Home » Mapel » Sejarah » Candi Jago – Sejarah, Lokasi, Relief, Corak, & Fungsi

Candi Jago – Sejarah, Lokasi, Relief, Corak, & Fungsi

Halo, Quipperian! Apakah kamu tahu salah satu peninggalan candi dari Kerajaan Singosari pada masa abad ke XIII? Yup, salah satunya ialah Candi Jago! Murujuk pada kitab Negarakertagama dan Pararaton, nama awal Candi Jago adalah Jajaghu yang berarti keagungan yang juga bermakna sebagai tempat yang suci. 

Banyak teori yang menyimpulkan bahwa bentuk bangunan Candi Jago adalah perpaduan bentuk candi Budha dan Hindu. Ciri utama candi Budha umumnya berbentuk lebar dan pendek, misalnya seperti Candi Borobudur. Sedangkan Candi Hindu umumnya punya bentuk kurus dan tinggi, seperti Candi Prambanan. 

Lalu, apa lagi, ya, kira-kira fakta menarik seputar Candi Jago? Kalau Quipperian penasaran, simak terus penjelasannya di artikel ini, ya. Stay tuned!

Lokasi Candi Jago

Lokasi candi terletak di Kabupaten Malang atau sekitar 22 KM ke arah timur Kota Malang, tepatnya di Dusun Jago, Kecamatan Tumpang. Bagi masyarakat setempat julukan terhadapat candi tersebut ialah Candi Cungkup atau Candi Tumpang. 

Sejarah Candi Jago

Candi Jago

Sumber: merdeka.com

Berdirinya candi ,dilatarbelakangi untuk menghormati raja keempat Kerajaan Singosari, Sri Jaya Wisnuwardhana (1248-1268) oleh anaknya yaitu, raja Kertanegara. Kemudian, dalam pupuh 41 gatra keempat Negarakertagama tertulis bahwa Raja Wisnuwardhana menganut agama Syiwa Budha, yakni aliran keagaaman campuran antara Hindu dan Budha.

Menurut kitab Negarakertagama dan Pararaton, Candi Jago dibangun selama 12 tahun, yakni dimulai pada tahun 1268 Masehi dan selesai di tahun 1280 Masehi. Kemudian, di tahun 1343 atau pada pemerintahan Kerajaan Majapahit, candi ini direnovasi saat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno oleh Raja Adityawarman yang juga masih memiliki hubungan darah dengan Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit.

Candi Jago juga sering dikunjungi oleh Raja Hayam Wuruk hingga tahun 1359 Masehi, lho, guys. Adapun terdapat hubungan darah antara Raja Hayam Wuruk dengan beberapa raja dari Kerajaan Singosari. Hal tersebut dapat dilihat dari ukiran yang menjadi ciri khas dari candi-candi Kerajaan Singosari dengan bentuk bunga teratai menjulur dari pangkal hingga ke atas.

Relief, Corak, dan Arsitektur

Patung Dewi Mamaki dari Candi Jago, salah satu tokoh yang berasal dari abad 13-14 M

Sumber: en.wikipedia.org

Bentuk keseluruhan Candi Jago adalah segi empat dengan panjang 23,71 meter, lebar 14 meter, dan tinggi 9,97 meter. Di bagian dasar berbentuk teras berundak dengan susunan semakin mengecil ke atas. 

Sayangnya, saat ini belum mendapatkan pemugaran (perbaikan) kembali sehingga beberapa bagian sudah tidak lengkap dan hanya tersisa kaki candi dan beberapa bagian badan candi.

Walau demikian, banyak ahli arkeolog menyimpulkan bahwa bentuk atap candi menyerupai pagoda atau meru. Pada bagian kaki candi di bagian luar, terukir relief yang memiliki berbagai kisah untuk dibaca dan interpretasikan. Berikut cerita dari beberapa relief tersebut:

  • Relief Kresnayana: Relief ini terletak di teras ketiga Candi Jago dan memiliki cerita tentang pernikahan Raja Wisnuwardhana dengan Naraya Waningyun.
  • Relief Kunjarakarna: Relief ini berada pada bagian timur laut Candi Jago dengan kisah yang didasarkan dalam cerita Budha Mahayana yakni, tentang raksasa (Kunjarakarna) yang bertapa di Gunung Semeru yang berharap mengalami reinkarnasi menjadi manusia dengan paras rupawan.
  • Relief Pancatantra: Relief ini bercerita tentang seorang brahmana yang mendarmakan ilmu kehidupan dan kebijakan kepada tiga pangeran yang tidak bisa mendengar. Ilmu ini disebut Pancatantra atau terdiri dari lima ajaran, yakni:
    • Mitrabedha (Perbedaan);
    • Mitraprapti (Kedatangan);
    • Kakolukiya (Peperangan & Perdamaian);
    • Landhansa (Kehilangan & Keberuntungan);
    • Apariksitakaritwa (Tindakan Terburu-buru)
  • Relief Fabel: Relief ini terletak pada bagian sisi kiri kaki candi yang berada di barat laut. Seperti penamaannya, relief ini menceritakan mengenai binatang yang terdiri dari beberapa panel. Salah satunya ialah cerita tentang seekor kura-kura yang ingin bisa terbang. Kura-kura tersebut dibantu oleh burung bangau dengan cara membawa ranting dengan kakinya yang selanjutnya akan digigit kura-kura selama terbang nanti.

Fungsi Candi Jago

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Candi Jago merupakan perpaduan candi dari agama Hindu dan Budha. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap fungsi bangunannya, yakni sebagai tempat untuk menguburkan jenazah abu Raja Wisnuwardhana dan juga sebagai tempat penghormatan atau untuk mendewakan Raja Wisnuwardhana sebagai tokoh Budha Amoghapasa.

Quipperian, itulah penjelasan mengenai sejarah Candi Jago yang penting dan menarik untuk kamu pelajari. Semoga informasi dalam artikel ini bermanfaat dan menambah pengetahuan sejarah kamu, khususnya mengenai Kerajaan Singosari di masa Raja Kertanegara di abad XIII Masehi.

Supaya kamu tetap semangat belajar di rumah saat masa pandemi seperti ini, yuk buruan langganan Quipper Video. Jika belum berlangganan, bisa daftar sekarang di sini. Yuk, taklukan materi-materi pelajaran di sekolah dengan belajar di mana saja dan kapan saja bareng Quipper Video. Subscribe, ya!

[spoiler title=SUMBER]

  • candi.perpusnas.go.id/
  • acicis.edu.au/
  • sejarahlengkap.com/[/spoiler]

Lainya untuk Anda