Halo semua, apa kabar? Tak terasa ya sudah memasuki September dan sebentar lagi semester 1 akan terlwati. Menyongsong masuknya kita ke tahun ajaran semester 2, tampaknya sudah tepat waktunya kita melangkah lebih lanjut dari tahap adaptasi lingkungan baru menuju kemampuan berpikir kritis. Nah, melalui edisi ini Quipper Blog akan mengajak Quipperian bersama menjelajah kemungkinan-kemungkinan praktik dan latihan berpikir kritis. Tanpa tunggu panjang lagi, mari kita mulai!
Asal Mula Istilah Pemikiran Kritis
Penggunaan istilah ‘pemikiran kritis’ untuk menggambarkan tujuan pendidikan kembali ke filsuf Amerika John Dewey (1910), yang lebih sering menyebutnya ‘pemikiran reflektif’. Dia mendefinisikannya sebagai pertimbangan aktif, gigih dan hati-hati dari setiap keyakinan atau bentuk pengetahuan yang seharusnya dalam terang dasar yang mendukungnya, dan kesimpulan lebih lanjut yang cenderung (Dewey 1910: 6; 1933: 9) mengidentifikasi kebiasaan pertimbangan semacam itu dengan sikap pikiran ilmiah.
Pemikiran kritis adalah proses pemikiran yang bersifat deliberatif, sistematis, dan logis mengenai subjek apa pun, sambil mempertimbangkan bias atau asumsi yang dapat mempengaruhi diskusi. Berpikir kritis dapat didefinisikan sebagai, “seni menganalisis dan mengevaluasi pemikiran dengan pandangan untuk meningkatkannya” (Paul & Elder 2009). Pemikir kritis menguji apa yang mereka diberitahu dan apa yang mereka baca.
Apakah Saya Seorang Pemikir Kritis?
Mungkin saja, jika kamu sudah secara konsisten melakukan aksi-aksi di bawah ini:
|
Sikap |
Pertanyaan Kritis Terkait |
| Memiliki tujuan | Apa yang sudah saya ketahui? Apa yang harus saya kerjakan? |
| Menerapkan pertanyaan yang relevan dan terfokus pada informasi dan opini | Apakah ini fakta atau pendapat? |
| Mencari kejelasan, konsistensi, dan akurasi | Bagaimana saya tahu ini? |
| Menguji kesimpulan dan alasan terhadap kriteria relevan tertentu | Bukti apa yang mereka miliki untuk klaim/kesimpulan mereka? |
| Mencoba untuk memahami penyebab, dampak dan implikasi dari peristiwa, sistem dan ide | Mengapa/apakah itu terjadi? |
| Berusaha untuk mengenali bias termasuk mereka sendiri | Apa asumsi yang dinyatakan dan tidak dinyatakan dalam informasi ini? |
| Terbuka bagi gagasan, pandangan, dan informasi alternatif. | Apa cara lain yang dapat kita pikirkan/tindaklanjuti? |
Tatap Muka dengan Hoax
Nah, sebelum mencapai tataran praktis seperti yang di atas, atau konsistensi dalam kehidupan dan rutinitas sehari-hari, maka diperlukan latihan-latihan berpikir praktis yang ditujukan kepada hal-hal sederhana. Salah satu kegiatan yang dapat dijadikan wahana latihan berpikir kritis adalah membaca. Dan objek bacaan yang paling gres tentu saja adalah hoax. Bagaimana mengenali dan mengidentifikasi hoax sehingga kita dapat mencegah, atau minimal memperlambat penyebarannya?
Pada Mei 2017 Facebook mengeluarkan panduan untuk menemukan berita palsu. Kiat yang berguna termasuk:
1. Selidiki sumbernya
Berhati-hatilah dengan cerita yang ditulis oleh sumber yang tidak dikenal dan periksa situs web mereka untuk informasi lebih lanjut. Cerita dari sumber berita yang dapat diandalkan, seperti surat kabar atau penyiar nasional, lebih mungkin telah diperiksa dan diverifikasi. Hal ini juga layak melihat url, untuk memastikan itu adalah organisasi berita asli.
2. Menggali lebih dalam
Lihatlah bukti di mana artikel mendasarkan klaimnya dan periksa apakah artikel itu tampak kredibel. Jika tidak ada sumber yang diberikan, atau sumbernya adalah ‘pakar’ atau ‘teman’ yang tidak dikenal dari seseorang yang bersangkutan, bersikaplah skeptis terhadap artikel tersebut
3. Sumber alternatif
Terkadang, bahkan sumber berita yang dapat dipercaya terbawa dan lupa untuk melakukan semua pemeriksaan yang diperlukan. Tetapi satu pemeriksaan yang sangat bagus adalah menanyakan apakah sumber-sumber lain yang dapat dipercaya juga membawa cerita. Jika ya, itu mungkin benar. Jika tidak, Anda setidaknya harus ragu.
Hal ini tidak berarti bahwa kita harus mencari kekurangan atau mengkritik mereka, meskipun ini dapat menjadi bagian dari membaca dan berpikir kritis. Sebaliknya, itu berarti menerapkan logika dan alasan saat berpikir dan membaca demi membuat penilaian yang masuk akal tentang bacaan tersebut.
Dalam praktiknya, ini berarti menjadi waspada mengapa artikel tersebut ditulis, dan apa yang penulis ingin kita rasakan, pikirkan, atau bahkan lakukan sebagai akibat dari membacanya. Bahkan cerita yang akurat mungkin ditulis dengan cara yang dirancang untuk mengarahkan kita menuju sudut pandang atau tindakan tertentu.
Nah, demikian bahasan Quipper Blog mengenai contoh praktik dan latihan berpikir kritis. Semoga tulisan ini memberikan ide kepada teman-teman Quipperian tentang ragam latihan berpikir kritis ya. Salam!
Sumber:
- http://www.criticalthinking.org/pages/our-conception-of-critical-thinking/411
- https://www.skillsyouneed.com/learn/critical-thinking.html
- https://plato.stanford.edu/entries/critical-thinking/
- https://www.criticalthinking.org/pages/defining-critical-thinking/766
- https://student.unsw.edu.au/critical-thinking
Mari, Belajar Memahami Praktik Berpikir Kritis Demi Generasi Lebih Cerdas
Penulis: Jan Wiguna



