Home » Mapel » Sejarah » Sejarah Kontroversial, Menengok Masa Lalu Freemason di Indonesia!

Sejarah Kontroversial, Menengok Masa Lalu Freemason di Indonesia!

Quipperian pernah tahu Freemason? Dari mana? Pasti dari novelnya Dan Brown dan film The Da Vinci Code! Bisa jadi kalian punya beragam sudut pandang tentang Freemason. Semua terserah pada Quipperian. Tapi tahukah kamu kalau Freemason pernah punya kisah di sejarah Indonesia?

Saatnya buat kamu melek sejarah, nih! Freemason atau dikenal di tanah air di masa lalu sebagai Tarekat Mason Bebas pernah tumbuh subur di Hindia Belanda (Indonesia kini). Beberapa tokoh nasional pun pernah menjadi anggotanya. Bahkan beberapa loji (gedung) peninggalan mereka hingga kini masih bisa ditemui. Penasaran? Simak kisahnya berikut ini!

Awal Kemunculan Freemason di Indonesia

Enggak gampang memang mencari sejarah awal kemunculan Freemason di Indonesia. Terdapat dua kesimpulan terkait kemunculannya. Sejarawan Hageman dan vaan der Veur berpendapat lahirnya loji pertama di Batavia (Jakarta, kini) menjadi penanda arus pertama kemunculan Tarekat Mason Bebas.

Sementara, sejarawan Gelman Taylor menyimpulkan kemunculan Mason karena maraknya budaya Mestizo atau campuran antara budaya Eropa dan kultur lokal. Kehadiran Mason di Batavia justru untuk meng-Eropa-kan para penduduk Eropa dan Bumiputera.

Di masa awal kemunculannya, terdapat dua kelompok besar Tarekat Mason Bebas, antara lain La Verteuse dan La Fidele Sincerite. Kelompok bangsawan lebih banyak masuk di kelompok La Veteuse, sementara anggota berekonomi cukup tergabung di La Fidele Sincerite. Keduanya pun memiliki loji masing-masing.

Gedung Setan

Dari dulu hingga kini, bila berbicara Freemason selalu berujung salah kaprah. Mungkin semua kesalahan terjadi karena kegiatannya cukup tertutup. Di masa lalu, para penduduk Jawa sering menyebut loji tempat para anggota mason berkumpul sebagai Gedung Setan, Loji Setan, bahkan Rumah Setan.

Kekeliruan tersebut terjadi karena dua hal. Pertama, kekacauan orang Jawa menyebut Saint Jin menjadi Setan. Kedua, masyarakat Jawa, menurut Abdurrachman Surjomihardjo pada buku Kota Yogyakarta Tempo Doeloe: Sejarah Sosial 1880-1930, melihat upacara penerimaan anggota baru atau inisiasi anggota Mason diselimuti kerahasiaan.

Upacara tersebut bernama Hui van Overdenking atau dalam bahasa Jawa diartikan secara sempit sebagai Omah Pewangsitan. Alhasil muncul sebutan Gedung Setan.

Aktivitas Tarekat Mason

Masyarakat di masa itu menganggap kegiatan anggota Mason selalu berurusan dengan hal-hal spiritual bahkan cenderung mistis. Tapi hal itu enggak sepenuhnya benar lho, guys! Kegiatan anggota Tarekat Mason justru berkutat pada kegiatan sosial, amal, dan bantuan pendidikan.

Pada tahun 1848, Loji Bintang Timur secara khusus memberikan bantuan hibah kepada sebuah badan pelayanan untuk orang tuli dan buta (Instituut voor Onderwijs aan Doven en Blijden) agar penyandang disabilitas tersebut bisa terdidik dan melakukan pekerjaan secara mandiri.  

Kebanyakan kegiatan mereka memang mencakup bantuan di bidang pendidikan. Mereka membangun sekolah umum dan perpustakaan di beberapa daerah. Sekolah tersebut terpisah dari agama atau zending.

Selain kegiatan sosial, kehadiran Tarekat Mason Bebas di Hindia Belanda juga memantik pembentukan dan perkembangan kaum elit bumiputera di Jawa. Dari sana, kelak, lahir organisasi modern bernama Boedi Oetomo.

Freemason di Indonesia Digemari Orang Jawa

Para anggota Mason pada tahun 1921 telah merebak hingga tingkat bawah. Para kadang atau masyarakat kelas bawah di Jawa berbondong-bondong mendaftar menjadi anggota.

Para masyarakat kepincut gabung gara-gara tulisan Poerbo Hadiningrat, Pegawai Negeri di Semarang. Tarekat Mason Bebas, menurut Poerbo, berupaya memberikan penerangan kepada rakyat.

Ajaran Mason bisa diterima masyarakat Jawa lantaran secara prinsip sangat menghargai kesetaraan manusia dan mampu menyerap budaya lokal. Di Loji Mataram, Yogyakarta, misalnya menaruh simbol-simbol budaya lokal seperti bentuk segitiga sama sisi mengurung bulan sabit dan bintang lima sudut.

Dilarang Soekarno

Setelah Indonesia merdeka, kira-kira tahun 1950-an akhir, terjadi gelombang nasionalisasi di hampir semua aspek. Mulai dari nasionalisasi perusahaan asing, pengambilalihan rumah orang Belanda, dan anti-budaya Eropa, yang kemudian menjadi dasar pelarangan seluruh kegiatan Tarekat Mason Bebas di Indonesia.

Pada tanggal 6 September 1962, Soekarno mengeluarkan putusan Presiden RI No. 264 Tahun 1962, tentang pelarangan organisasi Vrijmetselarij atau Freemasonry atau Tarekat Mason Bebas dan sejenisnya.

Imbasnya, seluruh kegiatan anggota Tarekat Mason Bebas berhenti. Para suhu agung berkebangsaan Eropa pun pulang kampung. Loji-loji mereka pun disegel.

Beberapa loji kemudian beralih fungsi. Bangunan Loji Bintang Timur, tempat penyelenggaraan Kongres Pemuda Pertama tahun 1926, masih berdiri kokoh di Jalan Budi Utomo No. 1, Jakarta Pusat, hingga saat ini. Bangunan tersebut tak banyak berubah. Keenam pilar masih kokoh menopang atap bangunan, meski lambang bintang di atas berganti lambang Kimia Farma.

Wow, Quipperian, benar-benar cerita masa lalu yang mendebarkan, ya! Begitulah sekelumit sejarah Tarekat Mason Bebas atau kerap dikenal sebagai Freemason di Indonesia. Semoga kalian tercerahkan setelah membaca artikel ini. Oh iya, jangan pernah berhenti belajar sejarah, baca artikel-artikel sejarah menarik lainnya di Quipper Blog atau gabung dengan Quipper Video supaya belajar kalian tetap menyenangkan. Semangat!

Penulis: Rahmat Ali

Sumber:

Lainya untuk Anda