
Mager vakansi ke luar kota. Quipperian kezel enggak kebagian tiket kereta dan pesawat. Kantong cekak alias lagi bokek, atau males ke tempat hiburan mainstream penuh sesak orang. Woles guys! Semua ada jalan kelokur eh keluarnya.
Semua kegembiraan ada di Jakarta kok. Quipperian pasti enggak pengen kan musim liburan cuma di rumah. Nonton sinetron atau paling mentok drama korea sembari sesenggukan. Dhuhh.. Kurang-kurangin deh. Yuk keluar rumah. Berburu tempat anti mainstream tapi tetap edukatif.
Serius ada? Ahh paling itu-itu lagi!
Eitss… Sebentar. Quipperian pasti belum pernah dengar Museum Tengah Kebun? Atau Rumah Raden Saleh? Nah ini momen pas buat Quipperian semua mengisi musim liburan murah dan edukatif, menjelajah museum-museum anti mainstream di Jakarta dan sekitarnya. Gimana anti mainstreamnya, mari simak baik-baik.
Museum Tengah Kebun
Kemang. Tempat hang out nomor wahid muda-mudi Jakarta, masa ada museum? Nah memang lokasinya terbilang ngumpet karena berada di sebuah rumah milik seorang pengusahan dan kolektor barang seni, Sjahrial Djalil. Tak ada baliho besar, penandanya hanya tulisan mungil di pintu gerbang kayu, “Museum di Tengah Kebun.”
Tapi kalian enggak akan kesasar, alamatnya cukup jelas, Jalan Kemang Timur Raya No.66, Jakarta Pusat. Suasana museum ini anti mainstream guys. Begitu menginjakan kaki, serasa masuk ke lorong waktu, dan tidak terasa seperti di tengah ibu kota, lantaran sunyi dan asri.

Meseum ini menyimpan sekira 4 ribu koleksi benda seni dan bersejarah dari berbagai dunia. Terdapat 17 ruangan dengan benda koleksi berbeda tema. Salah satunya Ruang Buddha, menyimpan koleksi berbagai macam patung Buddha, juga ada Ruang Dewi Sri, Ruang Loro Blonyo, Ruang Willhem, dan lainnya.
Menariknya nih guys, kalian tak perlu keluar biaya alias gratis, free. Kece kan. Tapi ada syaratnya nih untuk bisa menikmati koleksi Museum Tengah Kebun. Kalian paling tidak harus 10 orang per-rombongan. Dan sebelumnya harus reversi via telepon. Bila seuruh syarat sudah terpenuhi, Quipperian akan bertur ria dan juga mendapat secangkir teh manis hangat di penghujung tur.
Rumah Raden Saleh
Lokasinya anti mainstream abis guys. Kalian kudu masuk ke area rumah sakit PGI Cikini untuk bisa masuk ke tempat tujuan. Rumah Raden Saleh kini tersembunyi di antara bangunan dan gedung-gedung lain, sehingga tak banyak orang tahu. Padahal rumah tersebut sangat bersejarah, dan salah satu monumen sejarah seni rupa modern Indonesia.
Raden Saleh membangun rumah tersebut pada tahun 1852, sepulang pengelanaannya selama lebih-kurang 20 tahun di Eropa. Bangunan tersebut serupa kastil, dan si empunya rumah terinspirasi tata bangun kastil karibnya, Ernst II, seorang bangsawan Prusia. Maka gaya bangunannya begitu eklektik, campuran neo-klasik.
Kala itu, bangunan rumah sangat mencolok, bahkan menjadi lanskap daerah Cikini. Raden Saleh biasa menggelar pameran lukisan di rumahnya. Dan menjadi semacam galeri bagi tidak saja karya seni, namun benda-benda purbakala dan naskah-naskah Jawa.

Dia bersama istrinya, seorang janda kaya bernama Constancia von Mansfeldt atau dikenal Constancia Wincklehagen, menempati rumah itu hanya 10 tahun. Kemudian seorang tuan tanah, Sayid Abdullah bin Alwi Alatas, berhasil memenangkan lelang pada tahun 1867. Rumah tersebut kembali dijual pada 1897, dan berpindah kepemilikan pada pasangan suami-istri de Graaf.
Pasangan de Graaf mengubah tempat itu jadi pelayanan kesehatan, dan atas bantuan Ratu Emma akhirnya membeli rumah tersebut. Lambat laun rumah tersebut berubah menjadi rumah sakit.
Quipperian pasti mendapat sensai berbeda ketika masuk ke rumah tersebut. Kesan neo-klasik abad 19 begitu kentara. Tak sekadar menangkap suasana, namun Quipperian akan melihat bagaimana seorang pelukis bumiputera di abad 19 menjalani hidup.
Museum Basoeki Abdullah
Nah, bila pada umumnya museum terkesan kaku, kuno, dan tua, beda halnya dengan Museum Basoeki Abdullah. Homie dan art abis guys. Ya memang, karena bangunan museum semula kediaman sang pelukis. Dia mewasiatkan kepada keluarga sebelum wafat pada 5 November 1993, untuk menjadi kediamannya sebagai museum seni rupa.
Menariknya, kalian tak hanya melihat lukisan karya Basoeki Abdullah, namun memperlajari tokoh-tokoh berpengaruh di dunia. Lantaran sang pelukis, sering mendapat tawaran melukis potret diri para pemimpin dunia, sebut saja Mahatma Gandhi, Rabindranath Tagore, dan lainnya.
https://www.youtube.com/watch?v=Hk8nhYuqXlQ
Sumber: GEO LIVE
Museum beralamat di Jalan Keuangan Raya No. 19 Cilandak Barat, Jakarta Selatan, menampilkan koleksi tak hanya karya sang pelukis nan terkenal dengan lukisan potret, namun juga koleksi patung, topeng, wayang, dan cenderamata serta buku-buku. Tentu liburan kalian akan anti mainstream menjelajah dunia seni rupa modern Indonesia.
Liburan Quipperian pasti akan semakin seru bila menelusur museum-museum anti mainstream di Jakarta, karena murah, terjangkau, enggak banyak orang tahu, dan pasti edukatif.
Penulis: Rahmat Ali