Home » Tips & Trick » Your Life » Apa Penyebab Sleep Paralysis? Benarkah Karena Ditindih Hantu?

Apa Penyebab Sleep Paralysis? Benarkah Karena Ditindih Hantu?

Quipperian pernah merasakan seperti ditindih saat tidur? Peristiwa di mana kamu tiba-tiba terbangun tengah malam dalam kondisi sadar, namun tidak bisa menggerakkan badan sama sekali. Seperti ada “makhluk” yang menahan tubuh bahkan kamu tidak mampu berteriak untuk meminta pertolongan!

Ternyata, kejadian seperti ini tidak hanya dialami oleh kita di Indonesia, lho, akan tetapi juga dirasakan oleh beberapa teman kita di negara lain. Di Skandinavia, “makhluk” yang dianggap bertanggung jawab adalah roh wanita yang terkena kutukan dan berubah menjadi siluman kuda. Di Turki, peristiwa ini diduga disebabkan oleh jin yang mencoba mencekik manusia. Di Meksiko, arwah orang yang sudah meninggal dijadikan kambing hitam atas kejadian tindihan ini.

Kenapa, ya, kita selalu menganggap penyebab sleep paralysis adalah roh jahat? Apa sebenarnya yang sedang terjadi ketika kita mengalami sleep paralysis? Apakah sleep paralysis berbahaya? Apakah kejadian ini bisa dicegah? Jika ya, bagaimana caranya? Untuk mengetahui penjelasan lebih lanjut dari para ilmuwan, simak penjelasan berikut, yuk, Quipperian!

Apakah Sleep Paralysis Berbahaya?

Sleep Paralysis atau yang dikenal juga dengan nama kelumpuhan tidur pernah dialami setidaknya oleh 8% dari penduduk dunia. Meski demikian, para ilmuwan mengatakan bahwa hal ini tidak berbahaya karena sebenarnya ada penjelasan ilmiah mengapa hal tersebut terjadi.

Dr. Silas Weir Mitchell adalah profesional medis pertama yang mempelajari sleep paralysis. Beliau memulai penelitiannya pada 1867, “Seseorang terbangun dari tidur dan merasa sadar terhadap lingkungannya. Akan tetapi, ia tidak mampu menggerakkan otot. Padahal, sebenarnya orang tersebut masih tertidur. Ia benar-benar sedang berjuang untuk bisa bergerak, penuh tekanan mental. Beberapa menit kemudian, kelumpuhan itu lenyap secepat dia datang.”

Siklus REM pada Otak ketika Sleep Paralysis

Ketika tidur, kita mengalami beberapa siklus yang silih berganti antara yaitu NREM (non rapid eye movement) dengan REM (rapid eye movement). Fase NREM sendiri memiliki beberapa tahap, yaitu:

  1. Tahap 1: Pada tahap ini, mata kita tertutup namun kita dapat dengan mudah dibangunkan. Kinerja otak melambat dan jika terbangun pada tahap ini, Quipperian mungkin akan merasakan sensasi aneh seperti terkejut mendadak atau mendengar seseorang memanggil nama kamu. Peristiwa ini dinamakan halusinasi hipnagogik.
  2. Tahap 2: Di tahap ini, kita mulai tertidur, degup jantung melambat dan suhu tubuh menurun. Tubuh kita siap untuk masuk ke tahap tidup pulas.
  3. Tahap 3: Kondisi ketika kita sulit dibangunkan karena sudah tertidur nyenyak. Kalaupun Quipperian terbangun pada tahap ini, kamu mungkin merasa linglung ketika membuka mata dan butuh waktu selama beberapa menit untuk mengembalikan kesadaran kamu atau yang sering kita dengan dengan istilah “mengumpulkan nyawa”.

Masing-masing tahap NREM di atas biasanya terjadi selama 5 hingga 15 menit dan bisa terjadi berulang kali secara bergantian. Selanjutnya, tubuh kita memasuki fase REM. Hal ini biasanya terjadi sekitar menit ke-70 hingga 90 dan terjadi selama 10 menit ketika kita tidur.

Pada tahap ini, kita mengalami tidur yang bermimpi. Fase ini disebut juga sebagai paradoks tidur karena ketika masuk ke dalam tahap REM, aktivitas otak meningkat, mata bergerak cepat, frekuensi pernapasan bertambah, hingga naiknya tekanan darah. Akan tetapi, seluruh otot tubuh menjadi sangat rileks bahkan lumpuh.

Hal inilah yang menyebabkan kita tidak mampu bergerak ketika terbangun dari fase REM setelah mengalami mimpi. Neurotransmitter yang berada di dalam otak dengan sengaja mematikan otot-otot kita – kecuali diafragma – sehingga selain tidak bisa bergerak, kita juga biasanya merasakan sesak napas karena adanya tekanan di dada.

Ketika kita terbangun dari mode REM, sebagian pikiran kita masih bermimpi. Mimpi yang terbawa ke alam nyata inilah yang membuat kita berhalusinasi. Halusinasi tersebut bisa berupa visual, sensorik, maupun audio yang perlahan menghilang seiring dengan berakhirnya kelumpuhan otot.

Penyebab Sleep Paralysis

Setelah memahami bahwa penyebab sleep paralysis bukanlah hantu, kira-kira bisa tidak ya, kita mencegah terjadinya peristiwa kelumpuhan tidur ini? Ternyata, para ilmuwan berpendapat bahwa kelumpuhan tidur bisa dipicu oleh kurang tidur, obat-obatan tertentu, gangguan tidur seperti sleep apnea dan narkolepsi, stres, hingga pola tidur yang berubah.

Selain itu, orang-orang dengan gangguan mental seperti PTSD, kecemasan, dan depresi juga memiliki resiko lebih tinggi mengalami sleep paralysis. Mungkin ini terdengar menakutkan.

Namun demikian, peneliti baru-baru ini menemukan bahwa 20% orang yang telah merasakan kelumpuhan tidur secara teratur bisa benar-benar merasa nyaman ketika mengalaminya! Karena tidak berbahaya, mereka bersantai, merasa tenang, dan membiarkannya terjadi.

Para ilmuwan juga sedang menyelidiki adanya hubungan genetik dengan resiko seringnya terkena sleep paralysis. Studi terhadap orang-orang kembar memang memberikan petunjuk adanya campur tangan genetik pada kejadian ini. Akan tetapi, masih ada lebih banyak penelitian yang harus dilakukan.

Cara Mencegah Sleep Paralysis

Bagi Quipperian yang masih merasa takut atau panik ketika mengalami sleep paralysis, kamu harus bersabar karena memang tidak ada obat untuk peristiwa ini. Meski demikian, dokter menyarankan untuk mengatur jadwal tidur kamu dengan baik, hindari posisi tidur telentang, dan hindari konsumsi obat atau kafein berlebihan

Itulah ulasan Quipper Blog mengenai penyebab sleep paralysis. Bagaimana, Quipperian, masih takut dengan sleep paralysis? Atau justru lebih takut dengan berbagai tes di sekolah? Jangan sampai ketakutan kamu terhadap ujian sekolah membuat kamu sampai mengalami sleep paralysis, ya! Langganan Quipper Video aja untuk menghadapinya! Kamu bisa daftar melalui link berikut, Quipperian!

Link cara daftar: bit.ly/caradaftarquipper

Link registrasi: https://learn.quipper.com/signup/video/ID

Sumber:

Sebenarnya Kesurupan atau Mengalami Dissociative Trance Disorder?

Penulis: Laili Miftahur Rizqi

Lainya untuk Anda