Kamu sedang mencari tahu materi tentang dinamika kependudukan Indonesia? Kamu berada di artikel yang tepat, Quipperian!
Tahukah kamu, negara kita termasuk dalam lima negara dengan populasi paling banyak di dunia? Lebih tepatnya, Indonesia berada pada urutan keempat, dengan urutan pertama hingga ketiga ditempati oleh China, India, dan Amerika Serikat.
Dari sensus penduduk tahun lalu, dinyatakan bahwa jumlah penduduk di Indonesia per Desember 2020 mencapai 271.349.889 jiwa, dengan populasi terbanyak ada di provinsi Jawa Barat, disusul oleh Jawa Timur dan Jawa Tengah. Wow!
Dengan jumlah penduduk yang sebesar ini, penting untuk mempelajari dinamika kependudukan, nih. Kali ini, Quipper Blog akan membahas tuntas materi ini!
Komposisi Kependudukan
Menurut KBBI, komposisi berarti susunan. Komposisi penduduk ini dibutuhkan agar pemangku kebijakan dapat menyusun dan merencanakan pembangunan pada suatu wilayah dengan efektif.
Hmm, bagaimana ya, cara mendapatkan susunan dari data kependudukan? Ternyata, ada beberapa komponen yang bisa menjadi penentu, yaitu:
- Angka harapan hidup
- Angka imigrasi dan emigrasi
- Dependency ratio
- Jumlah penduduk
- Kepadatan penduduk
- Pertambahan/pertumbuhan penduduk
- Tingkat kelahiran/natalitas
- Tingkat kematian/mortalitas
- Sex ratio
Nah, setelah salah satu komponen dipilih dan dikaji, akan didapatkan data untuk menyusun komposisi penduduk.
Kalau begitu, bagaimana ya cara untuk mendapatkan data yang dibutuhkan? Ada beberapa cara yang bisa dilakukan, yaitu:
- Sensus penduduk/cacah jiwa yang umumnya dilakukan 10 tahun sekali.
- Survei penduduk yang dilakukan pada wilayah-wilayah tertentu saja.
- Registrasi penduduk, mulai dari registrasi kelahiran hingga kematian.
Setelah data sudah diperoleh, langkah selanjutnya adalah mengubahnya ke dalam bentuk piramida penduduk, yaitu grafik penduduk yang menggambarkan kaitan komposisi umur penduduk dengan komposisi jenis kelamin penduduk.
Ada beberapa bentuk piramida penduduk, misalnya piramida penduduk ekspansif dengan tingkat kelahiran lebih tinggi daripada tingkat kematian, piramida penduduk konstruktif yang merupakan kebalikan dari ekspansif, dan piramida penduduk stasioner dengan tingkat kelahiran dan tingkat kematian seimbang.
Faktor Persebaran Penduduk
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili pada suatu wilayah di suatu negara selama 6 bulan atau lebih, atau kurang dari 6 bulan tapi bertujuan untuk menetap.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi persebaran penduduk, yaitu:
1. Natalitas/kelahiran
Tinggi rendahnya natalitas berpengaruh pada pertumbuhan penduduk di suatu wilayah.
Tingginya natalitas dapat diakibatkan oleh beberapa faktor pronatalitas, misalnya anggapan bahwa “banyak anak, banyak rezeki”.
Sementara itu, rendahnya natalitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor antinatalitas, misalnya program Keluarga Berencana (KB).
2. Mortalitas/kematian
Tinggi rendahnya mortalitas di suatu wilayah akan dapat menggambarkan bagaimana kualitas fasilitas kesehatan sekaligus mengindikasikan angka harapan hidup.
Tingginya mortalitas harus diikuti dengan perhatian lebih dalam penanganan fasilitas, baik sarana maupun prasarana di bidang kesehatan.
Tingginya mortalitas dapat diakibatkan oleh beberapa faktor promortalitas, misalnya terjadi bencana alam atau wabah penyakit.
Lalu, rendahnya mortalitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor antimortalitas, misalnya ajaran agama yang melarang bunuh diri.
3. Migrasi
Secara umum, migrasi terbagi menjadi dua:
- Migrasi internasional: perpindahan penduduk dari suatu batasan administrasi negara menuju negara lain yang terbagi menjadi emigrasi, imigrasi, dan repatriasi.
- Migrasi nasional: perpindahan penduduk di dalam sebuah negara yang terbagi menjadi urbanisasi dan transmigrasi.
Kualitas Penduduk
Pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat menghasilkan kualitas penduduk yang rendah karena pemerintah tidak dapat menangani seluruh permasalahan kependudukan.
Kualitas penduduk suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Tingkat kesehatan
Jika penduduk memiliki kesehatan yang baik, maka produktivitasnya pun akan meningkat.
2. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang dapat menjadi landasan baginya dalam mencari pekerjaan. Tidak hanya itu, pendidikan juga memberikan pondasi keilmuan dan karakter dari seseorang.
3. Tingkat pendapatan
Umumnya, negara dengan tingkat pendapatan per kapita yang tinggi memiliki kualitas penduduk yang tinggi pula. Pendapatan per kapita yang didapatkan dengan cara membagi banyaknya pendapatan kotor setahun dengan jumlah penduduk ini juga bisa menjadi gambaran tingkat kemakmuran suatu negara.
Di Indonesia, saat ini, kualitas penduduk masih belum maksimal. Solusi yang paling utama bagi pemerintah dalam upaya mengatasi permasalahan ini adalah memperhatikan aspek pendidikan.
Tidak hanya menaikkan derajat hidup, pendidikan juga dapat memperbaiki moral dan karakter seseorang.
Seperti Apa Keragaman di Indonesia?
Bicara tentang kependudukan di Indonesia, pasti kita menyadari bahwa penduduk Indonesia memiliki keragaman. Keragaman ini adalah kekayaan bagi bangsa ini. Keragaman tersebut meliputi:
1. Keragaman suku bangsa
Suku bangsa di Indonesia merupakan warisan sejarah bangsa. Persebarannya sendiri terjadi dengan dipengaruhi berbagai faktor, misalnya faktor geografis atau perdagangan di jalur laut.
2. Keragaman budaya
Indonesia juga kaya akan budaya. Setiap daerah memiliki budaya yang berbeda dengan daerah lainnya. Hal ini terlihat dari upacara adat, pakaian adat, rumah adat, kesenian, hingga bahasa.
3. Keragaman agama
Di Indonesia, saat ini secara resmi diakui 6 agama.
4. Keragaman ras
Ras merujuk pada ciri-ciri fisik, seperti warna kulit/rambut, bentuk wajah, ukuran badan, dan lain-lain.
Wah, ternyata ada banyak hal yang bisa ditentukan dari mengetahui dinamika kependudukan, ya! Yang pasti, Quipperian bisa berkontribusi demi meningkatkan kualitas penduduk di masa depan dengan belajar dengan semangat bareng Quipper Video!
Penulis: Evita