Home » Quipper Campus » Campus Life » Mahasiswa Teknik Mesin Untirta Ciptakan Mobil Paling Irit Bahan Bakar Se-Indonesia

Mahasiswa Teknik Mesin Untirta Ciptakan Mobil Paling Irit Bahan Bakar Se-Indonesia

Dunia otomotif di seluruh dunia saat ini sedang dihadapkan dengan krisis energi. Keterbatasan sumber energi terutama sumber energi dari fosil (minyak dan gas) telah membuat berbagai negara berlomba untuk menciptakan kendaraan hemat bahan bakar atau pun menciptakan bahan bakar alternatif.

Keadaan ini seperti membuat semua produsen otomotif harus kembali ke titik nol di dalam pengembangan teknologinya. Kondisi ini sangat ideal bagi bangsa Indonesia untuk terjun di dalam pengembangan teknologi otomotif terbaru yang hemat bahan bakar atau teknologi yang menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan.

Mahasiswa Untirta Menciptakan Mobil Hemat Energi

Melihat Indonesia yang juga sedang dalam bayang-bayang krisis energi, mahasiswa jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) tergerak menciptakan mobil hemat energi yang diberi nama Krakatoa. Mereka kemudian bergabung dalam Tim Cula Satu Untirta untuk melenggang ke Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE) 2016 yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi di Prambanan.

“Ide penamaan Krakatoa atau Krakatau merupakan salah satu nama dari gunung berapi di Selat Sunda yang notabene berada dekat dengan lokasi kampus FT Untirta (Cilegon). Jadi kalau kita kembali ke sejarah, Gunung Krakatau (1883) pernah mengguncang dunia. Dari sanalah inspirasi kami untuk membuat mobil hemat energi yang mampu mengguncang perhatian dan penilaian tinggi dalam Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE 2016),” jelas Wedar Karibet, Manajer Tim Cula Satu Untirta.

Menciptakan Mobil Ramah Lingkungan

Tim Cula Satu sendiri adalah tempat mahasiswa menciptakan inovasi mobil hemat energi dan ramah lingkungan. Oleh karena masih dalam naungan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), mereka mencari nama yang menjadi ciri khas daerah Banten. Diambillah nama ‘cula satu’ yang berasal dari satwa langka yang mendunia dan hanya ada di Banten, yaitu badak cula satu (Rhinoceros sondaicus). Sejak pertama terbentuk, tim ini sudah rutin mengikuti perlombaan mobil hemat energi skala nasional.

“Tim Cula Satu harus menanamkan motivasi yang tinggi, bahwa kami adalah perwakilan mahasiswa Untirta dan salah satu perwakilan dari Provinsi Banten yang mempunyai icon badak bercula satu,” imbuhnya.

Memenangkan Kompetisi Tingkat Nasional

KMHE sendiri adalah event yang diselenggarakan oleh Dikti dalam skala nasional. Setiap tahun selalu mengadakan lomba mobil kreasi mahasiswa dari berbagai lembaga pendidikan tinggi. KMHE berorientasi pada efisiensi energi dari mobil rancangan mahasiswa hasil pengaplikasian ilmu yang diterima selama kuliah.

Perlombaan dibagi menjadi dua kategori berdasarkan target perancangan, yaitu Prototype dan Urban. Mobil dalam kompetisi KMHE dibagi berdasarkan macam bahan bakar yang digunakan, di antaranya Gasoline, Diesel, Listrik, dan Etanol.

Kompetisi tahunan ini menantang para ahli teknik muda berbakat di kawasan ini untuk membuat kendaraan masa depan yang mampu menempuh jarak sejauh-sejauhnya dengan konsumsi bahan bakar seminimal mungkin. Awalnya, Jurusan Teknik Mesin mengirimkan tiga Tim Cula Satu, tetapi hanya dua tim yang lolos untuk berangkat bersama 60 tim lain dari seluruh Indonesia ke ajang nasional ini.

Salah satunya tim kategori Urban Ethanol. Di sini Wedar Karibet, mahasiswa Teknik Mesin asli Serang didapuk sebagai Manajer Tim.

Wedar dibantu oleh Angga Wijaya di bagian Non-Teknis, Iyan Sopiyan yang mengurusi  Engine Designer, Maulana Rizky sebagai Body Designer, Ridho Dwimansyah yang menangani Chassis Designer, Ridwan Maulana di bagian Manufacturing and Breaking System dan Achmad Sri Maulana Yusuf di bagian Manufacturing.

Pada dasarnya kita harus menyelesaikan pekerjaan dengan cara berkerja sama satu sama lain. Walaupun masing-masing anggota tim sudah ditempatkan pada bagian yang dikuasai, kami masih saling membantu untuk saling meng-cover pekerjaan masing-masing bagian. Saya selaku manajer tim harus menjaga komunikasi tim tetap berjalan baik,” kata Wedar.

Untuk menciptakan Krakatoa, mereka menggunakan mesin penggerak mobil berbahan bakar ethanol berkapasitas ≤ 110 cc, dengan torsi mesin 8 Nm, Rpm Max. 7000, dan mampu melaju dengan kecepatan maksimal 50 km/jam dengan kapasitas penumpang satu orang.

Tim melakukan analisis untuk membuat kendaraan dengan bobot seringan mungkin, mesin yang mempunyai nilai efisiensi yang tinggi, dan juga dengan nilai hambatan jalan yang rendah. Tim pun memilih material rangka kendaraan berbahan dasar alumunium dan bagian body kendaraan berbahan dasar polikarbonat.

Kendaraan kesayangan Tim Cula Satu inipun berhasil menyentuh garis finish dengan catatan konsumsi bahan bakar yang impressif. 102,53497 Km/l adalah catatan terbaik krakatoa di ajang KMHE 2016 yang mengantarkan Tim Cula Satu Banten menjadi juara 1 di kategori urban berbahan bakar ethanol.

Ini jauh melampaui saingan terberatnya, Mobil Turanggadeva karya Tim Antawirya Universitas Diponegoro Semarang dengan efisiensi bahan bakar 1 liter untuk 82 KM. Benar-benar catatan yang luar biasa, Quipperian. Jika dibandingkan dengan mobil bermesin 1300 cc, 1 liter bensin hanya dapat menempuh jarak 17 kilometer saja, lho.

Keberhasilan ini juga tidak terlepas dari bimbingan dan pendampingan langsung oleh Ketua Prodi Teknik Mesin Ipick Setiawan, Sekertaris Prodi Imron Rosadi, serta Wakil Dekan III Fakultas Teknik Bapak Zulmahdi Darwis selama ajang KMHE 2016.

“Kami berharap untuk penerus kami dapat melanjutkan perjuangan melebihi capaian kami. Capaian yang sudah kami hasilkan harus menjadi motivasi bagi penerus kami. Bahwa Teknik Mesin Untirta bisa berkarya dan juara. Semoga dari Untirta mempunyai maskot sebuah mobil hemat energi yang menjadi kebanggaan bangsa,” tutup Wedar

Tak dapat dipungkiri, hasil karya ini menjadi angin segar di tengah hangatnya isu pemanasan global dan krisis energi di Indonesia, bahkan di tingkat dunia. Karya ini juga membangkitkan mimpi publik akan kehadiran bahan bakar yang dapat diperbarui (renewable energy) dan murah pasca-realitas kenaikan harga BBM bersubsidi jenis premium dan solar yang cukup signifikan dua tahun terakhir ini.  

Penulis: Dwi Pravita Ganatri

Lainya untuk Anda