Home » SNMPTN » Karena Ini Menyangkut Masa Depan, Jangan Sampai Salah Daftar SNMPTN!

Karena Ini Menyangkut Masa Depan, Jangan Sampai Salah Daftar SNMPTN!

 

Karena Ini Menyangkut Masa Depan, Jangan Sampai Salah Daftar SNMPTN!
Masuk ke perguruan tinggi negeri tentu saja merupakan sebuah prestasi dan menjadi kebanggaan. Apalagi kalau itu adalah PTN impian kamu, Quipperian. Nah, ada tiga jalur nasional yang bisa ditempuh untuk masuk PTN favorit kamu, yakni SNMPTN, SBMPTN, dan jalur mandiri.

Jalur nasional pertama yang akan dibuka adalah SNMPTN. Nah, karena jalur ini tidak membutuhkan ujian seleksi, kadang-kadang siswa jadi meremehkan dan asal-asalan menjalaninya.

Padahal, kesalahan-kesalahan kecil justru kadang berdampak besar bagi suatu keputusan. Ini juga termasuk dalam proses pendaftaran dan seleksi SNMPTN, Quipperian. Berikut ini adalah kesalahan umum dan berakibat fatal yang sering dilakukan siswa saat daftar SNMPTN. Sebaiknya dihindari, ya!

Menunda Pendaftaran SNMPTN

Memang jangka waktu mendaftar SNMPTN biasanya lumayan panjang, yakni sekitar dua minggu. Karena jangka waktu yang lumayan panjang ini maka siswa suka menunda-nunda pendaftaran.

“Nanti aja deh kalau sudah mau dekat penutupan.”

“Aku daftar belakangan aja. Tinggal klik sana sini aja, kan?”

“Santai aja aku mah… Pasti lolos kok.”

Well, bukan masalah pasti atau nggaknya kamu lolos, Quipperian. Tapi ini masalah server dan adanya kemungkinan kesalahan teknis atau sistem. Coba bayangkan, kalau semua siswa berpikiran sama seperti itu, bisa-bisa server eror dan down saat kamu mau mendaftar di detik-detik terakhir.

Memang belum tentu terjadi sih, Quipperian. Apalagi sekarang teknologi sudah lumayan canggih. Tapi nggak ada salahnya berjaga-jaga sebelum peristiwa yang tidak diinginkan terjadi.

Ada baiknya kamu mendaftar SNMPTN saat awal-awal dibuka pendaftaran atau setidaknya jangan di hari-hari terakhir. Ini tentunya untuk menghindari sistem eror dan server yang sibuk. Dari pada pendaftaran kamu bermasalah dan malah jadi gagal ikutan SNMPTN? Duh, amit-amit! Jangan sampai ya, Quipperian.

Ketentuan Mengunggah Foto dan Data Diri

Kalau sudah menentukan kapan harus mendaftar, selanjutnya yang harus kamu perhatikan adalah masalah mengunggah foto dan data diri.

Karena SNMPTN adalah sebuah sistem pendidikan yang formal, jangan sampai kamu pakai foto yang ‘alay’ buat daftar SNMPTN. Contoh foto alay adalah foto saat kamu sedang berpose dengan jari V dan muka aneh.

Pastikan foto yang kamu unggah itu adalah foto formal. Misalnya dengan menggunakan kemeja warna netral serta rambut dan wajah yang rapi, baik laki-laki maupun perempuan.

Biasanya ada ketentuan warna latar belakang foto sesuai jenis kelamin juga. Pastikan kamu membaca petunjuknya dengan jelas, ya. Supaya kamu nggak bolak-balik foto dan unggah. Selain buang-buang waktu, kamu juga pasti membutuhkan biaya lagi.

Tips dan Informasi Penting Lolos SNMPTN 2017!

Setelah memastikan foto yang digunakan itu sudah formal dan pantas, selanjutnya adalah ukuran foto. Cek berapa ketentuan ukuran foto yang harus diunggah ke sistem, lalu cek berapa kapasitas maksimal yang bisa diunggah ke sistem. Lakukan resize kalau memang ukuran foto kebesaran atau kekecilan.

Ini juga berlaku saat kamu mengisi data diri, ya. Jangan sampai kamu salah mengisi nama atau alamat. Akan sulit lagi nanti untuk mengubahnya, Quipperian. “Super Teliti” itulah yang harus kamu pegang teguh saat mengunggah data.

Memilih Jurusan berdasarkan Passing Grade

Eits, jangan sampai salah kapra, Quipperian. SNMPTN tidak menggunakan passing grade untuk menentukan siapa yang lolos. Passing grade itu digunakan hanya untuk SBMPTN.

Passing grade merupakan ukuran standar yang dihasilkan dari hitungan sederhana nilai hasil ujian peserta SBMPTN. Terkadang nilai passing grade juga belum tentu akurat.

Nah, peluang SNMPTN tentu saja berbeda dengan SBMPTN, Quipperian. Soalnya kalau SBMPTN dilihat berdasarkan passing grade, SNMPTN itu dilihat berdasarkan nilai rapor dan prestasi kamu, serta rekam jejak sekolah.

Sembarangan Memilih PTN dan Jurusan

Karena ini adalah penentuan masa depan kamu, sebaiknya jangan asal-asalan memilih PTN dan jurusan, ya. Lebih baik pikirkan matang-matang sejak dini daripada menyesal di kemudian hari. Bisa-bisa di tengah perjalanan kuliah kamu malah mogok karena ternyata PTN atau jurusan nggak sesuai.

Pastikan PTN yang kamu pilih adalah kampus yang bisa dijangkau. Maksudnya adalah, bukan hanya secara materi tapi juga hal-hal lain seperti masalah transportasi dan jarak.

Kalau memang kampus pilihanmu adalah kampus yang letaknya jauh dari rumah, pastikan kamu sudah siap mental untuk merantau dan jauh dari orangtua.

Untuk jurusannya, pikirkan matang-matang apa yang mau kamu jalani selama tiga-empat tahun ke depan. Cari gambaran dan detail mengenai apa yang akan kamu pelajari, supaya ketika masuk kampus nanti kamu nggak kaget-kaget banget.

Jangan juga sekadar ikut-ikutan teman, ya. Masa depan kamu adalah milik kamu pribadi, bukan milik bersama dengan teman-temanmu.

Perlu diingat, Quipperian, materi pelajaran kuliah berbeda banget dengan materi pelajaran selama di SMA. Saat di kuliahan, kamu mempelajari ilmu sampai ke akar-akarnya. Bukan sekadar menghafal dan menyalin ulang catatan di kertas ujian.

Satu hal lagi yang harus kamu ketahui juga nih, Quipperian. Kalau kamu tidak bijak memilih PTN dan jurusan yang diinginkan, lalu kamu diterima tapi nggak mengambil kesempatan tersebut, maka indeks sekolah kamu akan berkurang.

Atau mungkin di-blacklist. Ini tentunya akan berdampak nanti untuk adik-adik kelas kamu. Kamu tidak ingin itu semua terjadi, bukan?

Cek Daya Tampung Jurusan

Sebelum mendaftar SNMPTN, pastikan kamu mengecek daya tampung jurusan PTN yang kamu tuju supaya nggak salah pilih. Urutan pilihan kamu itu menentukan prioritas, Quipperian.

Makanya, kamu harus memilih jurusan yang peluang kelolosannya besar sesuai dengan prestasi akademis kamu. Supaya kemungkinan diterimanya lebih besar.

Jangan juga banyak berharap di pilihan nomor dua, ya. Soalnya, survei-survei SNMPTN sebelumnya banyak menyebutkan bahwa peserta banyak lolos di pilihan pertama, bukan kedua.

Penulis: Rosalia

Lainya untuk Anda