Yoho, Quipperian! Kita bertemu lagi, nih! Masih dalam edisi Hari Pendidikan Nasional 2018! Bagaimana perasaan dan pemikiran teman-teman setelah mengetahui filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara? Semoga semakin bersemangat untuk terus mengembangkan gaya belajar kita masing-masing ya. Walau mungkin cara belajar kita belum se-ideal yang diharapkan beliau, namun tetap tekun teman-teman. Salah satu keunggulan manusia adalah kita bisa untuk terus belajar sepanjang hayat.
Nah, ngomong-ngomong tentang belajar sepanjang hayat, pada artikel kali ini Quipper Video Blog akan menyuguhkan kepada teman-teman tiga karakter utama pelajar zaman now. Masih dalam suasana memperingati Hari Pendidikan Nasional 2018, maka penting dong bagi kita untuk selalu melihat karakter belajar kita, agar tetap bersinergi dengan perkembangan zaman dan di saat yang sama berlandaskan kuat kepada akar kebudayaan kita.
Apa saja sih tiga karakter utama pelajar zaman now itu?! Ayo, kita simak bersama!
1. Empati
Huh?! Mengapa empati ya, yang menduduki urutan pertama?! Dengan perkembangan teknologi informasi yang mendorong pesatnya globalisasi kemampuan komunikasi dan gotong royong (kolaborasi) menjadi sangat krusial untuk dikuasai. Namun keterampilan komunikasi dan gotong royong handal tanpa dilandasi sikap empati akan berujung kepada sikap manipulatif dan oportunis.
Empati, atau dapat diartikan sebagai kemampuan untuk merasakan perasaan orang lain, menempatkan diri kita di posisi orang lain, memungkinkan kita untuk melihat lebih luas kenyataan/fenomena/peristiwa dan bahkan kasus yang sedang terjadi. Keluasan sudut pandang ini memungkinkan kita menghasilkan solusi yang berdayaguna menyeluruh, baik bagi yang terlibat atau bagi mereka yang akan terdampak.
2. Melek Teknologi
Dulu kita perlu ke perpustakaan untuk mencari referensi dari sebuah buku, namun kini semua hal semakin sederhana sejauh tekanan tombol jari kita. Dulu kita perlu membeli alat perekam dan alat musik lengkap untuk merekam karya musik band atau ensemble, namun kini dengan teknologi sampling kita bisa merekam gubahan musik band dengan modal satu gawai. Dulu kita perlu mengetik proposal lengkap atau menulis detil rancangan undangan, kini semua itu disediakan oleh dunia maya.
Dengan demikian kemampuan kita untuk terus mempelajari perkembangan dan program (apps) terkini menjadi pembeda apakah kita sudah hidup di zaman now atau masih terjebak di zaman old? Contoh paling gres dalam urusan belajar. Dulu mungkin kursus paling ngetren adalah bimbingan belajar untuk lulus UN, benar atau bener banget Quipperian? Nah di zaman now yang ngetren itu Massive Open Online Course atau MOOC.
Tidak usah menunggu masuk kuliah untuk merasakan kelas menggubah lirik, di Coursera ada kelas tersebut dan lembaga penyedianya adalah Kampus Berklee di Boston. Mau belajar Psikologi dari University of Melbourne? Tersedia. Atau kelas Matematika dasar atau Pengantar Teknik dari MIT? Ada. Teman-teman bisa merasakan materi belajar universitas-universitas sekelas Harvard, Stanford, dan Edinburgh hanya dengan modal gawai dan koneksi internet. Berani mengaku pelajar zaman now. Gunakan gawaimu, ikuti MOOC.
3. Melek Budaya
Teman-teman Quipperian, apakah teman-teman ngeh bahwa moto Hari Pendidikan Nasional tahun 2018 adalah Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan? Nah pendidikan kita pasti dikuatkan ketika setiap pelakunya berempati dan menjadi lebih maju ketika selalu melek teknologi, lantas bagaimana menguatkan dan memajukan kebudayaan itu sendiri?
Seimbangkan gaya hidup kita dengan mengikuti ragam aktifitas seni budaya. Seni budaya di sini berarti kesenian yang umum dikenal ya jadi ada seni visual seperti lukis, pahat, foto, gerak tari dan seni auditif seperti musik. Salah satu metode pendidikan zaman now itu dikenal dengan STEAM kepanjangan dari Science, Technology, Engineering, Art, and Mathematic. Sebelumnya hanya STEM saja tanpa Art.
Contoh pengakuan dunia internasional terhadap ranah seni budaya Indonesia itu cukup banyak lho tahun ini. Selain gelar juara Grand Prix Paduan Suara Eropa yang diraih tim Indonesia, komponis muda Indonesia Nursalim Yadi Anugerah diundang menghadiri Pekan Komposer Muda Internasional di Belanda. Bahkan ranking internasional tertinggi (Ranking 24) untuk perguruan tinggi Indonesia di tahun 2017 diraih oleh Program Studi Seni Pertunjukan dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta, mengatasi UI, ITB, UGM.
Jadi bukan hanya jangan malu menjelajah bakat senimu, tapi jelajahlah lebih sehingga menjadi seimbang dengan dua karakter lain di atas.
Nah, demikian teman-teman Quipperian, tiga karakter pelajar zaman now. Memupuk empati sebagai landasan komunikasi dan gotong royong, melek teknologi untuk terus membaharui dan mengembangkan praktik hidup, dan terakhir bercita rasa estetis atau seni mendalam. Semoga kita semua sukses mencapainya ya. Amin.
Sumber:
- https://www2.deloitte.com/insights/us/en/deloitte-review/issue-22/industry-4-0-technology-manufacturing-revolution.html?icid=dcom_promo_featured%7Cglobal;en&id=gx:2ps:3gl:4ireadiness:5awa:6di:20180212
- https://www.weforum.org/agenda/2016/10/the-most-important-skills-of-tomorrow-according-to-five-global-leaders/
- https://iloblog.org/2014/04/11/the-top-6-skills-todays-employers-want/
- http://kabar24.bisnis.com/read/20170308/255/635065/peringkat-universitas-dunia-2017-isi-yogyakarta-posisi-ke-24-terbaik-se-asia
Penulis: Jan Wiguna