Ini Sejarah Lahirnya Palang Merah Indonesia yang Jadi Perdebatan Dunia

Quipperian, kamu masih ingat enggak di kelas berapa kamu belajar tentang palang merah? Kalau kamu masih ingat, sempat disebutkan kalau Jean Henry Dunant adalah Bapak Palang Merah Dunia. Yup, pria yang lahir pada 8 Mei 1828 di Geneva, Switzerland ini merupakan pengusaha yang juga aktivis sosial yang terkenal di eranya.

Nah, menelisik tentang Palang Merah Indonesia (PMI), PMI sendiri adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan.

PMI punya tujuh prinsip dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Apa saja? Yakni kemanusiaan, kesamaan, kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan kesemestaan. Hingga sekarang, di seluruh Indonesia PMI sudah ada di 33 PMI Daerah (setingkat provinsi) dan 408 PMI Cabang (setingkat kota/kabupaten).

Sejarah Palang Merah Indonesia

Quipperian, sekarang kita masuk ke dalam sejarah lengkap dari PMI, yuk! Singkatnya, Palang Merah di Indonesia sendiri sebetulnya sudah dimulai sebelum Perang Dunia II, tepatnya 12 Oktober 1873. Waktu itu, Pemerintah Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlandsche Roode Kruis Afdeeling Indie (NERKAI) yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang.

Nah, perjuangan mendirikan Palang Merah Indonesia (PMI) pun diawali pada tahun 1932. Kegiatan mulia tersebut mula-mula dipelopori oleh Dr. R. C. L. Senduk dan Dr. Bahder Djohan dengan membuat rancangan pembentukan PMI. Rancangan tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia dan diajukan ke dalam Sidang Konferensi Narkai pada 1940. Tapi, sedih banget nih Quipperian, hal tersebut ternyata ditolak mentah-mentah.

Namun para pemuda dan pelopor PMI enggak pantang menyerah nih, Quipperian. Mereka masih punya harapan besar. Akhirnya, rancangan tersebut kemudian disimpan untuk menunggu saat yang tepat. Pantang menyerah, saat pendudukan Jepang mereka kembali mencoba membentuk Badan Palang Merah Nasional. Namun, upaya ini lagi-lagi dihalangi oleh Pemerintah Tentara Jepang hingga rancangan tersebut kembali disimpan.

Proses pembentukan PMI dimulai 3 September 1945. Saat itu Presiden Soekarno memerintahkan Dr. Boentaran (Menteri Kesehatan RI Kabinet I) agar membentuk suatu badan Palang Merah Nasional. Dibantu panitia lima orang yang terdiri dari Dr. R. Mochtar sebagai Ketua, Dr. Bahder Djohan sebagai Penulis, dan tiga anggota panitia yaitu Dr. R. M. Djoehana Wiradikarta, Dr. Marzuki, dan Dr. Sitanala. Dengan bantuan tenaga yang ada, Dr. Boentaran mempersiapkan terbentuknya Palang Merah Indonesia.

Kala itu, PMI sudah menemukan titik terang nih, Quipperian. Akhirnya, pada 17 September 1945, PMI lahir dan kemudian melantik Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta sebagai Ketua PMI. Nah, dari sinilah akhirnya Bung Hatta diangkat dan mendapat julukan Bapak PMI.
Di awal-awal pembentukan, PMI memulai kegiatannya dengan memberi bantuan korban perang revolusi kemerdekaan Indonesia dan pengembalian tawanan perang Sekutu maupun Jepang.

Peran utama PMI sendiri adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas kepalangmerahan sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No. 59, Quipperian!

Lambang Palang Merah (Red Cross) untuk Indonesia yang Kontroversial

Sebuah lambang tentu saja sangat penting bagi sebuah organisasi, Quipperian. Sebab, sebuah lambang mewakili visi dan aspirasi dari organisasi tertentu. Penggunaan lambang Palang Merah sendiri memiliki sejarah yang menarik karena lambang ini diatur dalam Perjanjian Internasional, Konvensi Genewa pada 1949. Ketika itu, lambang ini diperuntukkan bagi mereka relawan yang memberikan perlindungan bagi anggota militer yang terluka dan sakit.

Namun pada 1863, negara yang ikut dalam Konvensi Genewa menilai perlu ada lambang khusus untuk menjaga kenetralan dan jaminan perlindungan mereka yang ada di medan perang.

Karena mau menghormati Swiss sebagai tuan rumah, akhirnya semua negara sepakat menggunakan warna putih yang diambil dari warna kebalikan bendera Swiss sebagai dasar lambang Palang Merah.

Namun di tahun 1876, saat Perang Balkan, Kerajaan Ottoman, Turki mengajukan lambang lain lain untuk kesatuan medis tentara kerajaan, berupa bulan sabit merah diatas dasar putih. Permintaan dikabulkan dan Turki mengubah lambang tanda pengenal dan pelindung bagi kesatuan medis militernya.

Ternyata isu keagamaan sudah terjadi di era lampau nih, Quipperian. Pasalnya, kontroversi lambang Palang Merah dan Bulan Sabit terus diprovokasi dan menjadi perdebatan banyak negara. Banyak yang menilai, kedua lambang ini merupakan simbol Kristen dan Islam. Padahal, lambang ini tidak ada kaitannya dengan agama. Wah, rumit juga ya, Quipperian.

Hingga akhirnya di era modern, tepatnya di tahun 2005, muncul lambang Kristal merah yang memiliki status dan fungsi yang sama dengan dengan lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Lambang ini menjadi penutup bagi negara-negara yang mengusulkan penggunaan lambang lain bagi kesatuan medis militer.

Nah, Quipperian, yang terpenting dari semua hal di atas adalah bahwa Palang Merah Indonesia tidak memihak golongan politik, ras, suku atau pun agama tertentu. Palang Merah Indonesia dalam pelaksanaannya juga tidak melakukan pembedaan tetapi mengutamakan korban yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan jiwanya. Mulia banget, kan?

Sumber:

Penulis: Habsi

Lainya Untuk Anda

Apa Itu Generasi Milenial dan Perbedaannya dengan Generasi X dan Z?

6 Tips Tenang dan Fokus saat Ujian supaya Lancar Mengerjakan Soal!

Ragam Pidato Bertemakan Pendidikan untuk Memperingati Hardiknas