Home » Mapel » Sejarah » Tunggul Ametung – Cerita, Sejarah & Silsilah

Tunggul Ametung – Cerita, Sejarah & Silsilah

Cerita Sejarah Tunggul Ametung

Quipperian, kamu sudah pernah main ke Candi Singasari, belum? Peninggalan dari Kerajaan Singasari yang terletak di Malang ini memiliki cerita di balik kemegahannya. Apalagi soal Raja Tunggul Ametung yang menjadi cikal bakal dari berdirinya kerajaan ini.

Nah, supaya kamu bisa lebih mengenal cerita sejarah Indonesia, Quipper Blog akan mengajak kamu mengenal sosok Tunggul Ametung. Simak cerita sejarah Tunggul Ametung di bawah ini sampai selesai ya, Quipperian!

Awal Cerita Sejarah Tunggul Ametung

Tunggul Ametung merupakan tokoh dalam Pararaton (naskah Sastra Jawa Pertengahan) yang menjabat sebagai akuwu (kepala daerah Zaman Kediri) di wilayah Tumapel. Kalau untuk sekarang, jabatannya itu setara dengan camat. 

Tumapel sendiri merupakan pecahan dari kerajaan besar yang dulunya adalah Kerajaan Jenggala. Kerajaan ini kemudian dihancurkan oleh Kerajaan Kadiri.

Pertemuan Tunggul Ametung dan Ken Dedes

Arca Prajnaparamita dipercaya sebagai gambaran wujud Ken Dedes

Pada suatu hari, Tunggul Ametung ini singgah di desa Panawijen. Di sanalah awal mula ia bertemu dengan Ken Dedes, seorang gadis cantik yang merupakan anak pendeta Budha bernama Mpu Purwa. 

Ken Dedes sangatlah pintar dalam melakukan perawatan tubuh. Kulitnya sangat bersinar, halus, mulus serta juga sangat wangi. Bahkan disebutkan, hanya mencium aromanya saja, orang-orang akan tahu bahwa yang baru lewat adalah Ken Dedes.

Tentu saja, kecantikan Ken Dedes memikat hati Tunggul Ametung. Meskipun baru sekali melihat Ken Dedes, ia ingin segera meminangnya. Namun, gadis itu memintanya untuk menunggu hingga kepulangan Mpu Purwa yang saat itu lagi berada di dalam hutan.

Karena tidak sabar, akhirnya Tunggul Ametung menculik Ken Dedes dan membawa paksa ke Tumapel. Jejak arkeolog menyebutkan jika lokasi penculikan tersebut terjadi di Situs Polowijen di Kelurahan Polowijen, Kota Malang. Tempat ini berupa sumber air yang sudah mengering dan penduduk setempat memberi nama dengan Sendang Dedes atau Sumur Windu. 

Sepulangnya Mpu Purwa, mendengar putrinya telah diculik tentu saja membuatnya sangat murka. Bahkan ia mengutuk si penculik putrinya, kelak akan mati disebabkan tikaman dari keris dan diambil isterinya.

“Demi semesta serta isinya, aku menyumpahimu untuk tidak bahagia, tidak mengenyam kenikmatan dan terbunuh dengan keris dengan sekali tebasan. Aku juga bersumpah demi langit serta penghuninya, keringlah sumur penduduk Panawijen dan kolamnya tak mengeluarkan air.”

Kalau dalam tata pemerintahan Jawa Kuno sendiri, ada perundang-perundangan agama yang diambil dari kitab Kutara Manawa

Meskipun berkuasa, namun kehendak brahmana enggak bisa dipaksakan. Peraturan ini melarang para pejabat yang berkuasa untuk melarikan anak pendeta. Jika sampai melanggar, maka pejabat tersebut haruslah mati.

Kematian Tunggul Ametung

Cerita sejarah Tunggul Ametung ternyata tidak berlangsung lama, Quipperian. 

Ken Arok adalah seorang anak muda berandalan yang saat itu menjadi kepala perampok paling ditakuti di kawasan Kerajaan Kadiri. 

Lalu, pada suatu hari ia bertemu seorang brahmana dari India yang bernama Lohgawe. Atas bantuan Lohgawe inilah Ken Arok bisa bekerja sebagai pengawal Tunggul Ametung.

Namun, ketika Ken Arok melihat kecantikan Ken Dedes, ia pun jatuh cinta. Menariknya, Arok diceritakan tergila-gila oleh Ken Dedes karena melihat betisnya yang tersingkap saat turun dari pedati. Cukup unik ya, Quipperian. 

Karena penasaran, Arok pun bertanya dengan guru sekaligus ayah angkatnya, Lohgawe. Katanya, wanita yang memiliki cahaya bersinar (madyar hamurup) merupakan Sri Nariswari. 

Dipercaya wanita tersebut akan membawa kebahagiaan dan siapapun yang memperistrinya akan menjadi raja besar.

Mendengar hal itu, Arok tentu saja semakin menggebu untuk memiliki Ken Dedes. Meskipun Dedes waktu itu tengah hamil muda, tidak menyurutkan niat Arok untuk menikahinya. Bahkan Arok berencana untuk membunuh Tunggul Ametung.

Namun, karena Tunggul Ametung terkenal sakti, Arok membutuhkan sebuah keris untuk membunuhnya. Bango Samparan memperkenalkan Ken Arok dengan sahabatnya yang bernama Mpu Gandring yang berasal dari desa Lulumbang. Kalau saat ini lebih dikenal dengan Blitar yang memang terkenal sebagai pembuat pusaka ampuh.

Namun, Mpu Gandring sanggup membuat kerisnya dalam waktu setahun. Hal ini membuat Arok tidak sabar. Lima bulan kemudian ia datang mengambil keris yang belum sempurna itu dan menusuk Mpu Gandring hingga tewas. 

Saat sekaratnya, Mpu Gandring mengucapkan kutukan bahwa nantinya keris itulah yang juga akan membunuh Ken Arok sendiri. 

Semula, Ken Arok meminjamkan keris pusakanya itu kepada rekannya sesama pengawal bernama Kebo Hijo. Kebo Hijo pun sangat suka dengan keris itu dan membawanya ke manapun ia pergi. Hal ini membuat orang-orang Tumapel mengira jika keris itu milik Kebo Hijo.

Hingga suatu malam, Arok mencuri keris tersebut dari rumah Kebo Hijo dan pergi ke kamar tidur Tunggul Ametung. Saat itulah ia membunuh Tunggul Ametung di depan istrinya yaitu Ken Dedes. Namun, Ken Dedes justru luluh dengan Ken Arok.

Pada pagi harinya, warga Tumapel menemukan keris Kebo Hijo menancap pada tubuh Tunggul Ametung. Kebo Hijo lalu dihukum mati oleh warga sekitar dengan menggunakan keris yang sama. 

Setelah itu, Ken Arok mengangkat dirinya menjadi penguasa baru dan menikahi Ken Dedes. Anak yang dikandung oleh Ken Dedes kemudian diberi nama Anuspati.

Silsilah Keluarga Ametung dan Keturunannya

Kerajaan Majapahit. Sumber: cnnindonesia.com

Jika diamati, kisah dalam Pararaton ini memiliki gambaran bahwa sebenarnya Ken Dedes dan Ken Arok memang saling mencintai. Hal ini karena Ken Dedes lah yang menjadi saksi mata pembunuhan suaminya. Namun, ia justru menikahi si pembunuh yaitu Ken Arok. 

Pararaton kemudian melanjutkan bahwa Anuspati berhasil membunuh Ken Arok melalui tangan pembantunya yang menjadikannya raja Tumapel Kedua. Ia kemudian menurunkan raja-raja selanjutnya seperti Ranggawuni atau dikenal dengan Wisnuwardhana dan Kertanagara. 

Raden Wijaya yang merupakan pendiri Majapahit memang bukan keturunan Tunggul Ametung. Namun, istrinya yang bernama Gayatri merupakan putri dari Kertanagara.

Dari Gayatri lahir lah Tribhuwana Tunggadewi, raja pertama dari Kerajaan Majapahit. Ia juga menurunkan raja-raja selanjutnya seperti Hayam Wuruk dan juga Wikramawardhana. 

Jika yang ditulis dalam Pararaton itu benar, maka bisa dipastikan jika Tunggul Ametung merupakan leluhur dari para raja Singhasari dan Majapahit.

Nah, itulah tadi cerita sejarah Tunggul Ametung berupa biografi dari mulai hidup sampai wafat. Seru banget dan penuh drama ya, Quipperian! 

Nah, buat kamu yang mau punya akses untuk belajar pelajaran lainnya, kamu bisa subscribe Quipper Video

Ada ratusan video pembelajaran menarik berkonsep gamifikasi yang bisa bikin belajar kamu jadi semakin seru! Selain itu, aksesnya juga gratis. Makanya, gabung sekarang ya!

[spoiler title=SUMBER]

  • wiki.laduni.id
  • inibaru.id/
  • p2kp.stiki.ac.id/[/spoiler]

Lainya untuk Anda