Home » Mapel » Sejarah » Revolusi Hijau – Sejarah Kelas 12

Revolusi Hijau – Sejarah Kelas 12

Hai, Quipperian!

Sudah pernah mendengar istilah ‘revolusi hijau’? Hmm… Apa sih maksudnya? Revolusi, tapi berkaitan dengan hijau? Apakah berkaitan dengan alam? Supaya enggak bingung, Quipper Blog punya ulasannya untukmu. Kuy, dibaca!

Apa Itu Revolusi Hijau?

Revolusi hijau merupakan usaha untuk mengembangkan teknologi pertanian agar terjadi peningkatan produktivitas dalam hal pangan. Hal ini didorong oleh pertumbuhan angka penduduk yang harus diiringi pula dengan peningkatan pangan.

Revolusi hijau lebih berfokus pada serealia alias tanaman biji-bijian, seperti gandum, padi, jagung, dan lainnya.

Pada revolusi hijau, pertanian yang tadinya bersifat tradisional akan diubah menjadi pertanian dengan sistem yang menggunakan teknologi terkini supaya bisa optimal. Dari sini, tentu dapat diketahui bahwa tujuan revolusi hijau sebetulnya juga demi terpenuhinya industrialisasi ekonomi nasional.

Dengan revolusi hijau, ketergantungan petani pada cuaca dan alam akan berkurang karena adanya peningkatan ilmu pengetahuan dan tekonologi.

Bagaimana Revolusi Hijau Bermula?

Penggagas revolusi hijau ialah hasil penelitian serta tulisan Thomas Robert Malthus (1766-1834). Di sana, Malthus berpendapat bahwa masalah kemiskinan adalah masalah yang tidak bisa dihindari. Kemiskinan ini sendiri terjadi karena adanya ketidak seimbangan antara pertumbuhan penduduk yang berjalan lebih cepat mengikuti deret ukur dan peningkatan produksi pangan yang lebih lambat mengikuti deret hitung.

Menyadari hal ini, sebagian masyarakat di Eropa berupaya untuk mengendalikan kecepatan pertumbuhan penduduk sekaligus melakukan penelitian untuk menemukan bibit unggul agar dapat menambah jumlah produksi pangan. Usaha-usaha ini dilakukan demi mengatasi masalah kala itu—kemiskinan.

Perang Dunia I dan revolusi industri telah mengubah banyak lahan pertanian menjadi area perang dan lahan industri. Seusai Perang Dunia I, revolusi hijau dimulai oleh Ford and Rockefeller Foundation yang mengembangkan gandum di Meksiko pada 1950 dan padi di Filipina pada 1960.

Bagaimana Revolusi Hijau Bermula di Indonesia?

Revolusi hijau mulai dicoba di Indonesia pada zaman orde baru, tepatnya dalam program pembangunan. Kabinet pada saat itu—Kabinet Ampera—memiliki tuntutan tugas untuk memperbaiki kehidupan rakyat, terutama dalam hal sandang dan pangan. Dengan tuntutan tugas sedemikian rupa, maka mulai diusahakanlah langkah-langkah meningkatkan kesediaan pangan lewat revolusi hijau.

Bahkan, lewat upaya yang dilakukan ini, Indonesia juga pernah berhasil swasembada beras selama lima tahun (1984-1989). Meskipun, sayangnya, swasembada ini tidaklah permanen.

Seperti Apa Penerapan Revolusi Hijau di Indonesia?

Ada empat hal penting yang diterapkan pada revolusi hijau di Indonesia. Pertama, adanya sistem irigasi untuk penyediaan air. Kedua, penggunaan pupuk secara optimal. Ketiga, menggunakan pestisida dengan menyesuaikan tingkat serangan hama. Terakhir, penggunaan bahan tanam berkualitas berupa varietas unggul.

Di Indonesia, pemerintah punya berbagai cara untuk mendorong revolusi hijau, misalnya:

1. Intensifikasi Pertanian

Cara ini dikenal juga dengan sebutan Panca Usaha Tani. Cara pertama ini meliputi pemilihan bibit unggul, pengolahan tanah secara baik, pemupukan, irigasi, hingga pemberantasan terhadap hama.

2. Ekstensifikasi Pertanian

Cara ini adalah dengan memperluas lahan dengan membuka lahan-lahan baru.

3. Diversifikasi Pertanian

Cara ini ialah upaya menjadikan jenis tanaman di suatu lahan menjadi beraneka ragam dengan sistem tumpang sari. Dengan diversifikasi pertanian, kegagalan panen pokok dapat dicegah.

4. Rehabilitasi Pertanian

Cara ini merupakan upaya dalam memulihkan produktivitas yang kritis atau membahayakan kondisi lingkungan.

Apa Saja Sih Dampak dari Adanya Revolusi Hijau?

Revolusi hijau yang berfokus pada serealia akan mampu meningkatkan pemenuhan pangan berupa karbohidrat.

Akan tetapi, setelah beberapa saat merasakan manfaat dari revolusi hijau, ternyata dampak-dampak buruk mulai dirasakan para petani Indonesia pada tahun 1990-an. Misalnya, serangan hama, ketergantungan terhadap penggunaan pupuk, bahkan tanah yang tidak lagi subur karena penggunaan pestisida yang tidak lagi berguna. Revolusi hijau juga dianggap hanya menguntungkan bagi petani kaya dan bukan bagi petani miskin.

Keberhasilan swasembada beras dianggap hanya sebagai keberhasilan semu yang tidak bisa dinikmati dalam waktu lama.

Dari sini, kita mengetahui bahwa untuk mencapai keberhasilan dalam bidang pertanian, bukanlah revolusi hijau yang dibutuhkan, melainkan pembangunan lingkungan pertanian berkelanjutan.

So, Quipperian, revolusi hijau memang berguna, akan tetapi, untuk memastikan kegunaannya selalu terasa dan tidak berubah menjadi ancaman bagi kehidupan, maka diperlukan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan ini tentunya tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan ekosistem dan tidak saja mengejar keberhasilan dalam sudut pandang yang sempit.

Sekian dulu ya pembahasan Quipper Blog tentang Revolusi Hijau. Jika kamu masih mau baca artikel tentang materi menarik lainnya, langsung saja mampir ke Quipper Blog atau gabung dengan Quipper Video, ya!

 

Penulis: Evita

Lainya untuk Anda