap rangkaian kereta ini hanya bisa mengangkut maksimal kapasitas 628 penumpang. Sedangkan MRT adalah rangkaian kereta yang terdiri dari maksimal enam kereta yang mampu menampung 1.950 penumpang sekali jalan. MRT juga ditargetkan dapat mengangkut 173.000 penumpang.
Selain tentang kapasitas, perbedaan yang signifikan juga dalam hal perlintasan kedua moda tersebut. Nantinya akan ada 7 koridor LRT yang akan dibangun. Beberapa koridor yang diutamakan untuk selesai lebih awal adalah Kebayoran Lama – Kelapa Gading dan Kelapa Gading – Kemayoran – Pesing – Bandara Soekarno-Hatta. Perlintasan LRT di Jakarta akan dibangun dengan jalur layang (elevated). Nah bedanya dengan MRT adalah perlintasan MRT yang dibangun MRT akan terbagi dalam dua jenis, yakni layang dan bawah tanah (underground). Perlintasan MRT dari Lebak Bulus – Sisingamangaraja merupakan jalur layang, sedangkan Sisingamangaraja – Bundaran HI merupakan jalur bawah tanah. Jadi, sekarang sudah tau kan Quipperian bedanya MRT dan LRT?
Peta Koneksi MRT Jakarta
Kalau kamu masih bingung bagaimana mengoneksikan kendaraan umum yang selama ini kamu gunakan untuk sampai ke koridor-koridor MRT yang saat ini sudah beroperasi. Warna garis yang berbeda di bawah ini merupakan tanda jalur-jalur yang bisa kamu gunakan untuk menggunakan moda transportasi publik. Warna hijau adalah jalur MRT dan beberapa pemberhentiannya. Gambar di atas adalah peta koneksi moda transportasi publik yang kamu butuhkan, silakan dicek, ya.
Daftar Stasiun MRT
Jalur MRT Bundaran HI – Lebak Bulus terbagi menjadi beberapa stasiun. Stasiun-stasiun tersebut adalah; Stasiun Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, Sisingamangaraja, Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, Bundaran Hotel Indonesia.
Cara Membayar Tiket MRT
Untuk dapat menggunakan moda transportasi MRT, kamu sekarang sudah enggak usah ribet-ribet lagi nyiapin uang cash, karena semuanya sudah serba cashless. Kamu bisa menggunakan uang elektronik seperti JakLingko, E-Money (Bank Mandiri), Brizzi (Bank BRI), Tap Cash (Bank BNI), Flazz (Bank BCA), dan JakartaOne (Bank DKI).
Nah, selain itu kamu juga bisa memilih beberapa alternatif metode pembayaran lainnya, seperti Kartu MRT Jakarta Jelajah Single Trip dan Multi Trip. Kartu ini bisa kamu dapatkan di mesin tiket otomatis ataupun loket tiket yang ada di seluruh Stasiun MRT Jakarta.
Etika Naik MRT
MRT merupakan fasilitas publik yang patut kita jaga demi kenyamanannya. Anggap MRT ini seperti kendaraan pribadi kamu dengan enggak buang sampah sembarangan di dalam MRT. Dahulukan orang tua, ibu hamil, maupun teman-teman difabel dan para pengguna kursi roda. Meskipun, sudah ada bangku-bangku khusus untuk beberapa orang tersebut, namun tetap saja kamu harus memiliki kesadaran untuk mendahulukan kenyamanan mereka. Selain itu, jangan merusak fasilitas seperti kursi ataupun fasilitas-fasilitas lainnya yang terdapat di area MRT maupun moda itu sendiri.
Quipperian, itulah beberapa fakta dan etika naik MRT. Jaga selalu fasilitas publik yang kita miliki ya. Nah, biar kamu makin update sama hal-hal terkini, follow Instagram @Quipper_ID dan ajak teman-temanmu untuk follow juga ya, Quipperian!
Penulis: Habsi