Home » Mapel » Sejarah » Situs Sangiran dan Trinil, Sejarah Manusia Purba yang Diakui Dunia

Situs Sangiran dan Trinil, Sejarah Manusia Purba yang Diakui Dunia

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan alamnya. Namun selain alam, Indonesia juga kaya dengan sejarah terhadap manusia purba. Salah satunya terdapat dalam situs purbakala sangiran dan trinil. Lalu, apa saja yang ditemukan di Sangiran dan Trinil? Yuk, simak ulasan berikut Quipperian!

Fosil yang Berada di Situs Sangiran

Situs Sangiran adalah sebuah tempat ditemukannya kekayaan fosil purbakala, seperti fosil manusia purba, binatang purba, hingga hasil kebudayaan manusia zaman dahulu. Fosil yang ditemukan menjadi bahan sebagai penelitian mengenai jejak keberadaan manusia sejak 150 ribu tahun yang lalu.

Situs ini berada di dua kabupaten yaitu Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar. Letak Situs Sangiran berada di kaki Gunung Lawu, atau berjarak 15 km dari lembah Sungai Bengawan Solo.

Situs Sangiran ditemukan pertama kali pada tahun 1864 lewat penelitian yang dilakukan oleh P.E.C. Schemulling. Hasil penelusuran yang dilakukan Schemulling berupa penemuan fosil vertebrata. Kemudian, penelitian dilanjutkan oleh Eugene Dubois pada tahun 1895. Namun, Dubois tidak menemukan apapun.

Setelah itu, terjadi kekosongan penelitian di sekitar penemuan fosil pertama kali. Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald kemudian melanjutkan penelitian lewat peta geologi yang telah dibuat oleh L.J.C van Es pada tahun 1932. Pencarian Koenigswald menghasilkan penemuan banyak peralatan manusia purba.

Peralatan yang ditemukan oleh Koenigswald berupa peralatan sederhana yang terbuat dari batu kalsedon. Alat ini digunakan untuk memotong, menyerut, dan meruncingkan tombak kayu. Hasil temuan ini membuat banyak peneliti yakin bahwa ada fosil manusia berada di sekitar penemuan peralatannya.

Pada 1936, penduduk setempat menemukan fosil rahang kanan manusia purba. Ini merupakan penemuan pertama fosil manusia purba pada Situs Sangiran. 

Fosil tersebut kemudian diberikan kode S1 (Sangiran 1) oleh Koenigswald. Sejak saat itu, Koenigswald terus menemukan fosil manusia homo erectus hingga tahun 1941. Kebanyakan yang ditemukan pada Situs Sangiran berasal dari zaman pleistosen, yaitu sekitar 10 ribu tahun sebelum masehi. 

Jenis fosil manusia purba yang ditemukan pada situs ini adalah meganthropus paleojavanicus dan pithecanthropus erectus. Situs Sangiran dikatakan sebagai situs terbesar karena ditemukan sekitar 60 fosil meganthropus paleojavanicus dari situs ini.

Total ada 100 fosil homo erectus yang ditemukan pada Situs Sangiran dan jumlah penemuan tersebut menyumbang 60 persen hasil temuan fosil homo erectus di Indonesia. Bahkan, jumlah fosil yang ditemukan tersebut menyumbang kontribusi sebesar 50 persen di seluruh dunia, lho, Quipperian!

Selain fosil manusia, ditemukan juga fosil Elephas (gajah purba), hexatoprodon (kuda nil purba), cervidae (rusa purba), bovidae (kerbau purba). Tidak hanya hewan darat saja, pada situs ini juga ditemukan fosil hewan air seperti fosil moluska gastropoda dan bivalvia, penyu, kura-kura, berbagai jenis ikan, crocodylus (buaya purba), dan hewan purba lainnya.

Sejumlah penemuan tersebut merupakan langkah penting karena banyak ditemukan fosil yang belum pernah ditemukan dan dianalisa. Atas hal inilah, situs sangiran ditetapkan sebagai warisan dunia nomor 593 oleh UNESCO dengan nama The Sangiran Early Man Site.

Fosil yang Berada di Situs Trinil

Situs Trinil adalah tempat penemuan fosil manusia purba yang dilakukan oleh Eugene Dubois selama tahun 1890 sampai 1893. Situs Trinil terletak di Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi. Lokasi Situs Trinil merupakan situs yang berfokus melakukan penelitian di sekitar aliran Sungai Bengawan Solo. 

Situs Trinil menjadi tempat yang pertama sekali menemukan fosil manusia purba jauh sebelum Koenigswald pada Situs Sangiran. Hal ini yang menjadikan Situs Trinil merupakan situs tertua yang ada di Indonesia. 

Pada situs ini, Dubois menemukan fosil pithecanthropus erectus yang terdiri dari tulang rahang, gigi geraham, bagian atas tengkorak, dan tulang paha kiri di tahun 1891.

Penemuan Dubois ini dianggap sebagai bukti adanya missing link atau garis evolusi manusia yang hilang yang diambil dari teori Charles Darwin. Missing link adalah penghubung evolusi manusia dengan monyet. Penemuan ini yang menarik peneliti lain untuk datang mencari fosil manusia purba.

Emil Lenore Selenka menjadi salah satu peneliti yang mengadakan pencarian pada situs trinil selama tahun 1906 hingga 1908. Namun, mereka tidak menemukan fosil manusia purba yang dicari. 

Fosil yang ditemukan pada situs trinil kebanyakan berasal dari zaman pliosen, yaitu sekitar 1,5 juta tahun yang lalu, hingga zaman pleistosen berakhir.

Kebanyakan hasil fosil yang ditemukan baik oleh Dubois dan Selenka hanya berupa fosil hewan purba seperti fosil felis tigris (macan purba), stegodon trigonocephalus (gajah purba), bibos palaeo sondaicus (banteng purba), dan lainnya.

Hasil pencarian Dubois dan Salenka selama penggalian pada Situs Trinil, telah mengumpulkan hampir 10 ribu jenis fosil yang hewan. Kebanyakan dari koleksi ini  disimpan  pada museum Naturalis  di  Leiden, Belanda, dan  pada museum für Naturkunde di  Berlin, Jerman.

Baik Situs Sangiran maupun Situs Trinil sama-sama memberikan pengaruhnya terhadap perkembangan pengetahuan manusia dalam meneliti asal muasal makhluk hidup. Selain itu, Situs Sangiran dan Trinil juga menunjukkan bukti perubahan alam sejak zaman dulu yang dapat dipelajari.

Situs Sangiran dan Trinil masing-masing berkontribusi penting dalam penelitian sejarah manusia. Sangiran sebagai penghasil bahan penelitian terbanyak dan Trinil merupakan situs yang menjadi pelopor adanya manusia purba.

Saat ini, Situs Sangiran dan Trinil telah dijadikan museum yang berfungsi sebagai media edukasi dan wisata bagi wisatawan domestik maupun internasional. 

Menarik kan Quipperian, bukan? Masih ada pengetahuan lainnya yang bisa kamu dapatkan. Buruan daftar di sini dan akses topik-topik keren lainnya bareng Quipper Video! 

Penulis: Ria Theresia

Lainya untuk Anda