Hai Quipperian, seusai berbagi tentang kehidupan di Fakultas Psikologi pada edisi sebelumnya, kini Quipper ingin berbagi bagaimana perkuliahan di dalam kampus salah satu Fakultas terpopuler di Indonesia, yaitu Fakultas Kedokteran. Siap mengetahui lebih dalam mengenai apa saja yang menanti kamu di dalam Fakultas Kedokteran? Yuk, kita simak!
Menuju Profesi Dokter
Lho, kok tidak ada bidang pengkhususan atau peminatan? Sabar teman, di Fakultas Kedokteran memang ada bidang pengkhususan atau peminatan. Namun peminatan Kedokteran baru dibuka ketika teman-teman telah resmi menyandang predikat Dokter. Jadi selama pendidikan sarjana, tujuannya hanya ada satu, yaitu menjadi Dokter Umum. Dokter Umum adalah mereka yang memahami cara dan metode penanganan kasus pasien dalam tataran generik. Nah, ini dia langkah-langkah yang harus kamu tempuh untuk menjadi seorang Dokter:
1. Perkuliahan Sarjana
Sebagaimana pada fakultas lain, perkuliahan sarjana kedokteran memakan waktu standar 4 tahun. Nah, yang berbeda adalah fakultas kedokteran tidak menggunakan sistem SKS (misal: 1 mata kuliah memiliki jumlah 3 SKS), namun menggunakan sistem blok. Di dalam setiap blok mahasiswi/a akan mempelajari khusus sebuah sistem organ tubuh. Ketika mencapai akhir blok, mahasiswi/a akan harus melalui tiga ujian berikut:
a. Objective Structured Clinical Examination
Sederhananya, tes ini adalah simulasi pemeriksaan. Apakah Quipperian ingat model-model tubuh atau kerangka yang kerap terpajang di laboratorium Biologi sekolah? Nah dengan diawasi dokter penguji, mahasiswi/a harus melakukan simulasi pemeriksaan pasien dengan menggunakan model tubuh tadi. Lalu karena ini merupakan simulasi, maka waktu tes akan dibatasi sebagaimana ketika kita berkunjung ke dokter dalam kenyataan.
b. Tes Tertulis
Seperti tes tertulis pada umumnya di sekolah, hanya dalam skala berkali lipat lebih banyak. Mengingat yang dipelajari adalah detil sistem organ manusia, jangan heran sekali tes akan ada paling tidak 500 soal!
c. Tes Oral
Nah, yang ini adalah versi verbal dari ujian OSCE di poin A. Mahasiswi/a akan presentasi di depan dosen mengenai tata laksana penanganan sebuah kasus secara mendetil, mulai dari latar alasan diagnosa yang diberikan, hingga solusi berikut konsekuensi yang akan dialami dari solusi kasus.
d. Ujian Skripsi
Sebagaimana semua program sarjana, fase pungkasan kuliah Sarjana Kedokteran adalah membuat skripsi dan menjalani siding skripsi. Setelah lulus, maka mahasiswi/a diwisuda sebagai Sarjana Kedokteran (S. Ked.)
Cek Juga Beberapa Fakta Penting tentang Kuliah Jurusan Kedokteran !
2. Program Profesi
Yay, lulus S. Ked.! Sabar, teman Quipperian, ini belum seberapa. Fase selanjutnya adalah mendaftar masuk Program Profesi agar bisa memperoleh stase atau rotasi penempatan praktik sebagai dokter muda. Istilah untuk dokter muda yang lebih terkenal adalah co-ass (baca: ko-as).
Sebagaimana namanya co-assistant maka Dokter Muda akan ditempatkan ke RS-RS mitra universitas untuk membantu penanganan-penanganan kasus di bawah dokter umum. Lho sudah di RS, berarti hitungannya bekerja dong? Tidak, justru fase ini dianggap fase praktikum. Yang ada tetap biaya kuliah harus dibayar, sementara mahasiswi/a fase co-ass langsung menangani pasien.
Seusai menjalani stase atau rotasi di RS tertentu mahasiswi/a harus menjalani ujian Mini Case Examination. Bedanya dengan poin 1.a, adalah yang dihadapi sekarang adalah pasien hidup dan langsung. Proses ini akan berlangsung selama 1.5 – 2 tahun sebelum mahasiswi/a co-ass bisa melangkah ke fase selanjutnya.
3. Ujian Sertifikasi
Setelah menyelesaikan fase stase atau rotasi, mahasiswi/a wajib mengikuti Ujian Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD) yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Tinggi (Dikti). Semua fase ujian sertifikasi hingga kelulusan dan pengikatan sumpah Dokter memerlukan waktu sekitar 3-4 bulan. Jadi kalau teman-teman gagal di UKMPPD, harus menunggu sekitar 3-4 bulan sampai jadwal ujian berikutnya. Bila lulus, selamat Fakultas Kedokteran Anda akan mengadakan wisuda dan pengangkatan sumpah Dokter, dan Anda berhak menyandang predikat Dokter!
4. Magang
Puji syukur! Akhirnya jadi Dokter! Eits, tunggu dulu! Haduh apa lagi?
Ya, anda mungkin sudah jadi Dokter, namun anda belum berhak mengadakan praktik sendiri atau di rumah sakit besar. Di fase ini dokter-dokter yang baru diangkat sumpah setelah mengambil Program Profesi hanya boleh mengajukan permohonan mendapatkan Surat Izin Praktik untuk melayani di Rumah Sakit Kelas-C (Kabupaten) atau Puskesmas setempat.
Setelah satu tahun menjalani program magang ini baru seorang Dokter dapat mengajukan permohonan mendapatkan SIP di Rumah Sakit yang lebih besar, dan bahkan lebih penting, untuk membuka praktik pribadi.
5. Yes! Jadi Dokter! Selanjutnya?
Selepas tataran ini Dokter mulai bisa memetakan lebih lanjut ke mana selanjutnya yang bersangkutan ingin mengarah. Yang berminat masih jadi dokter dapat mengambil Program Spesialisasi, namun juga tersedia jalur lain. Bagi yang lelah turun ke lapangan, teman Quipperian dapat memilih menjadi pengelola Rumah Sakit atau Puskesmas dengan mengambil studi lanjut dengan peminatan Manajemen Kesehatan Masyarakat. Selain itu juga. Selain itu juga tersedia jalur peneliti yang memungkinkan dokter untuk menjadi dosen atau peneliti penyakit dan vaksinasi tertentu.
Mahasiswi/a Ideal ala Fakultas Kedokteran
Melihat materi, kegiatan, dan durasi kuliah yang demikian menantang, mahasiswi/a seperti apa ya yang kira-kira berkarakter ideal untuk menjadi dokter? Untuk membuat sederhana, coba bayangkan Sherlock Holmes dan Peter Parker (Spider-Man) digabungkan. Nah, itulah mahasiswa kedokteran!
Yuk simak poin-poin penting berikut sebagai bekal untuk kamu calon mahasiswi/a kedokteran:
1. Berpikir sigap dan sistematis
Quipperian yang pernah menonton film Sherlock Holmes tentu akrab dengan bagaimana Holmes mampu memvisualisasikan rencana serangan fisiknya. Bahkan saat beradu dengan seteru abadinya, Moriarty, mereka berdua seolah beradu rencana dahulu sebelum bertengkar dengan kenyataan. Jangan heran, perencanaan mendetil sistematis seperti itu bahkan dalam tahap berpikir wajib hukumnya bagi mahasiswi/a kedokteran. Jika kalian belum tahu, Arthur Conan Doyle, penulis Sherlock Holmes sendiri adalah seorang dokter, karena itu sistematisasi praktiknya terlihat dalam pembawaan dan analisa Holmes.
Lebih praktis dapat kita lihat bahwa di dalam kuliah sendiri materi kuliah selalu dipaparkan dalam judul “Sistem ….”, jadi jelas sebuah hapalan yang kuat belum tentu membantu teman-teman dalam mendiagnosa dan memulihkan keadaan pasien.
2. Berpengetahuan alam lengkap dan mendalam
Satu hal wajib lain bagi mahasiswi/a kedokteran adalah pengetahuan lengkap dan mendalam di bidang eksakta. Teman-teman Quipperian paling tidak harus kuat di bidang Biologi dan Kimia, karena dokter tidak hanya menangani tubuh pasien (Biologi) namun juga resep-resep dan reaksi kimia yang mungkin dan perlu terjadi untuk menyembuhkan pasien.
3. Etos pelayanan yang kuat
Mencontoh Spiderman, Peter Parker adalah kombinasi etos yang kuat. Jika tidak menjadi pahlawan ia berkutat di laboratorium kimianya. Nah untuk kasus dokter, selain poin no. 2 terkait penguasaan ilmu dan pemahaman kasus, etos pelayanan wajib dimiliki seorang dokter. Karena teman-teman Quipperian bisa lihat untuk menjadi seorang dokter spesialis, langkah-langkah yang harus ditempuh melibatkan proses pelayanan tanpa henti. Praktik di puskesmas, rumah sakit daerah tertinggal, hingga praktik di Unit Gawat Darurat yang bisa mencapai 24 jam.
Referensi:
- http://peraturan.go.id/permen/kemenskes-nomor-2052-menkes-per-x-2011-tahun-2011-11e44c50c8b8fba0b99c313233303537.html
- http://pelayanan.jakarta.go.id/download/publikasi/panduan-pengisian-formulir-perizinan-sip-dokter-secara-elektronik-v-2-0.pdf
Penulis: JC
