Home » Mapel » Sejarah » Konferensi Meja Bundar, Sejarah Perjanjian Indonesia dan Belanda Kelas XII

Konferensi Meja Bundar, Sejarah Perjanjian Indonesia dan Belanda Kelas XII

Konferensi Meja Bundar, Sejarah Perjanjian Indonesia dan BelandaHola, Quipperian! Kembali lagi di Quipper Blog, nih. Semoga semuanya dalam keadaan sehat walafiat dan lagi enggak galau, ya. Ayo, siapa di sini yang malas belajar sejarah? Jangan kayak gitu, ya Quipperian. Sebab, melalui pelajaran sejarah, kita jadi bisa tahu latar belakang dan perjuangan para pahlawan zaman dulu hingga kita jadi bisa lebih menghargai apa yang dimiliki saat ini. Ssttt… Jangan cuma sejarah gebetan saja yang kamu kepoin, tapi sejarah Indonesia pun perlu, lho!

Anyway, kali ini Quipper Blog mau membahas mata pelajaran Sejarah, khususnya materi KMB alias Konferensi Meja Bundar. Kamu pasti sudah mendengar sekilas mengenai peristiwa penting yang satu ini, kan? Secara singkat, KMB merupakan proses di mana akhirnya Belanda mengakui kedaulatan Indonesia. Tapi, seperti apa latar belakang, dampak, dan hasilnya? Baca lebih lanjut di bawah ini, ya!

Latar Belakang Konferensi Meja Bundar

Quipperian, kamu tahu kan kalau Indonesia sudah dijajah Belanda sudah sejak lama banget? Ada yang menyebut bahwa Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun–meskipun belum ada jawaban yang sepakat karena ada pula yang menyebut bahwa Indonesia hanya dijajah Belanda selama kurang lebih hanya 140 tahun.

Tapi anyway, akhirnya pada masa itu Indonesia memutuskan untuk merdeka pada tahun 1945 dan mau benar-benar lepas dari penjajahan, baik dari bangsa Belanda. Namun, hal ini tidak diterima dengan baik oleh Belanda. Belanda hendak meredam kemerdekaan Indonesia dengan cara kekerasan. Hal inilah yang membuat KMB tercetus karena Belanda mendapatkan kecaman dari dunia internasional.

Kemudian pada tanggal 28 Januari 1949, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa alias PBB mengeluarkan resolusi yang isinya mengecam perbuatan Belanda yang mengadakan serangan militer kepada tentara Indonesia. Dewan PBB pun kemudian meminta diadakan perundingan bagi kedua belah pihak agar ditemukan solusinya.

Sebelum diadakannya KMB, Belanda dan Indonesia sudah melakukan beberapa pertemuan untuk menyelesaikan problem ini secara diplomasi, yang kemudian menciptakan perjanjian Linggarjati (25 Maret 1947), perjanjian Renville (17 Januari 1948), dan perjanjian Roem-Roijen (6 Juli 1949.

Akhirnya, Konferensi Meja Bundar diberlangsungkan di kota Den Haag, Belanda, pada 23 Agustus – 2 November 1949. Sebelum KMB berlangsung, perwakilan Republik Indonesia untuk menghadiri KMB diadakan pada 11 Agustus 1949.

Berikut ini tokoh-tokoh penting yang menghadiri KMB:

  1. Indonesia: Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Roem, Prof. Dr. Mr. Soepomo.
  2. BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg atau Majelis Permusyawaratan Federal): Sultan Hamid II dari Pontianak.
  3. Belanda: Mr. van Maarseveen.
  4. UNCI (United Nations Commision for Indonesia): Chritchley (Australia).

Isi dari KMB

Berikut ini beberapa poin dari hasil kesepakatan dalam KMB.

  1. Belanda mengakui kedaulatan RIS (Republik Indonesia Serikat) sebagai negara yang merdeka.
  2. Pengakuan kedaulatan dilakukan paling lambat 30 Desember 1949.
  3. Masalah Provinsi Irian Barat harus diselesaikan paling lambat 1 tahun setelah pengakuan kedaulatan.
  4. RIS akan mengadakan kerja sama dengan Kerajaan Belanda dalam hubungan Uni Indonesia Belanda yang dikepalai Raja Belanda.
  5. RIS akan mengembalikan hak milik Belanda, memberikan hak-hak konsesi dan izin baru bagi semua perusahaan Belanda yang ada di Indonesia.
  6. RIS harus membayar hutang Belanda sejak tahun 1942.
  7. Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari wilayah Indonesia, tetapi beberapa kapal perang kecil (korvet) diserahkan untuk RIS.
  8. Tentara Kerajaan Belanda ditarik mundur, sedangkan Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) dibubarkan, dengan catatan anggota-anggotanya yang diperlukan dimasukkan ke dalam kesatuan TNI.

Dampak dari KMB

Setelah diadakan KMB pada bulan Agustus, pengesahan dan penandatanganan isi KMB dilaksanakan pada 29 Oktober 1949. Hasil KMB kemudian diberikan pada KNIP atau Komite Nasional Indonesia Pusat yang kemudian membahas hasil KMB ini pada sidang tanggal 6-14 Desember 1949.

Pembahasan hasil keputusan KMB ini dilakukan melalui hasil voting atau pemungutan suara dari semua peserta. Hasilnya, terdapat 226 suara setuju, 62 suara menolak, dan 31 suara meninggalkan ruangan sidang. Dari hasil voting ini, dengan demikian KNIP menerima keputusan KMB.

Selanjutnya, pada 15 Desember 1949 diadakan pemilihan Presiden RIS dengan calon tunggal yakni Ir. Soekarno yang akhirnya menjadi presiden. Lalu, Drs. Moh. Hatta diangkat menjadi PM atau Perdana Menteri oleh Presiden Soekarno pada 20 Desember 1949.

Pada 23 Desember 1949, perwakilan RIS berangkat ke Belanda untuk penandatanganan kedaulatan yang akhirnya dilaksanakan pada 27 Desember 1949. Dalam upacara penyerahan kedaulatan, Belanda diwakili oleh Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Drees, dan Menteri Seberang Lautan Mr. A.M.J.A. Sassen. Sedangkan delegasi Indonesia dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta.

Di waktu yang bersamaan di Jakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Wakil Tertinggi Mahkota A.H.J. Lovink menandatangani pengakuan kedaulatan. Dengan begitu, Indonesia akhirnya diakui kedaulatannya oleh Belanda dan berubah bentuk menjadi negara serikat, yaitu Republik Indonesia Serikat atau RIS.

Quipperian, sekian sejarah panjang Konferensi Meja Bundar yang bisa Quipper Blog berikan secara singkat dan sesederhana mungkin supaya kamu enggak bingung. Kalau memang kamu masih mau baca-baca mengenai materi ini, gabung saja bersama Quipper Video, ya.

Di sana, kamu akan mendapatkan berbagai macam materi masing-masing mata pelajaran yang diberikan oleh tutor kece lewat video dan juga latihan soal. Belajar pun jadi menyenangkan dan seru. Penasaran? Buruan klik dan daftarkan diri kamu, ya!

Sumber:

Penulis: Serenata

Lainya untuk Anda