Demam “Om telolet om” mendunia. Tak mudah bagi negara yang bukan penutur bahasa berbasis Melayu untuk memahaminya. Satu hal yang pasti, kata “telolet” adalah sebuah onomatope, tiruan bunyi.Fenomena “Om Telolet Om” sudah ada sejak enam tahunan yang lalu. Menurut salah seorang sopir bus, anak-anak pemburu suara klakson unik itu dimulai di daerah Jawa Timur. Lalu fenomena yang sama juga ditemukan di Jepara, Jawa Tengah.
Awalnya, adalah bunyi klakson bus, yang bila ditirukan anak-anak jadi “telolet.” Itulah yang disebut onomatope, kata tiruan bunyi. Sama dengan “bumbum” saat anak balita menirukan suara mobil, atau “kokok” yang merupakan tiruan bunyi ayam.
Bahkan, suara klakson ini dilombakan tahun ini dalam ajang Festival Klakson Telolet di Madiun, Jawa Timur.
Sumber: Jtv Madiun
Om Telolet Om adalah fenomena Onomatope
Anak-anak, lebih sering menggunakan onomatope karena menarik didengar, dan mudah dipahami. Lagu-lagu anak sering memakainya, juga di dalam komik. Salah satu tokoh komik, Marcel Boneff (1998:132) pernah menyatakan, onomatope juga mengandung perasaan suasana hati, misalnya: marah, kecewa, kaget, dan sedih.
Beda latar budaya pendengarnya, bisa menghasilkan onomatope yang berbeda, meski merujuk obyek yang sama. Misalnya tiruan bunyi tangis bayi. Di Indonesia bisa jadi “owe-owe,” tapi dalam bahasa Italia, jadi “ue-ue”; dalam bahasa Jepang jadi “ogyaa”; atau jadi “ouin ouin” bagi penutur bahasa Prancis.
5 Kampus yang Punya Jurusan Bahasa Asing Terbaik di Indonesia!
Tiruan bunyi klakson yang juga berupa onomatope, dalam bahasa Inggris, adalah honk, sedangkan istilah resminya adalah horn yang merujuk pada terompet. Onomatope klakson lainnya dalam bahasa Indonesia yang dikenal, adalah “tiin… tiin.”

Onomatope klakson “telolet” itu mendadak jadi fenomena dunia, lantaran terangkut oleh internet, khususnya lewat media sosial. Misalnya sebuah video di Facebook yang diunggah oleh warga Jepara bernama Riyadh As’ari, November lalu. Kiriman itu lalu jadi viral, dan jadi santapan media massa.
Lalu pengguna Twitter, turut mempromosikannya hingga jadi topik tren di linimasa. Bukan saja di linimasa Indonesia, tetapi juga di dunia. Kata kunci “Om Telolet Om,” jadi topik tren sedunia melalui linimasa Twitter.
OM TELOLET OM
— Zedd (@Zedd) December 20, 2016
Tips Menyenangkan Belajar Sastra Bagi Anak Sekolah!
Bukan hanya media lokal, media internasional pun turut membahas onomatope asli Indonesia ini. Majalah daring Billboard turut membahasnya sebagai meme, juga media daring seperti The Verge, yang dengan gamblang menyebutnya sebagai onomatope.
Om Telolet Om pic.twitter.com/MIfpwm446K
— marshmello (@marshmellomusic) December 21, 2016
Adapun istilah klakson dalam bahasa Indonesia, bertautan dengan merek dagang “Klaxon”, buatan Miller Reese Hutchison (1876-1944) asal Amerika Serikat. Hutchison punya ide membuat bunyi klakson lebih menyebalkan, agar mendapat perhatian pengemudi. Kata itu berasal dari bahasa Yunani, klaxo, berarti menjerit.
