Quipperian pernah mengalami déjà vu? Seperti ada perasaan seolah kita pernah mengalami kejadian yang sedang kita alami saat ini. Ya, apakah pengalaman ini hanya sekadar perasaan? Atau sebenarnya ada penjelasan ilmiah di balik rasa yang kita alami? Atau mungkin, hal ini ada kaitannya dengan hal mistis atau kehidupan kita di masa lalu? Untuk bisa lebih memahami apa itu sebenarnya déjà vu dan bagaimana hal tersebut bisa terjadi, simak pembahasan berikut, ya, Quipperian!
Sejarah dan Pengertian Déjà vu
Dua dari tiga orang di dunia ini, yang berusia 15 hingga 25 tahun, pernah mengalami peristiwa déjà vu, yaitu semacam perasaan aneh seolah kita merasa familiar atau sebelumnya pernah mengalami peristiwa yang saat ini sedang terjadi.
Beruntungnya, pengalaman tersebut tidak termasuk dalam kategori mistis. Istilah itu sendiri berasal dari bahasa Prancis, yang artinya “pernah melihat”, karena kata tersebut diciptakan oleh seorang filsuf dan parapsikolog berkebangsaan Prancis bernama Emile Boirac.
Ia menuliskan istilah tersebut dalam bukunya yang berjudul “L’Avenir des Sciences Psychiques” atau “Psikologi Masa Depan”. Sesuai dengan profesinya sebagai seorang parapsikolog, yaitu ahli kejiwaan yang menitikberatkan keahliannya pada hal-hal yang tidak kasatmata, fenomena déjà vu memang bukan peristiwa yang dapat dijelaskan secara saintis dan aktivitasnya tidak terekam oleh mesin pemindai otak.
Kejadiannya begitu singkat dan tanpa pemberitahuan sehingga hampir mustahil bagi para ilmuwan untuk merekam dan mempelajarinya. Bisa dibilang, keberadaannya dapat dirasakan namun tidak dapat dibuktikan secara fisik.
1. Déjà Vu Biologis
Secara umum, déjà vu bukan sekadar perasaan yang tiba-tiba muncul di dalam benak kita, lho, Quipperian. Akan tetapi, para ilmuwan percaya bahwa fenomena tersebut muncul sebagai respon otak atas rangsangan yang datang dari luar tubuh maupun kelainan kimia di dalam otak.
Peristiwa déjà vu yang terjadi karena kelainan struktural atau kimia di dalam otak sering kali disebut sebagai déjà vu biologis dan dialami oleh para penderita epilepsi lobus temporal, yaitu jenis epilepsi yang mempengaruhi bagian hipokampus di otak. Hipokampus merupakan bagian otak tempat memproses informasi, termasuk memori dan emosi dari luar dan mengirimnya ke bagian otak yang lain untuk disimpan.
Sederhananya, déjà vu yang dialami oleh penderita epilepsi tersebut dikarenakan oleh adanya tembak saraf. Neuron mengirimkan sinyal secara acak sehingga menyebabkan sang penderita mengalami ingatan dengan rasa keakraban yang palsu sebelum pada akhirnya ia mengejang.
Bahkan, peristiwa déjà vu tersebut dapat dengan sengaja dimunculkan pada penderita epilepsi dengan cara merangsang otak mereka menggunakan gelombang elektromagnetik.
2. Déjà Vu Eksternal
Selain itu, efek déjà vu juga bisa muncul sebagai reaksi dari rangsangan eksternal yang memunculkan reaksi kimia lain di otak, seperti akibat dari konsumsi obat maupun rasa cemas dan depresi. Seorang pria berprofesi sebagai dokter mengonsumsi amantadine dan phenylpropanolamine untuk menyembuhkan demam dan flu yang dia derita.
Ternyata, zat tersebut mampu meningkatkan aktivitas dopamin di otaknya. Dalam waktu 24 jam sejak mengonsumsi obat tersebut, ia menerima serangan hebat dari déjà vu dan serangan tersebut berhenti total setelah ia memutuskan untuk berhenti meminum obat.
Terlepas dari jenis déjà vu yang menyerang, para ilmuwan sama-sama sepakat bahwa tempat kejadian perkara dari peristiwa ini adalah di dalam lobus temporal medial. Kalau Quipperian ingin tahu, bagian otak tersebut terletak tepat di belakang bagian atas telinga kamu menuju ke tengah.
Masih ada sekitar empat puluh teori yang mampu memberikan hipotesis mengenai bagaimana proses déjà vu terjadi. Akan tetapi hingga saat ini, para ilmuwan bahkan belum berhasil untuk mencapai kesepakatan mengenai bagaimana cara mengelompokkan puluhan teori tentang déjà vu tersebut.
Namun jangan khawatir, Quipperian, pada subpembahasan berikutnya, akan dijelaskan beberapa teori terkuat yang disetujui oleh para ilmuwan dalam menjelaskan terjadinya peristiwa déjà vu secara ilmiah. Simak, ya!
Teori “Perhatian yang Terbagi”
Teori “Perhatian yang Terbagi” diusulkan oleh seorang pria bernama Dr. Alan Brown. Teori ini mirip seperti ketika kita sedang bermain dengan telepon selular kita. Perhatian kita terbagi pada layar ponsel dan juga kejadian di sekitar.
Misalnya saja di dalam restoran, kita sedang asik dan terlalu fokus memperhatikan garpu dan tidak memperhatikan taplak meja ataupun pelayan yang jatuh. Akan tetapi begitu kesadaran kita terhadap sekitar kembali penuh, kita merasa kejadian itu baru saja terjadi. Padahal, otak kita sudah merekam semua kejadian itu di dalam visi periferal di bawah kesadaran.
Jadi begitu kita melihat pelayan yang terjatuh, kita merasa peristiwa itu sudah pernah terjadi sebelumnya karena memang sudah terekam dalam otak. Kita hanya terlambat menyadarinya.
Teori Hologram
Teori Hologram ini diusulkan oleh seorang psikiater berkebangsaan Belanda bernama Dr. Herman Snow. Jika Quipperian memiliki hologram dan hanya mengambil potongan kecil dari substansi tersebut, substansi yang kamu miliki saat ini tetap bernama hologram, lho, hanya saja resolusinya lebih kecil.
Nah, ide tersebut diadaptasi oleh Dr. Snow untuk menjelaskan fenomena déjà vu. Menurutnya, beberapa fragmen kecil dari suatu memori atau pengalaman yang pernah dirasakan membuat kita seolah-olah pernah mengalami peristiwa tersebut secara keseluruhan.
Misalkan kita berkunjung ke rumah teman dan melihat taplak meja yang berada di rumahnya. Kita merasa pernah mengunjungi rumah tersebut padahal saat itu adalah pertama kalinya kita datang ke rumah tersebut lalu kita merasa déjà vu.
Menurut teori ini, yang sebenarnya terjadi adalah mungkin yang pernah kita lihat hanya taplak mejanya saja, bukan seluruh kejadian. Bisa jadi kita pernah melihat taplak meja dengan motif serupa di rumah nenek kita, akan tetapi kita justru merasa akrab dengan suasana yang terjadi saat ini.
Padahal sama seperti hologram, kita hanya butuh satu fragmen untuk bisa melihat keseluruhan gambar. Otak kita telah mengidentifikasi taplak meja di rumah teman dengan taplak meja yang ada di masa lalu. Kemudian alih-alih mengingat bahwa kita melihatnya di rumah nenek, otak kita justru memanggil memori lama tanpa mengidentifikasinya. Ini membuat kita terjebak suasana yang akrab tanpa bisa ingatan mengenai informasi tersebut.
Teori Pemrosesan Ganda
Sebagai contoh untuk teori ini, misalkan di suatu restoran, seorang pelayan tanpa sengaja menjatuhkan nampan berisi piring makanan dan minuman. Pada saat kejadian tersebut berlangsung, otak kita memproses informasi tersebut: tangan pelayan yang membalik, teriakan pelayan meminta bantuan, aroma pasta, dan lain-lain.
Dalam hitungan milidetik, seluruh informasi tersebut berjalan dan disinkronisasi di dalam otak seperti halnya resleting yang ditutup. Akan tetapi, ada satu bagian kejadian yang lajunya terlambat. Misal urutan kejadiannya adalah tangan pelayan terbalik, pelayan meminta bantuan, lalu aroma pasta menyebar. Akan tetapi pada déjà vu, informasi yang ditangkap adalah tangan pelayan terbalik sementara potongan kejadian pelayan meminta bantuan datang bersamaan dengan terciumnya aroma pasta. Hal ini membuat otak merespon kedua potongan kejadian bersamaan tersebut sebagai dua peristiwa terpisah hingga salah satunya terasa familiar.
Teori Pemrosesan Bocor
Teori yang terakhir adalah teori pemrosesan yang bocor. Ilustrasinya seperti ini, informasi yang masuk ke dalam otak, diantarkan oleh kereta barang ke dalam pos-pos tertentu, seperti pos ingatan jangka pendek dan pos ingatan jangka panjang.
Lagi-lagi sangat mungkin terjadi kesalahan saat pengantaran informasi ke dalam pos, seperti potongan memori yang seharusnya masuk ke dalam pos ingatan jangka pendek justru diantarkan ke pos ingatan jangka panjang. Hal ini membuat kita merasa sangat familiar pada hal yang faktanya baru saja terjadi dan itulah déjà vu.
Quipperian, itulah beberapa penjelasan ilmiah mengenai fenomena déjà vu yang bisa Quipper Blog jabarkan. Teori manakah yang paling kamu percaya? Pastinya, kamu sudah tahu kan bahwa déjà vu bukan kemampuan supranatural? Jika kamu berminat mempelajari lebih dalam tentang bagaimana otak bekerja, langsung saja langganan Quipper Video melalui link di bawah ini. Klik, ya!
Link cara daftar: bit.ly/caradaftarquipper
Link registrasi: https://learn.quipper.com/signup/video/ID
Penulis: Laili Miftahur Rizqi