
Foto: pexels.com
Hai Quipperian, bagaimana kabarnya? Semoga selalu sehat dan tetap semangat belajar ya.
Baru-baru ini, dua negara bagian di Amerika Serikat, yaitu Texas dan Louisiana diguncang badai Laura yang cukup mengerikan. Kecepatan angin bisa mencapai 240 km/jam. Badai ini masuk sebagai badai kategori 4 atau bersifat unsurvivable.
Beberapa hari sebelum terjadinya badai, banyak warga Texas dan Louisiana yang diungsikan ke tempat yang lebih aman. Pergerakan badai dari hari ke hari bisa dilihat melalui citra satelit.
Citra satelit menunjukkan adanya awan berwarna putih sampai abu-abu berbentuk seperti pusaran melingkar dan terus bergerak dengan kecepatan tinggi.
Membahas masalah awan, apakah kamu sudah tahu seluk beluk tentang awan? Jika belum, ikuti terus artikel ini ya karena di dalamnya akan membahas tentang pengertian awan, proses pembentukannya, jenis-jenis, fungsi, dan faktor yang memengaruhi keberadaan awan. So, check this out!
Pengertian Awan

Foto: pexels.com
Awan adalah kumpulan tetes air atau kristal es yang mengendap di atmosfer.
Para ilmuwan sudah pernah menjelaskan tentang keberadaan awan ini ada sejak tahun 1770an. Adapun pengertian awan menurut para ilmuwan adalah sebagai berikut.
- Menurut Lamarck dan Howard, awan adalah kumpulan dari gelembung-gelembung air.
- Menurut von Guericke, awan dibentuk berdasarkan teori gelembung.
- Menurut Coulier, tetesan awan dari langit dibentuk oleh debu.
- Menurut Aitken, tetesan awan terbentuk dari uap air dengan bantuan partikel debu sebagai penentu terbentuknya fase beru.
Keberadaan awan di atmosfer sangat berpengaruh pada cuaca dan iklim di Bumi. Contohnya saja, jika di daerahmu terdapat awan yang berwarna hitam dan pekat, maka kemungkinan besar akan turun hujan di daerah tersebut.
Sebaliknya, jika kamu menjumpai adanya awan berwarna putih bersih dengan jumlah yang tidak terlalu banyak disertai pemandangan langit yang berwarna biru, maka kemungkinan besar tidak akan turun hujan di daerah tersebut. Lalu, bagaimana proses pembentukan awan itu?
Proses Pembentukan Awan

Foto: pexels.com
Awan tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan melalui serangkaian proses tertentu yang diawali dengan adanya suhu udara panas di daratan. Suhu udara panas tersebut akan mengakibatkan naiknya uap air. Lalu, uap air tersebut akan mengembang secara adiabatik karena tekanan udara di atas lebih kecil daripada di bawah.
Saat uap air mencapai ketinggian tertentu yang suhunya lebih rendah, uap air tersebut akan mengalami pengembunan, sehingga berubah wujud menjadi tetes air. Proses ini dikenal sebagai kondensasi. Hasil kondensasi uap air inilah yang nantinya terlihat sebagai awan.
Semakin banyak tetes air yang terbentuk, semakin besar ukuran awannya. Jika awan tersebut mendapatkan panas dari Matahari, awan akan menguap lalu hilang. Sebaliknya, jika tidak mendapatkan panas Matahari (suhunya tetap), turunlah awan menjadi tetesan air dalam bentuk hujan karena pengaruh gaya gravitasi.
Jenis-Jenis Awan

Foto: pexels.com
Berdasarkan ketinggiannya, awan dibagi menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut.
1. Golongan awan rendah, yaitu awan yang ketinggiannya hanya mencapai 2.000 m. Adapun awan yang termasuk golongan awan rendah adalah sebagai berikut.
- Nimbo Stratus adalah awan rendah yang merata dan berukuran tebal. Tak heran jika sinar Matahari sulit menembus awan ini. Hal itu mengakibatkan terbentuknya warna abu-abu di bagian bawah awan dan berpotensi menjadi hujan lebat.
- Strato Cumulus adalah awan rendah yang bentuknya menyerupai bulu domba atau sisik ikan. Awan ini bisa dilihat dalam bentuk tiga dimensinya, lho. Hal itu dikarenakan rendahnya ketinggian awan ini.
- (low) Stratus adalah awan rendah yang merata dan tidak berbentuk spesifik layaknya awan lain. Jika awan ini menyentuh tanah, akan terbentuk kabut.
2. Golongan awan menengah, yaitu awan yang berada di ketinggian 2.000 m – 6.000 m. Adapun awan yang tergolong awan menengah adalah sebagai berikut.
- Alto Cumulus adalah awan menengah yang berbentuk gumpalan cukup besar menyerupai sisik ikan atau bulu domba.
- Alto Stratus adalah awan menengah yang merata dan biasanya berwarna abu-abu. Keberadaan awan ini bisa menjadi indikator akan turunnya hujan di suatu tempat.
3. Golongan awan tinggi, yaitu awan yang memiliki ketinggian di atas 6.000 m. Adapun awan yang tergolongan awan tinggi adalah sebagai berikut.
- Cirrus adalah awan tinggi yang bentuknya seperti bulu ayam dan terkadang juga seperti mata pancing. Umumnya, awan ini berwarna putih bersih.
- Cirro Cumulus adalah awan yang berbentuk gumpalan-gumpalan kecil menyerupai sisik ikan dan berwarna putih bersih. Gumpalan awan cirro cumulus terlihat lebih kecil daripada alto cumulus karena posisinya lebih tinggi.
- Cirro Stratus adalah awan tinggi yang tidak memiliki bentuk spesifik, melainkan rata menyelimuti atmosfer. Pada dasarnya, bentuk awan ini hampir sama dengan alto startus, hanya saja berada di posisi yang lebih tinggi. Jika dilihat pada siang hari, awan ini bisa membuat mata silau.
4. Golongan awan yang membumbung ke atas, yaitu sebagai berikut.
- Cumulus Humilis adalah awan yang dibentuk oleh aliran udara vertikal. Jika udara mengalir ke atas, awan akan terbentuk. Sebaliknya, jika udara mengalir ke bawah, awan akan hilang. Awan ini terlihat di bawah awan cirro stratus.
- Cumulus Congetus adalah fase lanjutan dari awan cumulus humilis. Jika awan cumulus humilis mendapatkan panas berlebih, maka awan ini akan membumbung ke atas dengan ukuran lebih besar namun belum melebar, masih berbentuk runcing.
- Cumulo Nimbus adalah fase terakhir dari pembentukan awan vertikal. Cumulus congetus yang terus membumbung ke atas, semakin lama akan semakin melebar dan membesar. Awan inilah yang nantinya disebut cumulo nimbus. Tak heran jika cumulo nimbus menjadi sarang terjadinya petir, kilat, dan guntur. Siapa sangka jika keberadaan awan ini cukup ditakuti oleh para pilot, lho. Oleh karena ketebalan dan ukurannya yang cukup besar, awan ini bisa mengganggu laju dan gerak pesawat. Terlebih saat terjadi petir di dalamnya.
Faktor yang Memengaruhi Terbentuknya Awan

Foto: pexels.com
Adapun faktor yang memengaruhi terbentuknya awan adalah sebagai berikut.
1. Suhu udara
Salah satu faktor yang memengaruhi proses pembentukan awan adalah naiknya suhu udara di daratan. Jika suhu daratan naik, uap air akan terangkat ke atas lalu akan mengembang secara adiabatik untuk selanjutnya berubah menjadi awan.
2. Intensitas sinar Matahari
Semakin besar intensitas sinar Matahari yang mengenai Bumi, semakin besar energi kalor yang dihasilkan. Akibatnya, suhu akan meningkat.
3. Angin
Semakin kencang angin yang berhembus, akan mempercepat proses penguapan. Akibatnya, awan lebih cepat terbentuk.
4. Kelembapan udara
Udara lembap akan mempercepat proses pembentukan awan. Hal itu karena udara lembap mengandung banyak uap air.
5. Tekanan udara
Semakin besar perbedaan tekanan di daratan dan di udara, semakin cepat awan terbentuk.
Fungsi Awan

Foto: pexels.com
Selain pertanda turunnya hujan, kira-kira awan berfungsi untuk apa saja ya?
1. Penghalang radiasi sinar Matahari
Tanpa adanya awan, mungkin radiasi sinar Matahari terasa sangat menyengat di kulit. Itulah mengapa, keberadaan awan mampu menghalangi radiasi sinar Matahari secara berlebih.
2. Sumber cadangan air
Tanpa hujan, Bumi akan terasa kering kerontang. Keberadaan hujan merupakan salah satu faktor penting bagi keberlangsungan hidup makhluk di Bumi.
3. Objek pengamatan untuk prakiraan cuaca
Kira-kira, bagaimana cara BMKG memperkirakan cuaca yang terjadi di suatu tempat? Salah satu objek kajian BMKG dalam meramalkan cuaca adalah dengan melihat awan, misalnya saja bentuk awan, intensitas awan, ketinggian awan, dan sebagainya. Data-data yang diperoleh nantinya bisa dijadikan dasar peramalan cuaca di suatu tempat dan tentunya dilengkapi dengan citra satelit, ya.
Itulah pembahasan Quipper Blog tentang awan. Semoga bermanfaat buat Quipperian. Jangan lupa untuk selalu belajar dan memanfaatkan waktu dengan hal-hal yang berkualitas. Jadikan Quipper Video sebagai mitra belajar yang berkualitas dan menyenangkan. Salam Quipper!
Penulis: Eka Viandari