Home » Mapel » Fisika » Bulan – Fisika G7

Bulan – Fisika G7

Foto: pexels.com

Hai Quipperian, bagaimana kabarnya? Semoga selalu sehat dan tetap semangat belajar, ya!

Pernahkah Quipperian mendengar istilah sidang isbat? Sidang isbat merupakan agenda tahunan Kementerian Agama untuk menentukan awal Ramadhan dan Idul Fitri. Awal Ramadhan atau Idul Fitri ditentukan dari kemunculan hilal. Pasti kamu tidak asing dengan istilah hilal, kan? 

Apa sih hilal itu? Hilal itu merupakan salah satu fase bulan, yaitu bulan baru. Bagaimana cara menentukan fase-fase bulan? Untuk tahu jawabannya, simak artikel ini sampai akhir ya!

Bulan Bagian Tata Surya

Foto: pexels.com

Malam akan tampak lebih indah jika dihiasi dengan sinar Bulan. Mengapa Bulan selalu terlihat dari Bumi? Hal itu karena Bulan merupakan satu-satunya satelit alami yang dimiliki oleh Bumi. 

Itulah mengapa, Bulan juga termasuk salah satu bagian dari sistem Tata Surya. Sebagai satelit, Bulan senantiasa mengorbit Bumi dengan kecepatan tertentu atau biasa disebut revolusi Bulan. 

Tak heran, di manapun dan kapanpun kamu memandangi langit, pasti akan disuguhi dengan penampakan Bulan. Selain mengorbit Bumi, Bulan juga berputar pada porosnya sendiri atau biasa disebut rotasi Bulan. 

Karakteristik Bulan

Foto: pexels.com

Pada tahun 1969, Neil Amstrong dan Edwin Aldrin berhasil mendarat di Bulan. Hasil dokumentasi dua astronot tersebut menunjukkan bahwa langit di Bulan terlihat gelap. Cahaya Matahari yang mengenai Bulan tidak membuatnya siang seperti di Bumi. Lantas mengapa bisa demikian, bukannya Bulan terlihat bersinar jika diamati dari Bumi? Untuk tahu, simak karakteristik Bulan berikut ini.

  • Bulan tidak memiliki atmosfer seperti Bumi. Hal itu mengakibatkan cahaya Matahari tidak bisa dipantulkan ke segala arah layaknya di Bumi. Langit Bumi berwarna biru karena atmosfer akan memantulkan cahaya biru dari Matahari ke segala arah. Itulah mengapa, langit di Bulan terlihat gelap.
  • Bulan hanya berisi ruang hampa. Akibatnya, manusia tidak akan bisa berkomunikasi secara langsung saat berada di Bulan. Tidak hanya itu, untuk sekadar bernapas, para astronot harus dilengkapi dengan tabung oksigen.
  • Diameter bulan hanya seperempat dari diameter Bumi.
  • Jarak antara Bumi ke Bulan jauh lebih dekat daripada jarak Bumi ke Matahari, yaitu 149.000.000 km.

Fase-Fase Bulan

Foto: pexels.com

Saat kamu memandangi bulan, dari hari ke hari, pasti bentuknya berubah-ubah, misalnya saja berbentuk sabit, cembung, atau bahkan purnama. Namun demikian, sebenarnya bentuk Bulan itu tidak pernah berubah (tetap). 

Perbedaan bentuk itu diakibatkan oleh adanya revolusi Bulan. Saat berevolusi, Bulan berada di fase-fase tertentu yang mengakibatkan penampakannya dari Bumi selalu berubah. Untuk lebih jelasnya, simak gambar berikut.

Gambar di atas menunjukkan posisi Bulan terhadap Bumi dalam 1 kali revolusi (mengelilingi Bumi). Adapun penjelasan masing-masing fase, yaitu sebagai berikut.

1. Fase 1

Fase 1 menunjukkan Matahari – Bulan – Bumi berada pada satu garis lurus atau biasa disebut konjungsi. Pada fase ini, hanya sedikit sekali bagian Bulan yang terkena cahaya Matahari. Akibatnya, terang Bulan hampir tidak terlihat dari Bumi, sehingga disebut sebagai bulan mati. Sesaat setelah konjungsi, akan terlihat bulan sabit muda yang disebut hilal. Hilal bisa diamati dengan jelas setelah terbenamnya Matahari.

2. Fase 2

Pada fase 2, bulan baru sudah mulai bergerak semakin tinggi di atas horizon. Hal ini mengakibatkan semakin banyak bagian Bulan yang terkena cahaya Matahari. Jika kamu amati dari Bumi, ukuran bulan pasti lebih besar daripada bulan baru. Bulan pada fase ini biasa disebut sebagai bulan sabit (waxing crescent moon).

3. Fase 3

Pada fase 3, ukuran Bulan terlihat setengah penuh. Fase ini biasa disebut sebagai kuarter pertama (first quarter).

4. Fase 4

Pada fase 4, ukuran Bulan semakin besar karena pada fase ini bulan hampir menuju purnama. Dalam dunia astronomi, fase 4 ini biasa disebut waxing gibbous moon.

5. Fase 5

Pada fase 5, posisi Matahari – Bumi – Bulan berada pada satu garis lurus. Kondisi ini disebut sebagai oposisi. Jika pada konjungsi bulan hampir tidak terlihat, maka pada oposisi ini bulan terlihat penuh dari Bumi (full moon). Itulah mengapa, Bulan pada fase ini disebut sebagai bulan purnama.

6. Fase 6

Fase 6 terjadi setelah bulan purnama (gerhana bulan). Akibatnya, bagian bulan yang terkena cahaya Matahari semakin berkurang dan mengecil. Pada fase ini, bentuk bulan sama seperti fase 4. Hanya saja berada di sisi yang berlawanan. Oleh karena itu, fase ini biasa disebut waning gibbous moon.

7. Fase 7

Pada fase 7, bulan berada di kuarter ketiga sebelum nantinya kembali menjadi bulan mati. Bentuk bulan pada fase ini sama dengan fase 3 (setengah penuh), tetapi berada di sisi yang berlawanan.

8. Fase 8

Jika bulan berada di fase 8, maka bulan hampir kembali menjadi bulan baru. Artinya, kamu akan sudah berada di penghujung suatu bulan hijriyah, misalnya akhir Ramadhan. Bentuk bulan pada fase ini sama dengan fase 2, hanya saja terjadi di sisi yang berlawanan. Itulah mengapa, fase 8 biasa disebut waning crescent moon.

Bagaimana Quipperian, sudah paham kan dengan fase-fase Bulan? Setelah membaca artikel ini, coba lihatlah bulan! Kira-kira, bulan yang kamu lihat sedang berada pada fase apa? 

Semoga artikel ini bermanfaat untuk menambah wawasan keilmuan kamu tentang Bulan sebagai satelit alami Bumi, ya. Jika Quipperian ingin mendapatkan materi lain yang berkaitan dengan Bulan, silakan gabung bersama Quipper Video. Bersama Quipper Video, belajar jadi lebih mudah dan menyenangkan. Salam Quipper!

Penulis: Eka Viandari

Lainya untuk Anda