Quipperian mungkin pernah penasaran apa sih arti tulisan di prasasti-prasasti Museum Nasional, Jakarta Pusat. Gimana sih cara bacanya? Dari kiri-kanan atau sebaliknya? Jenis tulisan apa sih itu?
Penasaran? Bila sekadar ingin tahu mungkin kalian bisa bertanya pada juru pandu museum. Tapi bila kalian ingin memiliki kemampuan membaca dan mengkaji tulisan tersebut, silakan menempuh studi Arkeologi.
Mau Masuk Jurusan Unik di SBMPTN? Kamu Wajib Pilih Arkeologi!
Banyak orang belum mengerti kalau Arkeologi memiliki cabang ilmu khusus mengkaji tulisan kuno pada benda budaya peninggalan masa lampau, bernama Epigrafi. Mau tahu gimana seru dan seluk beluk belajar Epigrafi? Yuk pantau informasi lengkapnya.
Objek Studi Epigrafi
Objek studi Epigrafi merupakan benda budaya pada masa lampau, berupa prasasti baik batu, logam, atau tulang, lalu dinding bangunan kuno, nisan, dan artefak. Tak sekadar mengkaji tulisan atau aksara pada benda budaya, semisal prasasti, kajian Epigrafi turut pula memberi bingkai konteks prasasti dengan raja pada masa prasati diterbitkan, kaitan prasasti dengan benda budaya sejaman, kondisi ekonomi, sosial, dan religi sejaman.
Jadi guys, selain harus mampu menerjemahkan tulisan pada prasasti, Epigraf sebutan untuk ahli Epigrafi, juga harus menautkan prasasti dengan konteks jamannya. Dari situ, catatan maupun keterangan pada prasasti bisa diterjemahkan dan disunting secara maksimal. Ciamik kan!
Tugas Epigraf
Tugas seorang epigraf memang tak mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin. Memang tak banyak Epigraf di Indonesia, bahkan bisa dibilang dapat dihitung dengan jari.
Justru itu kan guys, kalian jadi tertantang untuk menjadi penerus para perintis Epigrafi Indonesia seperti R.M.Ng. Poebatjaraka, atau Boechari. Masa malah orang luar negeri jadi ahli budaya bangsa sendiri. Enggak malu guys?
Nah, agar kalian semakin berteguh hati menjadi Epigraf, sebaiknya pahami terlebih dahulu tugas seorang Epigraf. Selain harus membaca prasasti, kalian harus pula mengkaji bentuk berikut bahan prasasti, hiasan, tahun dibuat, raja mengerluarkan prasati, dan tautan isi prasasti dengan benda maupun bangunan budaya lainnya.
Lengkap kan guys, dari meneliti tulisan di prasasti kalian justru semakin memahami sejarah dan budaya masa lampu secara menyeluruh. Di situlah keuntungan menjadi Epigraf.
Menguasai Aksara dan Bahasa Lokal
Penting bagi seorang Epigraf menguasai aksara lokal sejaman dengan bidang kajiannya. Misalnya, kalian ingin mengkaji prasasti pada masa kerajaan Kutai atau Tarumanagara, tentu kalian harus menguasai aksara Palawa.
Dua kerajaan tersebut, semula masih meminjam aksara Palawa, India, untuk tradisi tulis dengan menggunakan bahasa Sanskrta. Tak pelak aksara Palawa pada masa kerajaan Kutai dan Tarumangara masuk ke dalam kelompok Aksara Palawa Awal (eraly pallava script). Baru kemudian pada abad 6 dan 8 M terdapat aksara Palawa dengan sentuhan varian lokal seperti pada Prasasti Tukmas (Magelang) disebut Palawa Akhir (later pallava script).
Berbeda pula ketika kalian ingin mengkaji prasasti pada masa Mataram Kuna, semisal prasasti Balitung (Mantyasih) 907 M, sudah pasti kalian harus menguasai aksara Kawi.
Epigraf berkebangsaan Belanda, J.G. de Casparis membagi perkembangan aksara Kawi menjadi dua, aksara Kawi awal (terbagi lagi menjadi dua, Kawi awal fase Arkaik 760-856 M dan Kawi awal standar 910 M) serta Kawi akhir pada abad 910-1250 M.
Masih banyak aksara dan bahasa lokal lain dari pelbagai jaman, sebut saja aksara-aksara pada masa perkembangan kerajaan Islam Nusantara. Meski begitu, tiap Epigraf tentu memiliki kekhususan pada satu bidang aksara tertentu.
Serunya Kuliah Jurusan Arkeologi Seperti Kisah Indiana Jones!
Manfaat Studi Epigrafi
Sangat jelas dan gamblang kok Quipperian bahwa manfaat studi Epigrafi membantu penulisan sejarah di masa lampau.
Coba saja kalian bayangkan bila data-data berbentuk tulisan pada prasasti belum diterjemahkan, disunting, dan diberi konteks jaman. Pasti sejarah tak akan bisa disajikan dengan baik dan lengkap. Kalian saat ini bisa tahu bahwa Indonesia merupakan negara besar dengan kekayaan budaya dan memiliki jejak peradaban, tak lain karena sumbangsih kajian Epigrafi.
Epigraf bekerja seperti detektif. Mencari informasi berdasar benda budaya masa lampau. Membuat benda tersebut bercerita mengenai informasi jaman. Mengenai bagaimana kehiduapan sosial, politik, religi, budaya, dan peradaban pada masa benda tersebut diterbitkan.
Keren banget kan Quipperian. Jangan pikir-pikir lagi guys. Kalian sangat terpanggil untuk mengisi kekosongan Epigraf tanah air.
Penulis: Rahmat Ali
